7. Chat

38 2 0
                                    

Kenapa lo nggak bales chat gue?

Gue tau lo ngeliat notif dari gue.

P

Cindy

Huff, gadis itu menghela nafas panjang. Membalik layar ponselnya dan melanjutkan kegiatan menulis tugas yang belum sempat ia selesaikan dirumah.

"Cindy siapa?" Tanya seorang gadis berambut sebahu.

"Cindy! Dia temen sekelas lo, masa lo nggak tau?"

"Oh si anak baru?" Tanyanya memastikan, "eh anak baru."

Cindy yang merasa dipanggil menolehkan kepalanya.

Tasya menyelonong masuk dan mendudukkan diri pada bangku kosong yang ada di hadapan gadis itu.

Ting Ting Ting

Ponsel Cindy terus bergetar menandakan ada pesan yang masuk terus menerus.

"Hp lo berisik banget sumpah, bales gih siapa tau penting." Ucap gadis dengan rambut sedikit ikal itu.

"Nggak penting."

Tasya yang penasaran mengambil ponsel yang sedari tadi terus bergetar tanpa henti.

F

P
P
P
P
P

"F?" Tanya nya, "hah, jangan-jangan..."

Cindy yang mengerti dengan apa yang Tasya pikiran hanya mengangguk mengiyakan, "dia bilang dia suka sama gue"

"Bukan nya dia suka sama lo dari SMP, terus lo bilang apa?" Tasya semakin penasaran.

"Gue cuma bilang terimakasih."

"Hah, lo cuma bilang gitu doang?"

"Ya terus gue mau bilang apa lagi selain terimakasih? Gue juga nggak nyangka kalo dia bakal nge-chat gue setiap hari. Berasa di teror tau nggak."

"Gue yakin 100% ni orang semakin berani nunjukin wujud aslinya karena ada orang lain di belakang dia." Ucap Tasya yakin.

"Maksud lo?" Tanya Cindy bingung.

"Lo tau, akhir-akhir ini gue sering liat dia bareng sama Richard."

"Richard?"

"Lo nggak kenal dia?"

Cindy menggeleng

"Dia cowok paling populer di SMA lo dulu. Tapi sayang dia bandel." Jelas Tasya, "Dan lo tau, sangking banyaknya masalah yang dia buat semua guru udah pada nyerah ngehadapin dia. Bahkan polisi sampe bilang 'kamu lagi kamu lagi'" Lanjut nya.

"Faro? bergaul sama orang kayak gitu?" Tanya Cindy tidak percaya.

"Lo nggak percaya? Sama, gue awalnya juga nggak percaya. Tapi bisa jadi itu salahsatu alasan kenapa dia berani untuk nunjukin wujud aslinya."

Ting

Satu pesan masuk ke ponsel Cindy membuat perhatian mereka beralih ke benda pipih itu.

F

Ayo ketemu

Biar gue yang jemput lo nanti di sekolah

"Dia ngajak gue ketemu, apa gue harus ngomong langsung ke dia? supaya dia nggak ganggu gue lagi?" Tanya Cindy meminta pendapat Tasya.

"Emang lo pikir dia bakal langsung bilang 'okey, gue nggak akan ganggu lo lagi.' Gitu?!" Ucap Tasya sedikit kesal, "mending lo jauh-jauh deh dari orang kaya dia. Blok nomor nya!" Tegas nya.

"Iyaa." Cindy bersiap menekan tombol blokir.

"Stop!" Sergah Tasya menarik tangan Cindy.

"kayak nya lo nggak bisa deh terus-terusan ngehindar dari dia." Ucap Tasya sumringah, "Ayo kita hadapi dia langsung."

Tasya menjentikkan jari nya, "Sekarang juga lo bilang ke dia kalo lo udah punya pacar."

"Pacar?"

Dua pasang mata itu kini fokus menatap sebuah layar ponsel.

F

Sorry, gue udah punya pacar.

Lo?

Maksudnya?

Maksud gue, lo nggak mungkin punya pacar.

"Jadi maksud lo gue nggak laku gitu?!" Geram Cindy saat membaca pesan tersebut.

"Tenang tenang, kalo kayak gitu cara nya dia bakal merasa menang." Kata Tasya berusaha menenangkan Cindy, "tarik nafas buang, tarik nafas buang."

"Ha~ huff~ haa~ huff~"

"Memang lo nggak punya apa orang yang bisa pura-pura jadi pacar lo?" Tanya Tasya

Cindy menggeleng lemah.

"Atau foto yang bareng temen cowok?"

"Cowo lo."

Tasya menjitak kepala Cindy kesal, "ngeselin lo!"

"Gue nggak punya teman cowo." Rengek Cindy.

Tasya menghela nafas panjang, "lo bikin gue pusing tau nggak."

"Oh! Gue tau!" Ntah bagaimana tiba-tiba saja ide itu muncul begitu saja di pikiran Tasya.

SATRIA  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang