—
Jika suatu saat, jika memang harus kita terlahir kembali aku akan menggenggam tanganmu. Namun kini, aku berada di dekatmu. Dan akan segera menggenggam tanganmu
—Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Oki, menghirup udara yang sudah tercampur dengan polusi. Ia disini, berdiri dengan tegak. 13 tahun yang lalu ia disini dan meninggalkan tempat ini, namun kini ia berdiri disini untuk datang dan kembali tinggal disini. Jantungnya berpacu dengan cepat, ia ingin menangis. Mengingat bagaimana sangat sulit untuknya kembali ke sini.
Oki berjalan ke luar bandara dan menemukan taksi yang akan mengantarkannya ke apartemen yang akan ia tinggali untuk sementara waktu. Selama di perjalanan ia terus melihat ke kanan dan kiri, memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi disini.
Setelah satu jam perjalanan Oki sampai di depan gedung apartemen yang kelihatan sangat mewah. Ini cukup berlebihan untuk ukuran tinggal sementara. Oki, berjalan masuk ke gedung apartemen dan menuju lift.
Ia akan tinggal di lantai 8 nomor 1485. Tidak sulit untuk menemukan tempat dimana ia akan tinggal. Setelah memasukan password apartemennya, ia mulai masuk dan dibuat ternganga dengan penampilan apartemennya. Ini sangat, berlebihan.
Oki ingin sekali protes pada orangtuanya, namun ia batalkan karena akan percuma saja. Ia tidak bisa membantah, lagi pula ini sudah disewa untuk waktu 3 bulan. Setelah itu Oki akan kembali ke rumah lama mereka.
Setelah membereskan barang-barangnya Oki mulai merasa lelah dan ingin sekali tidur. Untuk kebutuhannya sebulan ini ia akan membelinya ke supermarket nanti malam. Ya itu rencana Oki untuk saat ini.
.
.
.Genta menghabiskan harinya untuk membaca buku, dia akan lupa segalanya juga sudah fokus pada buku yang ia baca. Hal ini sering membuat mamanya geram dan akan marah pada Genta. Karena anak itu, tidak akan makan seharian dan hanya akan keluar ketika haus.
Seperti sekarang, Genta keluar kamarnya untuk mengambil air minum. Ia melihat mamanya yang duduk di sofa ruang keluarga dan menatap Genta dengan horor. Genta paham, mamanya marah karena ia tidak makan seharian dan hanya fokus untuk membaca buku. Ia hanya melemparkan senyuman manisnya, lalu pergi ke dapur. Dan ya, Genta rasa ia sudah cukup lapar sekarang.
Ketika ia makan, mamanya menghampiri dengan air wajah yang sulit di artikan.
"Genta, dia pulang".
"Siapa ma ?".
"Oki, dia pulang".
Mendengar itu, Genta terbentuk. Ia masih mencerna perkataan mamanya, ini masih sulit di mengerti.
"D-dari mana mama tau?"
"Orangtuanya Oki, baru saja nelfon mama. Mereka bilang Oki ada di Indonesia. Tapi ia tidak tinggal dirumah lama".
"Kenapa?"
"Dia belum siap bertemu kamu..".
Perkataan terakhir mama seolah membuatku bingung, mengapa?. Kenapa dia seperti itu, apa ia masih terus merasa bersalah. Entah apa itu, Genta merasa senang dan bingung disaat bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
- Promise
Teen Fiction'Janji harus ditepati', seperti itulah katanya. Bagaimana bisa ketika sebuah rasa bersalah terus menghujam hati, malu untuk bertemu namun juga harus menepati janji. Persahabatan yang lugu, janji yang dulu. Semua seharusnya terlupakan. Namun, bagi...