Lampu taman menyala temaram, romantis dan klasik. Sangat menceriminkan gadis yang sedang kasmaran dengan kekasihnya ini.
"Suka?" sambil menyodorkan coca-cola dingin entah darimana dengan menikmati senyuman gula didepannya.
"Sangat. Terimakasih." Senyum Ghalea makin gula.
"Buat aku?" Ghalea bertanya ragu-ragu karena Arez masih menggantungkan coca-cola didepannya.
"Iya dong." jawab Arez tanpa ragu.
Duh, lo gabisa minum soda kan Lee, gw cariin jus atau mineral bentar ya, nelen liur dulu deh lo.
"Ghal. Ini diterima dong," Arez bersuara karena gadis didepannya terlihat melamun.
"Ah iya. Terimakasih lagi, " kata Ghalea meski kali ini dengan bibir yang agak mengkerut.
Arez terlalu terbawa suasana romantisme yang kental merasa sangat riang, secara sppontan mencium Ghalea tepat di pipinya.
Terkesiap dan dengan cepat Ghalea memeriksa sekitar.
"Aku keberatan kamu menciumku seenaknya," tanpa ampun Ghalea memprotes pacarnya kali ini.
"Aku cuman merasa gemas, kenapa jadi masalah?" Arez membela diri.
"Bukan begitu, aku tidak masalah dicium kamu, cuma aku keberatan kamu mencium aku didepan umum begini. Kamu kebayangkan kalau kita tiba-tiba masuk infoteman?" Ghalea mulai menuturkan penjelasan.
Arez meski menyerngit, dia mengangguk.
Ghalea hapal betul, Arez bukan sedang setuju tapi ia sedang mencari masalah baru.
"Kelihatannya kamu lebih butuh cola dingin ini," Ghalea menyerahkan cola yang kini sudah dia buka.
"Kamu takut pasien liat apa temanmu lihat kita pacaran?"
"Kalau aku takut pasien lihat sejak awal kita nggak kencan diluar begini, aku cuma tidak mau kamu berlaku tidak biasa seperti itu,"
"Yakin bukan takut yang lain lihat?"
"Yang lain apa?"
"Setyo misalnya,"
"Kamu dulu dikit-dikit Ibra, sekarang Setyo dibawa-bawa,"
Ghalea bersyukur pramusaji menghampiri dan mulai menata makanan pada meja mereka, membiarkannya menarik nafas dan menata emosi.
Menghadapi satu pasien keras kepala melelahkan, dan menghadapi Arez yang sedang jengkel adalah tujuh kali lipatnya.
"Lho salahmu dekat dengan mereka, kamu bisa nggak sih, nggak usah terlalu bergantung kepada Setyo atau Ibra? Sejak kamu kuliah kamu pasti dibantu Ibra, sudah menikah juga masih sempat ngurusin kamu, memang kamu istri mudanya?"
Ghalea diam, kapan memang Ibra mengurusinya?
"Setyo juga, aku rasa dia gaperlu antar jemput kamu setiap hari, apa betul kalian setiap saat satu shift, jangan-jangan akal-akalan Setyo saja apa kamu yang terlalu menjadi benalu?"
Ghalea mulai berdecak kesal, Arez masih saja mengoceh tidak penting. Ghalea merasa nasi gorengnya kali ini akan tidak enak, padahal ini nasi goreng rempelo ati yang sempat menjadi top 5 makanan favoritenya, sepertinya mulai sekarang tidak lagi.
"Kamu gabisa jaga jarak sama mereka Ghal? Jangan terlalu sering satu shift juga sama Setyo, bukannya kamu bisa minta rolling ke HRD atau apa itu namanya,"
Ghalea yang sedang makan krupuk menjadi super kriuk.
Arez benar-benar suka becanda.
Ghalea memilih diam sambil meneruskan makan, tidak ada lagi yang ingin dia lontarkan. Lupakan lampu taman yang indah, lupakan menu makanan yang sama sekali tidak menyenangkan, lupakan juga romantisme sialan yang berujung omelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghalea
RomanceBercerita tentang Ghalea, perawat rumah sakit yang dibuat sakit hati oleh seorang pria. *** Derik bangsal yang didorong sepanjang lorong, raut cemas hilir mudik sampai cekikik usil ditengah deru isak masih ada, masih selalu ada. Seperti Arez ya? Gha...