KEPALAKU mengernyit saat sakit terasa menghantam kencang. Sisa-sisa awan mimpi mulai menghilang hingga membuat kelopak mataku yang tadinya terpejam perlahan terbuka. Rasanya, aku seperti di hantam batu beton bangunan gedung. Sakit sekali!
Mulanya kupikir aku sudah mati, namun saat menyadari bahwa aku sedang berada di dalam kamarku yang nyaman, aku diam-diam mengembuskan napas lega. Syukurlah, kupikir aku sudah di dunia lain karena aku sama sekali tidak mengingat hal terakhir yang kulakukan semalam. Aku hanya ingat pergi ke pesta pernikahan, mengobrol dengan orang kaya Kimsung, sibuk mengumpati Seolhyun yang sok cantik saat berjalan di altar, makan banyak, minum banyak, dan hilang. Ingatanku hanya sebatas sampai sana saja.
Apa aku menelepon Gun ya semalam?
Sambil memijat pelipisku pelan, kuraih ponsel dari dalam tas dan mengernyit saat menyadari kalau aku masih mengenakan pakaianku yang semalam. Oh my god, aku sampai tak sempat mengganti piyama tidur? Really?
"Tidak ada panggilan keluar," gumamku pelan sambil mengerutkan dahi. Bagaimana aku bisa sampai di apartemen?
Apakah aku terbang? Aish, tidak mungkin, aku memang cantik seperti bidadari, tapi aku masih manusia normal yang tak bersayap. Jadi tidak mungkin kalau aku terbang. Hmm... tanganku langsung bergerak memegang perutku yang tiba-tiba saja berbunyi saat indera penciumanku mencium bau segar dari arah luar kamar.
Ini sudah pasti Gun!
Mengambil posisi lari, aku segera membuka pintu sambil bertelanjang kaki. Kulangkahkan kakiku menapaki dinginnya ubin lantai menuju dapur dan menemukan punggung tampan berselimut kaos hitam di sana. Dari perawakannya jelas itu bukan Gun, tapi... "Myungsoo?!" suaraku meluncur sejurus kemudian.
Si pemilik punggung tampan itu menoleh, manik mata hitamnya langsung bertemu dengan mata indahku. Aku menaikkan alis, "Kau sedang apa?"
"Membuatkanmu sup pengar." Ucap Myungsoo sambil membawa nampan berisi sup hangat ke arah meja bar.
Aku melangkah mendekat, mengambil tempat pada satu dari tiga kursi yang tersedia. Pandanganku lurus menatap sup pengar buatan Myungsoo yang bau-nya membuat cacing-cacing di perutku memberontak meminta makan, namun alih-alih langsung memakannya, aku mendongak memberikan pertanyaan. "Apa ini bisa di makan?"
Myungsoo mengangkat alis. "Tentu saja."
"Kau bahkan tidak bisa memasak, aku tidak makan makanan sembarangan." Kataku cepat. Bagaimana kalau aku malah jatuh sakit akibat keracunan, mana tahu Myungsoo salah memasukkan bumbu kan, meskipun ibunya pandai memasak tapi bakat seperti itu kan tidak turun serta-merta. Kita harus mempunyai skill.
"Aku melihat resepnya di mesin pencarian. Kau tidak akan keracunan, Suzy."
Aku masih bergeming.
Myungsoo menghela napas, mengambil sendok lain kemudian menyuapkan satu suapan untuknya. Dia menatapku sedikit mengangkat alis, "Lihat, aku tidak kenapa-napa bukan?"
"Normalnya racun akan bereaksi tidak secepat ini. Masih perlu waktu lebih lama lagi." kataku.
"Jadi, kau tidak mau?" tanya Myungsoo, kemudian mengangguk. "Baiklah kalau begitu..."
Lalu aku langsung panik saat melihatnya hendak menarik nampan dari hadapanku. Kutahan nampan itu dan dengan cepat menariknya hingga kembali mendekat kepadaku. "Siapa bilang? Aku mau." Jawabku dan dengan cepat memakan sup pengar buatan Myungsoo.
Aku bisa melihat Myungsoo tersenyum kecil di tempatnya, tapi aku berpura-pura tidak melihat saja. Well, untuk ukuran seorang pria yang tak pernah memasak rasa sup pengar ini lumayan juga. Aku akui.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Celebrity And Her Perfect Match | MYUNGZY COUPLE
FanfikceDISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 Judul sebelumnya: Hello, "Bagaimana kalau kita berkencan?" "A...