; 0.3 ;

2.9K 734 163
                                    

Diluar hujan, Jeongin yang semula sedang berbaring di atas kasurnya pun bangkit. Matanya tertuju ke arah jendela kamar yang menampilkan halaman belakang asrama yang sepi, langit pun sangat gelap, beberapa kali kilat terlihat dibarengin dengan suara petir yang menggelegar.

Dengan malas Jeongin melangkah menuju jendela, berniat untuk menutupnya.

"Kak Jeno sama kak Haechan batu banget dibilangin, dibilangin mendung tetep aja jalan." Ucap Jeongin sedikit jengkel, pasalnya Jeno dan Haechan ngotot ingin pergi ke toko ponsel.

Ingatkan si Jeno membanting ponselnya karena kesal?

Tentu saja Jeno ingin membeli ponsel baru untuk dirinya sendiri dengan ditemani oleh Haechan.

"Biarin lah, mereka ini yang kehujanan. Lagian lo tau sendiri kan, si Jeno itu gabisa hidup tanpa hape? Makanya dia langsung beli hari ini." Celetuk Guanlin.

Jeno memang tipikal manusia yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Jika hari libur saja 24/7 bareng sama ponsel, udah kayak orang pacaran.

"Lagian segala banting hape sih. Mentang-mentang banyak duit."

Setelah menutup jendela, Jeongin memutar tubuhnya, melangkah mendekati kasur Guanlin dan menatap laki-laki bermarga Lai itu serius.

"Eh, kak. Lo ga merasa takut?"

"Takut kenapa?"

"Soal situs itu. Kalau misalkan kak Jungwoo-"

"Ga masuk akal, tau ga? Meninggal cuma karena situs. Lagian lo liat sendiri kan apa isi tu situs? Ga danta!" sela Guanlin kesal, dia lalu mengambil earphone miliknya dari atas nakas.

"Ya emang si, tapikan tetep aja, gue aja jadi kepikiran terus."

"Suruh siapa lo ikutan ngeliat?"

Jeongin mendecak, "penasaran gue, sumpah."

Sebagai respon Guanlin cuma mengangkat bahunya asal. Sementara Jeongin menggaruk kepalanya. Bohong kalau Jeongin tidak merasa menyesal. Seharusnya dia bersikap bodo amat saja seperti Baejin.

Jeongin pun melangkah menuju kasurnya, mengabaikan Guanlin yang sudah bersenandung mengikuti irama musik yang ia dengarkan-Guanlin telah memakai earphonenya.

Ting!

Mendecak, Jeongin membuka pesan yang baru saja masuk itu.

Uknow :

Uknow : please wait until tomorrow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uknow : please wait until tomorrow

Keningnya mengernyit.

"Ini tukang bantal salkir apa gimana dah? Perasaan gue kaga mesen bantal." Gumamnya.

"Kenapa, Jeong?"

"Ini, tukang bantal salah kirim ke gue keknya."

Mendengarnya tentu membuat Guanlin tertawa.

Restricted site? ;; Ft. 00Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang