18.

24.7K 1.4K 36
                                    

          Arlington menoleh dengan wajah datar ke arah Abbey, kemudian menarik diri untuk berdiri—menjauh dari perempuan itu.

"Siapa dia?" tanya perempuan yang sempat berbaring di bawah kungkungan suaminya hanya mengenakan pakaian dalam.

"Aku istrinya sialan!" Abbey berjalan menghampiri perempuan itu kemudian melepaskan ikatannya dan menarik perempuan tersebut agar berdiri.

"Apa yang kau lakukan dengan suamiku? Sialan! Kau berani menggodanya?"

"Kenapa tidak?" Abbey mengatupkan rahangnya, gemas akan jawaban perempuan itu.

Abbey mengulurkan tangannya untuk menarik rambutnya. "Keluar dari kantor suamiku! Jangan pernah kembali dan jika aku melihatmu sekali lagi aku akan menggunting semua rambut cantikmu ini sampai habis!"

Perempuan itu meringis pelan sembari menatap tajam kearah Abbey yang dibalas tak kalah tajam oleh Abbey. "Penyihir! Arlington menikahi seorang penyihir," cibir perempuan itu sembari memungut pakaiannya membuat Abbey kesal dan menarik semua pakaian yang perempuan itu pungut.

Arlington hanya tertawa kecil melihat tontonan yang ada di depannya. Ia tidak menyangka jika Abbey akan melakukan semua itu tetapi Arlington cukup senang—ditambah ketika Arlington melihat apa yang Abbey lakukan selanjutnya.

"Apa-apaan!" tanya perempuan itu dengan nada tak suka bercampur terkejut ketika Abbey merampas bajunya dan menariknya hingga robek.

"Kau sangat berani bukan bertelanjang depan suamiku? Jadi aku yakin kau tidak memerlukan semua pakaian ini untuk menutupi tubuh indahmu."

"Penyihir gila!" Perempuan itu merampas bajunya yang sudah tak berbentuk dan memakainya cepat kemudian keluar dari ruangan Arlington.

"Ya aku penyihir! Jika aku melihatmu lagi maka aku akan menyihirmu menjadi buruk rupa!" Savannah hanya bisa terperangah melihat keributan yang baru saja terjadi.

Abbey menutup pintu ruangan Arlington dengan kencang—mungkin pintunya akan terlepas dari tempatnya jika Abbey membantingnya lagi.

Arlington melepas sarung tangan latex yang ia kenakan kemudian memeluk Abbey yang sedang berdiri membelakanginya.

"Kamu masih berani memeluk aku setelah menyentuh perempuan tadi?"

"Kamu marah?" Arlington balik bertanya membuat Abbey mendengus kesal mendengar pertanyaan bodoh pria itu. "Istri mana yang tidak marah melihat suaminya sedang menyentuh perempuan lain!"

"Aku tidak menyentuhnya," elak Arlington.

"Kamu menyentuhnya!" tegas Abbey. Jelas apa yang ia lihat tadi, matanya masih sangat waras.

"Tidak, aku memakai ini," Arlington menyerahkan sarung tangan yang ia kenakan tadi. "Aku mengikatnya karena dia berusaha menyentuhku, menggodaku."

Abbey memutar bola matanya jengah. Rasanya ingin menjambak perempuan tadi.

"Istriku jauh lebih cantik, lalu untuk apa aku menyentuh perempuan lain?" tanya Arlington hampir bergumam sambil mencium wajah Abbey dari belakang membuatnya lagi-lagi merona.

Meski begitu, Abbey tidak ingin cepat luluh. Ia tidak ingin terlihat seperti Abbey yang mudah tersipu dan dibujuk. "Sudahlah, lepaskan aku." Abbey menarik tangan Arlington yang melingkar di perutnya. "Aku hanya ingin mengantarkan makan siangmu."

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang