08 - Ambisi Kuat

7.1K 889 92
                                    


'WHAT THE FUCK! Dia tidak tertarik padaku? Hell, dia bercanda?' umpat Sally dalam batinnya.

Gadis itu melotot kesal, tapi sebisa mungkin mengatur ekspresinya agar tidak terlalu ketara. Harga diri Sally terjun bebas ketika ditolak di depan rivalnya yang bisa dibilang sama sekali tidak sebanding dengannya.

Sally bertekad dalam hatinya untuk membalikkan keadaan. Membuka mata pria sialan ini lebar-lebar untuk menoleh dan takluk di tangannya.

Selain menjalankan misi satu bulan menjadi maid, ia juga ternyata harus menjalankan misi pribadinya. Karena menurut Sally akan sia-sia pengorbanannya satu bulan ini jika pada akhirnya pria itu tidak ingin menjual pulaunya pada Daddynya.

Sally menatap lekat kedua bola mata Roland. Gadis itu seakan menantang pria itu tanpa ragu. Ia bahkan akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Saya yakin, nanti Tuan akan menyesal karena tidak memilih saya," bisik Sally tepat di sebelah telinga kanan Roland.

Pria itu menatap Sally lekat saat wanita itu melangkah mundur meninggalkan kamarnya. Senyum pongah ditunjukkan Sally pada Roland dan sialnya pria itu meneguk salivanya berkali-kali.

Sally menghilang dari pandangan Roland dan tinggallah pria itu dan Katty berdua di dalam kamar.

'Kau terlalu percaya diri, Elley!' batin Roland.

Pria itu menghampiri Katty yang berdiri menekuk wajahnya karena diacuhkan oleh Roland. Pria itu segera memberikan ciuman mesra pada Katty. Keduanya larut dalam lautan ciuman panas.

🌹🌹🌹🌹🌹

Sally memukul tembok toilet. Ia menumpahkan kekesalannya atas kejadian yang baru saja terjadi. Seumur hidupnya, belum pernah ada pria yang tidak tertarik padanya.

Dengan berani serta kurang ajarnya Roland Filemon menolaknya dan lebih memilih wanita yang jauh di bawahnya serta lebih rendah status. Lagi-lagi harga dirinya terluka, Sally membenci kalah dari seseorang.

Gadis itu berkali-kali menarik napas lalu mengembuskannya. Ingin rasanya ia menjambak rambut dan mencakar wajah Katty yang dengan lancangnya memandang rendah dirinya. Jika saja, Sally tetaplah menjadi Sally bukan Sally menjadi Elley, maka Sally tidak akan tinggal diam. Ia tentu sudah pasti akan melabrak Katty seperti biasanya. Gadis itu mengumpat berkali-kali dalam batinnya.

Sally melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya, waktu istirahat. Ia ada kesempatan untuk mencari informasi dari Amor tentang Katty.

Gadis itu segera keluar dari toilet, merapikan dirinya dan berjalan anggun seakan tidak terjadi apa pun. Sally tidak ingin semua orang tahu kalau ia baru saja ditolak majikannya.

Langkah Sally membuat beberapa pekerja pria di sana bersiul. Namun, tidak mungkin Sally tergoda pada pria kelas rendahan seperti itu. Gadis itu mengabaikannya dan tetap berjalan menuju Amor berada.

"Aku ingin mengobrol banyak denganmu. Apa kau bisa?" tanya Sally pada Amor yang baru saja selesai makan.

"Kau tidak makan? Tentu saja aku bisa," tanya Amor perhatian.

Sally menggeleng menjawab pertanyaan Amor itu.

"Berikan aku satu buah apel saja. Lalu kita berbincang segera." Amor membersihkan piring bekas makannya dan bergegas mengambil satu buah apel dari dalam lemari pendingin yang ada di sebelahnya.

"Elley, kau hanya makan apel ini? Wow, pantas saja tubuhmu begitu proporsional. Aku pikir hanya artis dan model yang melakukan diet apel begini," kata Amor.

PLAY MATE (Selesai! Pindah rumah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang