"Hey!"
"Ah Wanda! Lo ngagetin aja!"
"Hahaha, lagian lo nggak bosen apa merhatiin dia terus? Tenang aja kali, hidungnya nggak bakal ilang" ledek Wanda.
Wanda Chesa adalah satu-satunya manusia dari planet Mars yang paling dekat dengan Shaillyn. Bisa dibilang mereka bersahabat sudah sangat lama. Mungkin semasa embrio pun mereka sudah berteman.
Tidak aneh bagi Wanda melihat Shaillyn terus-terusan memperhatikan lelaki yang sedang bermain futsal saat ini. Sebenarnya, dia sangat prihatin dengan sahabat nya itu. Tapi, dia benar-benar manusia yang paling setia menemani Shaillyn. Apapun keaadaannya.
"Eh Nda, kira-kira Rafka udah punya gebetan belum ya?" tanya Shaillyn.
"Eumm, kayanya sih belum Lyn. Soalnya yang gue denger gosip-gosip tentang dia tuh, dia nggak suka sama cewe" tebak Wanda.
"Idih, ngarang lo! Yakali dia ngegay, serem ah!" Ucap Shaillyn.
"Coba lo bayangin, dia nggak pernah deket sama cewe manapun. Padahal si Tharisya, anak konglomerat aja ditolak mentah-mentah sama Rafka" Jelas Wanda.
"Apa lagi gue yakan?" ucap Shaillyn
"Udah ah, gue kalo ngomongin Rafka ke lo bawaannya prihatin terus. Sad girl bener dah" ledek Wanda.
"Jahat lo nda"
*BRUKKK!*
"aww!" Rintih Shaillyn.
Sebuah bola tiba-tiba membentur dan mendarat di kepala Shaillyn dengan sangat kencang.
"aduh, sorry gue nggak sengaja" ucap lelaki itu.
"Rafka?" ucap Shaillyn.
"lo kenal gue?"
Bodoh. Siapa yang tak mengenalinya? Seorang secret admirer seperti Shaillyn tentu sudah jauh mengenali seorang Rafka Weda Pramudya."iya, lo kan populer banget di sekolah ini" jelas Shaillyn. Wanda yang melihat kejadian ini hanya tak bisa membayangkan, seorang Shaillyn bisa mengobrol langsung dengan the most famous di sekolah ini.
"btw, kepala lo sakit banget ya?" ucap Rafka.
"ah, nggak cuma sedikit" jelas Shaillyn
"oh, yaudah deh. Sekali lagi sorry" ucap Rafka lalu pergi meninggalkan Shaillyn yang masih tak menyangka dengan kejadian barusan.
Tak disangka, kejadian di lapangan hari itu terus memenuhi isi kepala Shaillyn sepanjang hari.
***
Sore hari, waktunya Shaillyn menuntaskan jadwalnya setiap hari. Iya, menuju tempat bimbel. Tidak seperti remaja pada umumnya yang langsung menyerbu cafe, atau mall sepulang sekolah. Shaillyn di perintah terus menuntut ilmu oleh kedua orangtua nya. Berbagai angka dan huruf, sudah menjadi santapannya.
Setelah selesai menuntaskan jadwal hariannya, Shaillyn langsung pulang ke rumahnya.
"Assalamualaikum bun, Aillyn pulang"
"Waalaikumsalam, eh kamu udah pulang. Udah makan malam belum?" Tanya Linda pada anaknya.
"Belum bun, aku mau makan di kamar aja" jawab Shaillyn.
"oh, yasudah ini udah bunda siapin sama susunya, abis itu jangan lupa belajar terus langsung tidur ya" perintah Linda.
"iya bun"
Sebenarnya Shaillyn sudah sangat lelah hari ini. Tapi apa boleh buat, dia harus benar-benar menyiapkan diri untuk olimpiade bulan depan.
