PROLOG

116 10 4
                                    


Sudah ke berapa kali Kirana memenangkan Olimpiade Fisika tingkat se-Surabaya. Kali ini, Kirana berdiri lagi di atas panggung. Siap menerima piala hasil kemenangannya.

"Selamat untuk Kirana Larasati! Telah memenangkan lomba Olimpiade Fisika sekota Surabaya. Berikan tepukan yang meriah," ucap Kepala Sekolah antusias.

Tepuk tangan mulai bergemuruh. Kepala Sekolah memberikan aba-aba untuk berhenti sejenak dan mempersilahkan Kirana menyampaikan pesan dan kesannya.

Kirana memegang microfon dengan gugup. Dia berdeham sebentar.

"Pertama-tama, saya, Kirana Larasati mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada kalian semua yang selalu mendukung saya dalam kegiatan lomba maupun olimpiade. Terimakasih juga dengan para guru yang selalu memberi kesempatan bagi Kirana untuk terus mengikuti lomba walau beberapa kali sempat kalah." Kirana menghembuskan napas sejenak.

"Dengan semua hasil kemenangan saya, akan saya gunakan sebaik-baiknya. Saya akan terus belajar sampai di titik dimana saya merasa lelah. Dan semuanya disini membantu saya untuk bangkit kembali. Piala ini, selalu saya hadiahkan kepada orangtua saya. Mereka sangat bangga sekali dengan saya. Saya berterimakasih kembali kepada semuanya. Sekian dari saya, sampai jumpa."

Kirana mengakhiri kalimatnya dengan membungkuk hormat. Lalu dia turun dari panggung kecil yang biasa dibuat upacara. Semua bertepuk tangan meriah lagi.

Kirana di sambut dengan beberapa guru. Kirana memberi salam ke semua guru dan mengucapkan terimakasih. Para guru mengangguk senang. Kirana kembali menuju barisan upacaranya lagi.

"Hei, Kirana, selamat ya!" ucap Amanda, salah satu siswi kelas XII-IPA 2.

"Waahh makasih Amanda." Kirana tersenyum manis.

"Semangat terus ya! Sama-sama."

Kirana mengangguk mantap. Kini dia sudah berada di barisan kelasnya. Semua teman di kelasnya terbangga-bangga akan sosok Kirana yang kuat tiada tangguh. Yang selalu menjadi sosok andalan para guru jika bersangkutan dengan olimpiade.

Upacara selesai. Semua murid berhamburan menuju kelas. Tap Kirana menunggu semuanya sampai terlihat sepi. Dia duduk di bangku taman dengan memegang piala hasil kemenangannya.

Beberapa menit setelahnya, kerumunan siswa-siswi sudah reda. Kirana melangkah pergi dari taman dan menuju kelas. Saat berjalan, dia tersenyum-senyum bahwa hasil kerja kerasnya selalu membuahkan hasil.

Kirana memasuki kelasnya, lalu menuju bangkunya. Ditaruhnya piala kebanggaan itu di atas meja. Teman bangku di sebelahnya terkagum-kagum. Dia banyak bertanya bagaimana caranya menjadi juara.

"Kirana, bagaimana caranya kau mendapatkan piala ini? Dan juara beberapa kali?" tanya Zia.

"Ahh itu, aku selalu belajar, berdoa, dan selalu mengikuti lomba yang diadakan di luar sekolah. Dengan begitu mungkin kamu juga bisa jadi juara," jelas Kirana sambil tersenyum.

"Hmm betul juga. Omong-omong aku suka menggambar nih, berulang kali juga ikutan lomba meskipun tidak besar-besar an. Tapi aku selalu kalah." Zia menunduk muram.

Kirana menyentuh pundak Zia. "Hey, terus berusaha. Cari tutorial di Youtube, minta pendapat sama orang rumah juga sesekali menggambar waktu senggang untuk latihan."

Zia mengangkat wajahnya. Matanya berbinar. "Benarkah? Apakah masih bisa? Omong-omong juga hari Sabtu kalau gak Minggu akan ada lomba menggambar se kecamatan di rumahku. Aku ingin mengikutinya."

"Ikutlah, Zia. Kau pasti bisa. Jangan pantang menyerah. Karena motto orang sukses itu pantang menyerah dan terus berusaha,"

"Makasih Kirana! Kamu juga harus tetap semangat ya, meskipun ada hambatan mungkin aku akan membantu, seperti kamu membantuku saat ini." Zia mengepalkan tangannya.

"Ahh, aku kan tidak membantu apa-apa. Hanya memberi solusi saja. Hehehe." Kirana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tetap saja! Solusimu itu sangat membantu tau! Sekarang, kita belajar yang rajin. Semangat!"

"Yaps, semangat!" Kirana dan Zia melakukan tos dengan ria.

Kirana selalu dipandang teman-temannya baik. Meskipun gadis itu tidak secantik yang dibayangkan, tetapi hatinya baik serta cantik. Muka Kirana sangat manis, cocok menjadi karakter baik di cerita manapun.

Tapi mungkin, dibalik sosok cerianya, pasti ada suatu masalah yang disembunyikan rapat-rapat oleh Kirana. Entah itu masalah keluarga, pribadi, atau teman. Biarkan itu menjadi rahasia tersendiri bagi Kirana. Yang terpenting juga, masalah itu tidak menghambat prestasi Kirana.

***

Huh! Akhirnya update juga😂😂😂
Btw, cerita ini adalah challeng menulis 21 hari bareng Langit Sastra.
Ada 4 cerita. Dan ini salah satunya.
Aku sama 3 temen aku yang emang kece, bakal garap cerita ini. Gantian per partnya.

ifadewi30
achacamarica
dgibran29
Kak Nelly

Hehehe sorry ya kalo cerita kami gaje gimana gitu..
Maklum masih pemula😂😂😂
Jangan lupa ajak yang lain baca ya...

Salam....

Lintang AksamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang