2

94 9 0
                                    

Prasangka adalah sehebat-hebatnya penggoda. Mampu merubah pandangan seseorang dalam sekejap mata. Yang derana terlihat durjana. Yang semena-mena dianggap bijaksana.

Langit masih gelap. Udara dingin dan semilir angin sepertiga akhir malam masih setia mendekap. Kemarin, ibu asrama memberi wejangan yang mengarah pada kode keras untuk bersih-bersih disana. Wajar jika saat ini mereka masih kalah telak oleh kantuk dan kelelahan.

"GARUGAHHHHH!!!!"

Sebuah ungkapan khas Roisah -kepala asrama- disana, yang bermakna perintah jamak agar semua orang segera bangun dari tidur lelap mereka. Benar-benar tanpa aba-aba, suara menggelegar itu meruntuhkan keheningan di tiga ruangan.

"Man bangun man! Cepetan! Ini kasurnya mau diberesin sama yang piket!" titahnya.
Amanda membuka matanya.

"Ehh iya iyaaa ampunnnn!!!-" amat terkejutnya ia ketika kasur yang ia tiduri ditarik tiba-tiba oleh seseorang disana.

"-iya ini mau bangun, bentar dong! Gausah ditarik juga!"

Amanda berdiri perlahan, menahan kepalanya dengan tangan kanan. Menguji kesabaran teman yang bertugas melaksanakan piket kasur hari itu. Jika saja sudah tidak punya perasaan, pasti kasur itu ia tarik hingga seseorang diatasnya -Amanda- terjatuh.

Gelap. Amanda berusaha menahan agar tubuhnya tetap berdiri walau tampak tak tegap. Perlu waktu agar penglihatannya tak lagi kabur. Duh, emang harus begini ya tiap bangun tidur?

Perempuan itu segera menuju ke kamar mandi. Dengan tatapan remang-remang ia dituntut sabar ketika melihat antrian yang terlampau ramai.

"Udah Nafa." carternya. Ia membalikan badan, melangkah pelan, dan duduk didepan lemarinya.

"Kenapa, Man?" tanya Teh Siti, kakak kelasnya.

"Pusing, teh."

"Eh, sakit? Minum obat atuh. Teteh ada obat warung, mau?"

"Gausah teh, emang biasa gini kok dirumah ge. Lagian ini mah bukan gara-gara sakit, teh."

"Terus gara-gara apa?"

"Rindu"😝

"Halahh, jones segala rindu, rindu siapa? Pacar aja ga punya!"

SKAK. Amanda disudutkan dengan sekali serangan, tapi dia justru tertawa, ia tak mengira teh Siti akan meladeni candaannya.

"Udah ah, teteh mau mandi. Semangat atuh, Man! Walau udah sebulan, tapi masih panas kan tekadnya? Gaboleh sakit! Tahun baru semangat baru!"

"Siap Qaqaqssss" Amanda menyanggupinya sambil melihat teh Siti yang berusaha menarik handuk dari gantungan lemarinya.

Iya juga, ya? Aku mau rindu pun gaada objek.

....

Sudah terlampau satu purnama kebiasaan ini berjalan. Tapi tetap saja tak busuk dilahap masa. Laras yang mengambil makan; Tissa memasok makanan tambahan; Nilam dan Amanda yang membersihkan tempat mereka makan; Nafa dan Winda yang mencuci nampan. Untuk standar sebuah organisasi, lingkar pertemanan ini bisa dipandang saling melengkapi.

Lagi, seterlambat apapun, mereka akan tetap menunggu temannya demi berangkat sekolah bersama. Walaupun-

"Man!! cepetan turun, meuni lama! Ngapain dulu sih?!"

"Perasaan Manda yang paling duluan beres teh, naha turunnya terakhir terus?, keburu siang nihh!"

"AMANDAA!"

-ya, walaupun si terlambat harus dimarahi terlebih dulu:')

"Iyaa udahh, ini tinggal pake sepatu. Ampun para kanjeng ndoroku ampunnnn!"
Amanda turun dengan gestur mohon ampun seorang pengawal pada permaisuri.

GriyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang