Now playing : Shawn Mendes - Imagination
"Sebagian hatiku bertanya, mengapa memberitahu mereka sedang aku tidak?"
Hari ini Dea kembali berangkat sedikit telat. Penyebabnya adalah motor Zein yang tiba-tiba mogok di tengah jalan. Alhasil, Dea harus menaiki ojek online dan menunggu hingga ojol itu sampai tiba menjemput.
Dea memasuki kelas dengan nafas ngos-ngosan. Pasalnya, mulai dari gerbang sampai depan kelas gadis itu berlari agar bisa tepat waktu. Beruntung Pak Teo belum masuk ke dalam kelas.
Tapi, Dea mengerutkan keningnya saat melihat bangku yang biasa diduduki Rion kosong. Hanya ada Deni sendirian yang entah sedang mencatat apa.
"Kok Rion belum datang? Tumben," Dea bergumam. Ia menyampirkan tasnya di belakang bangku seraya mendudukkan dirinya di sebelah Rara.
"Lo tahu Rion ke mana?" tanya Dea pada Rara.
Rara mengedikkan bahunya. "Kok lo nanya gue? Kan lo yang paling deket sama dia selain dua kutu kupret pengikutnya," ujar Rara.
"Gue denger, ya!" Deni menyeletuk dari depan. Tapi pandangannya tetap fokus pada apa yang sedang ia kerjakan.
"Lo tahu Rion ke mana, Den?" Kali ini Dea bertanya pada Deni. Siapa tahu pemuda jangkung itu mengetahui keberadaan Rion. Mengingat dia dan Putra adalah sohib Rion yang tak terpisahkan.
"Nggak. Gue juga gak tahu si bos ke mana. Biasanya dia ngabarin kalo nggak masuk sekolah," kata Deni.
Dea menarik nafasnya lalu diembuskannya perlahan. Rasa cemas itu kembali melingkupi hatinya. Semoga saja Rion baik-baik saja.
✨✨✨
"Ada keluhan lain?" tanya Dokter Tania yang kini memeriksa keadaan Rion.
Rion menggeleng. Hanya nyeri di kepala yang dirasakannya. Bahkan semalaman tidurnya tidak nyenyak karena pening yang terasa sewaktu-waktu.
"Ya sudah. Jangan lupa makan dan minum obat yang teratur. Saya permisi dulu." Dokter Tania tersenyum tipis seraya keluar dari kamar inap Rion.
Di sudut ruangan, terlihat mamanya tertidur di atas sofa yang disediakan. Rion menarik sudut bibirnya membentuk senyuman tipis. Mamanya adalah wanita yang kuat dan tangguh. Teguh pendirian dan juga tidak mudah menyerah.
Mamanya pula yang membentuk Rion menjadi sosok pemuda yang tidak mudah putus aja. Baginya, mamanya adalah yang utama. Tidak ada yang boleh menyakiti hati perempuan yang sudah merawatnya hingga saat ini. Jika pun ada, Rion pastikan orang itu akan menyesal di kemudian hari.
Sekali pun itu ayahnya sendiri.
Melihat pergerakan dari tubuh Vayren membuat Rion buru-buru mengalihkan pandangannya pada ponsel yang sejak tadi ia genggam. Ia tidak mau mamanya mengetahui dirinya memperhatikan diam-diam. Malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever be a Friend [Completed]
Novela Juvenil#Challenge30gp Note : Kuharap kalian membaca hingga akhir, tidak penasaran di awal saja. :) Sebuah kejadian klise membuat Rion dan Dea menjadi sahabat dekat. Keduanya dipertemukan semesta untuk saling melengkapi satu sama lain. Tak hanya itu, masala...