Linda adalah sosok ibu yang sangat perhatian dengan Shaillyn, anak satu-satunya. Dia benar-benar melarang Shaillyn untuk berpacaran.
Menurutnya, mengenal laki-laki akan mengubah segalanya. Seseorang akan melupakan segalanya hanya karena cinta.Memang fakta, Shaillyn tak bisa membantahnya. Mengagumi sosok Rafka saja sudah membuatnya termenung lupa dengan dunia. Padahal hanya mengagumi bukan memiliki.
***
Hari itu ada mendadak ulangan Matematika, bagi Shaillyn terdengar biasa. Saat itu juga mendadak Shaillyn didekati oleh teman sekelasnya, padahal biasanya dia dikucilkan. Tak aneh bagi Shaillyn, itu sudah hal biasa.
"Shaillyn, gue liat dong entar"
"Lyn pokoknya lo jangan pura-pura budek ya, awas aja lo"
"Shaillyn, gue ga ngerti nih. Jangan pelit ya"Memang terdengar menyedihkan. Datang saat ada butuhnya. Kadang manusia memang tak ada harga dirinya.
***
"Nda, temenin gue yuk!" ajak Shaillyn.
"jangan bilang temenin lo liatin Rafka di pinggir lapangan" jawab Wanda.
"iya hehe"
"nggak, ogah. Lo nggak bosen apa nangkring terus dipinggiran kek anak ilang?" ucap Wanda.
"kali aja bola nya nyasar lagi ke kepala gue nda, kan lumayan" balas Shaillyn.
"gila lo ya? Dah lah gue bosen, mending ke kantin. Bye" jawab Wanda lalu pergi meninggalkan Shaillyn.
Shaillyn tak pernah menyerah, dia tetap dengan kebiasaannya. Kebiasaannya memperhatikan seseorang yang bahkan dia pun tak tau Shaillyn itu siapa.
"woi!" seseorang dari belakang mengejutkan Shaillyn.
"Rafka?" kaget, bahagia, tak percaya sepertinya itu sudah menjadi satu sekaligus.
"gue sering liatin lo disini, emang nya lo lagi nunggu siapa? Gebetan lo? Atau pacar lo?" tanya Rafka.
"oh, enggak. Cuma suka aja liat tim lo main hehe" jawab Shaillyn sedikit gugup.
"atau ada orang yang lo suka di tim gue?" tanya Rafka malah semakin membuat Shaillyn tak karuan.
"eh, e-Eng- Enggak! Gue cuma suka aja sama tim lo!" Bantah Shaillyn.
"kayanya gue sering liat lo, lo sering ngikutin gue ya" ledek Rafka.
"nggak, apansih lo kepedean banget!" jawab Shaillyn.
"hahaha, yaudah kalo gitu. Kepala lo masih sakit nggak?" tanya Rafka.
"udah enggak" jawab Shaillyn.
"oh iya belum kenalan. Nama lo siapa? Kayanya gue gak perlu kenalin diri gue ke lo deh"
"gue Shaillyn"
"eumm, gue anterin pulang ya" tawar Rafka.
"hah?!"
"please.."
"gak perlu, gue bisa sendiri" tolak Shaillyn.
"RAFKA!" teriak seorang perempuan, dia adalah Tharisya. Gadis yang tergila-gila dengan Rafka. Cantik, bodygoals, anak konglomerat, dan sangat populer di sekolah.
"ngapain sih lo! Ganggu aja gue lagi sama cewek gue!" bentak Rafka.
"cewek kamu?" Tharisya tak percaya.
"hah?!"
•••
Mian masih banyak kurangnya🙏
Happy reading♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
Short StoryMemperhatikan mu saja sudah membuat ku seperti manusia paling bahagia, apa lagi memiliki mu. Tidak. Itu tidak akan mungkin, aku tak akan mungkin bisa memiliki mu. Banyak sekali penghalang kita untuk bisa bersatu. Seakan bahagia tak ingin menghampir...