Sebuah kaki menghantam keras perut Satria dengan beringas. Membuat nya jatuh tersungkur sambil meringis kesakitan.
"Bangun lo!" Sergah Leon.
Satria beranjak berdiri. Dia menatap
Leon bersama kilatan amarahnya. Cowok itu melayangkan pukulannya dengan kuat. Detik itu juga, Leon menangkisnya."Lo salah milih lawan." kata Leon. Bugh! Dia meninju wajah Satria dengan
begitu kasar.Bugh! Bugh!
Akhirnya Satria berhasil membalas pukulan Leon untuk melindungi dirinya.
Dia tidak peduli bahwa yang sedang ia
pukul ini mantan sahabatnya."APAAN NIH WOI?! KOK RAME-RAME?!!"
tiba-tiba Rey datang secara rusuh
menyeruak ke kerumunan. Namun ia
langsung diam di tempat ketika melihat
Satria menoleh ke arahnya. Rey-
ketua OSIS SMA Garuda jelas terperangah
dengan keadaan lobby sekolah yang berubah menjadi tempat yang sangat ramai dari biasanya."Eh curut lo kenapa pada diem aja sih! Bukan nya di pisahin juga," kata Rey pada teman-teman Satria yang hanya menonton pertarungan.
Akhirnya Rey maju berusaha melerai mereka, di susul Aldo, dan ketiga teman satria.
"WOY STOP WOY!" ucap Rey yang tak di gubris keduanya.
Dengan sekuat tenaga mereka melerai perkelahian itu. "Satria, Leon gue bilang berhenti!" Tegas Rey.
"Ada apa sih ini sebenarnya?" Tanya Marcell yang masih tidak mengerti apa akar permasalahannya.
Cindy, Tasya, dan Oca yang baru saja datang langsung menerobos kerumunan itu.
Cindy mengedarkan pandangannya melihat satria dan Leon yang sedang di tengahi oleh Rey sembari di pegangin beberapa murid lainnya.
"Eh-eh Bu Tike datang!" Seru seorang siswi di ikuti dengan terbukanya gerombolan itu. Memberi jalan Bu Tike.
"Kalian berdua, ikut keruangan saya!" Ucap Bu Tike tanpa basa-basi.
***
"Ada apa ini? Apa yang kalian berdua ributkan?" tanya Bu Tike setelah sampai di ruangannya.
"Buk dia yang mulai duluan, bukan saya!"
"Satria, ibu ngga tanya siapa yang mulai deluan. Ibu tanya apa penyebabnya sampai kalian bisa sampai berantem kayak gini?" Tanya Bu Tike panjang lebar.
Keduanya tidak ada yang menjawab. "Jadi ngga ada yang mau jawab ini pertanyaan ibu?"
"Baik, jika tidak ada yang ingin menjawab, ibu hukum kalian berdua." Final Bu Tike.
"Tapi bu-"
"Tidak ada tapi-tapian Leon." Ucap Bu Tike yang sudah mengenakan kacamata nya dan mencatat mana keduanya di buku catatan BK. "Kalian berdua boleh keluar."
***
Dua orang perempuan yang masih memakai pakaian ekskul nya memasuki sebuah apartemen sederhana, apartemen itu sebenarnya studio foto milik Marcell hanya saja tempat itu dulunya sering menjadi tempat nongkrong mereka. Satria, Leon, Aldo, Rey, Marcell, Hugo, Rafi, Tasya, dan Oca.
"Lah, kalian ngga ganti baju dulu sebelum kesini?" Tanya Marcell yang duduk di atas meja.
"Nanti aja gih pas di rumah sekalian mandi, mager banget gue." Jawab Oca yang baru menyelesaikan ekskul golf nya bersama Tasya.
"Lo pada liat Leon sama Satria ngga pas di sekolah?" Tanya Marcell yang masih memikirkan kejadian tadi.
"Tadi sih kayaknya mereka masih di omelin sama Bu Tike." Jawab Oca.
"Mereka tuh kenapa sih? Bukannya dulu mereka akrab banget ya?" Tanya Tasya bingung.
"Gue juga ngga nyangka kalo masalahnya bakal segede ini" ucap Marcell.
"Kayaknya Leon mulai suka deh sama si anak baru itu." Sahut Oca.
"Maksud lo? Leon suka sama Cindy gitu? Heh ngga mungkin."
"Masih aja lo belaian Leon." Celetuk Oca.
"Cih, ngajak ribut lo?!" Tantang Tasya. Pasalnya ia tidak suka jika masih ada orang yang mengungkit masa lalunya dengan Leon.
"Hey girls, sudah-sudah jangan di lanjutin, gue pusing dengernya." Ucap Marcell melerai keduanya.
"Tapi bisa aja kan masalah ini berhubungan sama kejadian di kantin tadi?" Pikir Oca
***
"Iya ma, Cindy bantuin mas Fahmi nutup cafe kok."
"...."
"Oke mom, love you."
"...."
Setelah itu Cindy mematikan ponselnya dan menuju salah satu meja yang masih ada beberapa gelas yang tergeletak di atasnya.
"Permisi, ini kayaknya ada rambut deh di minuman saya" ucap salah satu cowo berambut cokelat yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Hah, boleh saya cek dulu?" Tanya Cindy ramah, kemudian mengecek gelas minuman cowo itu dan aman-aman aja tidak ada yang bermasalah.
Setelah Cindy meletakkan kembali gelas itu tangan nya malah di cekal oleh lelaki yang tadi memanggil nya. "Boleh kali minta nomor handphone nya." Goda nya.
Gadis itu berusaha melepaskan tangannya, bukannya di lepas cowo tersebut malah mengeratkan genggamannya.
"Bukan nya lo juga pengen nomor telepon gue?" Tanya nya
"Di sini ada CCTV, lo lepasin atau gue laporin polisi." Ucap Cindy tegas.
"Lo ngga butuh polisi." Sahut Satria yang baru saja datang, kemudian menendang kuat kursi yang di duduki si pria berambut cokelat itu hingga sang empunya tersungkur ke lantai.
"Apa-apaan lo?!" Ujar teman pria tersebut.
"Loh, bukannya terakhir kali kita ketemu pas balap liar minggu lalu ya?" Tanya Satria meremehkan, pasalnya pria itu adalah pria yang suka sekali mencari masalah dengan nya sewaktu masih SMP, dan balapan liar itu pun pria itu sendiri yang menantang Satria tapi dia juga yang kalah.
"Sa-Sa-Satria." Ucapannya gagap.
Kemudian dengan cepat dirinya membantu temannya berdiri dan segera pergi dari tempat ini. dia tidak ingin mati muda, karena dia tau bahwa Satria yang sekarang jauh lebih ganas dari pada Satria yang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATRIA (On Going)
Ficção Adolescente"Maaf" ucap gadis itu spontan "Lo punya mata nggak sih?!" balas nya sengit. "Dih, galak amat" gumam nya. ----------------------- "Woy! Itu taxi gue!" "Awas aja lo kalo sampe ketemu!!" ------------------------ "Lo pikir gua ngga tau kalo lo diem-diem...