TEROR DI MALAM 1 SURO

17 3 1
                                    

Hari itu, hari selasa. Ayah dan ibuku bersiap untuk pergi ziarah ke tempat keramat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ayah dan ibuku akan pergi berziarah saat tepat di malam 1 suro. Entahlah, itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Namaku Risa Anastasya Putri, kini usiaku 19th. Aku tinggal bersama kedua orang tua dan kakak laki-laki ku.
Ayah dan ibuku tengah bersiap-siap kala itu. "Sa , kamu di rumah ya" Kata ibuku "hmm iya" Jawabku. "Ayah dan ibu pergi dulu ya" Kata ayah sambil mengelus rambutku. "Iya yah, tapi nanti kalian pulang jam berapa?" Tanyaku. "Ya nggak tahu." Jawab ibuku. "Nanti juga bang Riko pulang Sa." Kata ayah "ya udah , hati-hati ya yah ,bu" "iya".
Sebenarnya aku cukup senang aku dirumah sendirian, aku bisa bebas main kapan saja. Ya maklum, ibuku orang yang sangat tegas malah terkesan galak, makannya teman-temanku tak pernah berani bermain kerumahku saat ada ibuku. Dan akupun tak boleh pergi bermain ketika ibuku dirumah.
Ibu dan ayahku berangkat pukul 06:00 wib. "Haaahh, dirumah sendirian bang Riko kan masih camping, nanti malam udah pulang blum ya?" Gumamku.
Seharian itu aku bersenang-senang dengan membaca novel sampai puas, memainkan HP dan menonton acara TV . Teman-temanku pun datàng dan menemaniku berbincang sekedar menggosip dan bercerita. Aku memang tak bersekolah seperti teman-temanku dan kakak laki-lakiku. Aku hanya bersekolah sampai lulus SMP. Setelah itu aku Home schooling karena satu dan lain hal. Hari itu aku tak ada kelas, jadi aku tak harus belajar. Setelah sore menjelang, teman-temanku pun pamit. Aku kini benar-benar sendirian. Rumahku memang tidak sebesar rumah- rumah orang kaya di TV . Namun, cukup besar untukku dan keluargaku. Kami tak mekiliki pembantu. Namun, kami memiliki sopir pribàdi .
Azan maghrib berkumandang, aku segera mengambil air wudzu dan bergegas menunaikan ibadah shalat. Setelah itu, aku menyibukkan diri membaca buku di kamar. Waktu menunjukkan pukul 20:00 wib. Bang Riko juga belum pulang, kuputuskan untuk menelfonnya. "Hallo assalamualaikum bang." Sapaku. "Waalaikum salam dek" jawab bang Riko di sebrang sana.
"Bang pulang jam berapa?"
"Kayanya belum pulang dek."
"Hah? Trus aku dirumah sendirian dong?"
"Ya gimana, acaranya belum beres"
"Ya udah deh"
"Tapi bener kamu gak apa-apa di rumah sendirian?"
"Iy gak apa-apa kok"
"Ya udah abang lanjut dulu ya. Bye. Wassalamualaikum."
"Iya, waalaikum salam"
Tuuuttt. Telpon mati.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 wib. Aku menonton TV. Ruang Tv dan pintu utama lumayan jauh. Tapi jika seseorang mengetuk pintu pasti terdengar. Saat itu sekitar pukul 23:30 wib, aku tengah asik menonton acara kesukaanku. Tiba-tiba ada suara ketukan, aku bergegas membukanya karna aku fikir itu ayah dan ibuku. Ketika aku membukanya..... alangkah terkejutnya aku, tak ada seorang pun disana. "Halooo siapa ya?" Ucapku namun, tak ada jawaban. Lalu aku memutuskan untuk kembali masuk. Namun, ku dengar suara ketukan lagi. Dan sama seperti sebelumnya tak ada siapapun di sana. Kejadian itu terulang sampai 3x . Aku kesal bukan main. "Ishh siapa sih kurang kerjaan banget deh".
Lalu ak kembali ke ruang TV. Aku ketiduran. Namun, saat setengah sadar aku seperti mendengar langkah kaki yang terseok-seok. Srekk... srekk... srekk...
Suara itu mondar-mandir di depan TV. Lalu aku mencoba membuka mataku, namun aku tak bisa. Lalu ku dengar suara gaduh dari arah dapur. Glontang... glontang... glontang...
Jglekkk jeglekk jeglekk ... tiba-tiba jendela bergerak dengan keras. Aku merasa sangat ketakutan. Aku berusaha membaca ayat-ayat alquran yang aku ingat. Lalu..... Dodododokkk dododokkk.. suara ketukan itu terdengar lagi. Bahkan semakin kencang. Aku semakin takut.
Lalu aku mendengar suara ayahku memanggil namaku. Baru aku tersadar itu adalah ayah dan ibuku yang telah kembali. Aku segera membuka kan pintu.
"Ayaaaahhhh ibuuuu" aku sangat senang dan lasung memeluk kedua orang tuaku.
"Kamu kenapa Sa?" Tanya ayah. "Iya, kamu aneh Sa" timpal ibu.
"Aku takut yah, bu"
Lalu aku menceritakan semua yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Lalu ayah dan ibuku memelukku. Ternyata dulu aku juga pernah mengalami hal yang serupa. Sampai aku tak di perbolehkan untuk sekolah lagi. Namun, anehnya aku tak ingat kejadian itu. Padahal aku tak pernah bisa melupakan suatu kejadian. Ayah dan ibuku mengira hal semacam itu tak akan terjadi lagi padaku. Namun ternyata kali ini terulang lagi. Dan hal itu membuat ayah dan ibuku semakin protektiv. Sejak saat itu kebiasaan ayah dan ibuku untuk ziarah di malam 1 suro sudah tak di jalani lagi.

CERITA TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang