SATU

56 9 0
                                    

Prang!

Sungguh sambutan yang menakjubkan atas kepulangannya dari sekolah. Kirana mendengkus. Pasti ibunya yang cerewet bin bawel itu kembali menuntut untuk dibelikan teplon warna merah seperti yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Yah, produk buatan Korea Selatan. Yang mana negara tersebut surga bagi haluvers layaknya teman-temannya di sekolah. Kirana ingat, kemarin Bude Siti, tetangga sebelah baru saja menerima kiriman paket, apalagi kalo bukan teplon merah, sebab ibunya sudah seminggu ini merengek meminta dibelikan kepada Bapak.

"Assalamualaikum...Kirana pulang." Ia menghampiri sang Bapak yang tengah minum air putih. Menyambut tangan kasar Bapak kemudian menciumnya.

"Gimana sekolahnya?" Pertanyaan yang selalu muncul setiap Ia pulang ke rumah.

"Baik." Jawabnya pendek, "Nanti malem Kirana cerita. Bapak mau narik ojek lagi, kan?"

Bapak mengangguk sebagai jawaban. Kemudian mengecup keningnya dan berdiri, "jaga Ibumu yang cerewet itu ya. Kalo bisa jangan biarin ibumu keluar rumah. Nanti dia iri lihat Bude Siti beli HP terbaru." Bapak terkekeh sembari memakai helmnya.

"Lho, Bude Siti dapet paket lagi?" Bapak mengangguk, "kali ini HP?" Bapak mengangguk lagi, "Duh ketahuan ibu bisa berabe dunia akhirat ni... Hahahaha" mereka tertawa bersama.

***

Kirana mengamati Bapak yang menjauh dengan motornya yang terkenal dengan jargonnya One Heart. Motor yang Bapak beli 2 tahun lalu, setelah menabung bertahun tahun dari hasil kerjanya sebagai buruh bangunan. Sejak saat itulah bapak berganti profesi sebagai tukang ojek online.
Kirana menghela nafas, lelah sekali. Ingin sekali membantu Bapak dalam memenuhi kebutuhan, mengingat ibunya yang memang bisa dikatakan hanya merepotkan saja. Hanya bisa menuntut ini itu. Tapi, Bapak melarangnya.

"Bapak masih mampu menghidupi kita berempat. Jadi kamu fokus sekolah aja. Belajar yang rajin biar nanti bisa kuliah di tempat yang bagus. Jadi sarjana. Jangan kayak bapak yang cuma lulusan SMP. Ok!" Jawab bapak kala itu ketika Kirana menceritakan niatnya untuk membantu bapak. Bekerja apa saja. Asal dapat menggasilkan uang dan tentu saja halal.

Yang bisa Ia lakukan untuk membantu bapak adalah dengan setiap hari minggu ia akan pergi ke tempat Bu Haji Dewi, membatu beliau yang sekedar menyetrika. Lumayan, setidaknya upah yang diberikan Bu Haji Dewi cukup untuk membeli garam di warung.

Kirana membuka pintu kamarnya, adiknya tengah tidur pulas, barangkali lelah setelah bermain dengan teman-temannya. Atau bisa jadi, lelah mendengar gerutuan dan tuntutan ibu kepada bapak. Mendekat, ia kecup kepala kecil sang adik. Memperhatikan malaikat yang Tuhan hadirkan pada keluarganya sebagai pelengkap dan tentu saja agar rumah tak sepi. Akan tetapi, sepertinya sang adik menuruni sifat Bapak. Karena alih-alih menangis ketika bapak ibu bertengkar. Ia hanya diam. Tanpa menunjukan raut ketakutan.

"Mbak sayang sama adek. Sayang banget." Guman Kirana dengan sesekali mengecup kepala Kano. Air matanya menetes, ia menyesali mengapa bocah sekecil ini harus dihadapkan dengan kondisi keluarga yang jauh dari kata sehat. Ia sadar betul hal tersebut dapat mengganggu kesehatan mental sang adik.
Pintu terbuka, sang ibu muncul dari baliknya.

"Ibu mau ngomong, kamu buruan ganti baju terus makan." Kata ibunya kemudian berlalu.

Kirana menghela nafas, uhhh sudah berapa kali ia menghela nafas. Seolah-olah beban di pundaknya berat saja. Padahal ada yang lebih berat selain dirinya. Segera ia mengganti pakaiannya. Mempersiapkan diri jika nanti akan ada perdebatan sengit antara dia dan ibunya.

Sungguh, sebenarnya ia menyayangi ibunya. Tapi, sikap ibunya yang kurang bersyukur membuatnya geram. Bagaimana Tuhan mau menambahkan rejeki kepada keluarganya kalau dia bersyukur saja enggan? Lama-kelamaan Tuhan muak dengan manusia macam ibunya. Ya ampun Kirana, sebenarnya apa yang kau pikirkan? Apa kau mendoakan ibumu cepat mati? Durhaka kau Kirana! Rutuknya dalam hati.

***

Alhamdulillah...
Semoga tulisan kami lebih baik ya...
See you next chapter...

Salam,

Lintang AksamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang