-°1°-

12 0 0
                                    

Yuk jangan lupa vote!

Happy Reading!

__________


Di sinilah gadis itu berada, tempat yang menurutnya menenangkan, tidak ada tempat lain yang setenang ini menurutnya, club.

Tempat terbaik bagi setiap orang yang  ingin bersenang-senang, melupakan segalanya, meredam emosi dengan minuman laknat semacamnya.

Cowo disampingnya itu tertawa ketika melihat gadis yang hampir setiap hari ia temani itu, ia menatapnya dan tertawa.

"Mau sampai kapan lo kayak gini?"

"Udahlah, jangan ganggu gue Farrel." Ucap sang gadis.

"Pulang ayo Clau, gue antar lo kayak biasa." Ucap Farrel mengambil ponselnya.

"Mau saya yang mengantar, gadis kecil?"

Farrel menatap pria itu, "emh dia teman ku, kau tidak perlu repot-repot mengantarnya."

"Saya sudah berbaik hati ingin mengantarnya." Dingin pria itu.

Gadis itu berbalik dan menatap pria itu dari atas sampai bawah, dia mengenakan setelan jas kantoran yang masih lengkap.

"Kita bisa pulang sendiri tuan."

Pria itu tersenyum, "Farrel, aku dan teman-temanku lelah dan butuh sedikit hiburan."

Gadis itu tersenyum sinis mendengar ucapan pria di depannya.

"Lo pikir gue jalang?!" Sentak gadis itu.

"Clau—" Farrel mencoba menahan emosi temannya itu.

"Oh ayolah gadis kecil, jangan terlalu jual mahal pada ku." Tegasnya.

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, "lo pikir gue gadis serendahan itu?!"

Ia mengambil ponselnya di slingbag dan menelpon seseorang, ia meninggalkan Farrel dan pria itu dengan setengah kesadarannya.

"Dia pikir dia siapa, berani banget ngajak gue main-main." Racau gadis itu.

"Claudie!" Teriak seseorang menghampirinya.

"Lo tuh! Jangan buat mommy khawatir!" Tegasnya lalu menyeret Claudie ke dalam mobilnya.

"Bang gue gak mau pulang, ke apartemen lo aja!" Erang Claudie.

"Nggak, lo itu harus nurut sama mommy Clau."

Claudie mendesah, "lo, mommy sama aja, bahkan daddy juga. Bisa nggak gue bebas kayak teman-teman di luar sana?"

"Mereka bukan bebas, tapi liar!" Tegasnya.

"Ya, liam! Gue lebih baik bebas daripada harus terkekang!".

Liam terdiam mendengar teriakan Claudie, itu sangat menyakiti hatinya, ia menjadi sangat emosional ketika adiknya terpuruk.

"Ini demi kebaikan lo juga clau."

Claudie terisak, "gue mau ke london, gue bakal tinggal di sana bereng daddy."

"No, no clau," Ucap Liam melirik Claudie, "itu bukan pilihan yang tepat Clau, daddy bakal marah banget sama mommy."

"Arrggh!" Kesal Claudie.

__________

"Istirahat, gue bakal ngomong sama mommy." Ucap Liam sambil menyelimuti Claudie.

"Liam maafkan mommy." Ucap sang ibu ketika Liam turun dari kamar Claudie.

"Ini bukan salahmu mom." Liam memeluk ibunya.

"Claudie pasti sangat kecewa padaku, dia sangat butuh perhatian orang tuanya."

"Kan mommy juga kerja untuk kelanjutan hidup kalian," Liam terdiam sejenak, "aku janji setelah kuliah ku tamat, aku akan turun untuk menjalani perusahaan kakek, dan bisa menghidupi kalian berdua agar kau tidak perlu bekerja lagi mom."

"Tapi liam—"

"Mom, kalian tetap keluarga ku, aku anakmu dan claudie is my sister." ucap Liam.

"Setelah kuliah nanti, kamu akan tinggal di london?" Tanya Amora–ibu Liam dan juga Claudie.

Liam mengangguk, "tapi aku akan sering main ke Indonesia untuk menjenguk kalian."

"I'm sorry, Liam," Amora menatap Liam, "kalau saja mommy  tidak menentang daddy  mungkin Claudie tidak–"

"Sstt, mom stop!" Tegas Liam, "jangan terus-terusan menyalahkan dirimu, mom."

"Liam pulang dulu, nanti besok Liam yang antar Clau ke kampus."

Amora tersenyum dan mengangguk.

"Clau, mommy  mau bicara sama kamu." Amora berdiri di depan pintu kamar Claudie.

"Claudie pengen istirahat."

Amora menunduk, "maafkan mommy." Ucapnya lalu meninggalkan kamar Claudie.

Seperti malam-malam sebelumnya, ia menangis tersedu-sedu sambil memegang bingkai foto keluarganya.

Dia sangat menyesal membuat Claudie membencinya, tentunya karena perpisahan dirinya dan juga Albert.

Amora sendiri asli orang Indonesia, dan dia kini tinggal di Jakarta bersama putrinya.

Mereka berpisah bukan tanpa sebab, Albert lebih memilih pekerjaannya sebagai seorang dokter di London, disana juga tempat tinggal asalnya dan dia berpisah dengan Amora yang kini tinggal di Indonesia.

Awalnya baik-baik saja sebelum mereka berpisah, namun semakin lama Amora semakin kesal karena Albert yang benar-benar hilang kabarnya, padahal Liam dan Claudie selalu menanyakan kabarnya.

Sampai akhirnya Amora dan Albert berpisah, Albert sebenarnya ingin Claudie yang ikut dengannya. Tapi keluarga Amora menentangnya, bukan berarti Amora tidak menginginkan Liam.

Karena ia merasa Claudie sangat membutuhkan seorang ibu, di bandingkan Liam yang sudah cukup dewasa. Tapi Amora salah, ia malah sangat tidak berguna bagi Claudie sekarang.

Semenjak perpisahan itu Claudie menjadi pribadi yang tertutup, sering pulang larut malam hingga pagi hari, itulah yang membuat Liam berinisiatif untuk tetap tinggal di Indonesia, namun tidak serumah dengan Amora dan Claudie.

Kekhawatiran Amora bukan sebatas itu, ia juga pernah mendapati Claudie yang pulang dengan seorang pria dengan keadaan yang mabuk.

Bahkan Claudie pernah mengigau untuk mengakhiri hidupnya, ia bilang bahwa dunianya menjadi hancur semenjak perpisahan orangtuanya. Amora menangis dalam diam saat mendengar ucapan putrinya itu, ia benar-benar merasa bersalah.

"Mommy hanya ingin melihat kamu bahagia, Clau." Ucapnya parau.

__________

Jangan lupa vote dan commentnya guys!! 

Boleh dong follow juga🤩

Slow up ya guys✌

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang