Kau jatuh. Jatuh cinta dan itu salah. Kau salah. Cinta itu hanya nafsu belaka. Kau butuh lebih dan bukan waktunya.
E is for...
Seokjin mengambil HP nya yang terus-menerus berbunyi. Sekitar 10 panggilan dari nama yang sama. Thalia. Ia mengangkat panggilan itu.
"Ada ap-"
Belum selesai berbicara Seokjin bisa mendengar tangisan Thalia. Seokjin panik lalu memanggil nama Thalia terus-menerus.
"Se-Seokjin ah,ka-kau ada disana?"
"Ya,ada apa? Kau mengapa menangis?""Kau bersama siapa?"Tanya Thalia. Suaranya melemah.
"Bersama seseorang" ucap Seokjin cepat dan keras. Ia menutupi suara desahan wanita dibawahnya,"sudah,kututup nanti lagi"
Pip
Panggilan dimatikan sepihak. Tangan Thalia bergetar masih memegang HP nya. Tubuhnya lemas setelah mendengar suara wanita mendesah disana. Pikirannya sudah bercabang. Jantung Thalia seperti berhenti berdetak. Ia tak mau kehilangan Seokjin. Ia harus menjaganya. Thalia memukul kepalanya berulang kali. Setelah itu ia menangis. Ia kesal tak bisa menjaga Seokjin. Ia menyesal meninggalkan Seokjin. Dengan tenaga yang tersisa,tangannya memesan tiket kepulangan. Ke Korea. Malam itu juga. Masa bodo dengan harga tiket yang mahal. Ia juga membereskan kopernya asal.
00.00 kst
Thalia menggeret kopernya. Dengan cepat ia menaiki taxi. Pikirannya penuh. Dadanya bergemuruh. Ia tak habis pikir apa yang dilkukan oleh Seokjin. Seokjin pernah berkata bahwa ia akan melepas keperjakaannya kepada istrinya kelak. Sekarang apa? Seokjin malah bermain dengan wanita. Thalia tak mengetahui siapa wanita itu. Ia sayang Seokjin. Dia telah jatuh cinta kepada anak Ares itu.Setelah beberapa menit,Thalia turun dari taxi. Sekarang dirinya berdiri mematung didepan mansion milik Seokjin. Ia menekan bel mansion itu. Tak sampai menit,penjaga mansion itu membuka kan gerbang untuk Thalia masuk. Thalia menyunggingkan senyumnya cepat dan menuju pintu utama mansion itu. Para maid membukakan pintu untuknya.
"Dimana Seokjin?" Tanya Thalia dengan muka sembab sehabis menangis. Matanya masih berkaca-kaca.
"Tuan sedang pergi" jawab salah satu maid disana. Badan Thalia melemas,"kemana?"
"Tadi tuan bilang pergi sebentar-bersama seorang perempuan asing"
Ya Tuhan,Thalia semakin dibuat lemas saja. Thalia dengan kuat menahan tangisnya lalu tersenyum,"baiklah,aku pulang dulu"Pada maid mengagguk. Thalia kembali menggeret kopernya keluar dari mansion itu. Tak disangka mobil audi datang memasuki mansion itu sebelum Thalia benar-benar keluar. Matanya menatap lurus kearah mobil itu. Seokjin keluar dari mobil bersama seorang wanita. Itu Naera. Wanita yang ada di Itali. Perlahan bulir air menetes dari mata Thalia.
"Oh,Thalia,kau sudah pulang?" Ucap Seokjin tanpa dosa. Thalia masih terdiam. Mata yang berair itu menatap nyalang wanita yang berada disamping Seokjin.
"Bukan urusanmu!" Thalia berlari menggeret kopernya dan segera kelur dari mansion itu. Seokjin masih bingung dengan tingkah Thalia.
Seokjin menatap kearah maid,"dia kenapa?!" Para maid menunduk takut,"Nona Thalia tadi mencari tuan" ucap salah satu maid dengan begitu berani. Seokjin mengusap wajahnya kasar,"Naera-ssi,kau tunggu disini biar aku mengejarnya"
Dengan cepat mobil audi itu kembali dinaiki Seokjin. Entah cepat atau lambat,Seokjin berhasil menemukan Thalia yang duduk di ayunan taman. Seokjin bisa melihat wajah Thalia frustasi. Matanya sembab. Tubuhnya tak henti-henti terguncang akibat menangis. Seokjin turun dari mobil dan berjalan cepat menuju taman itu. Ditariknya tangan Thalia tanpa basa-basi. Ia juga memaksa Thalia masuk ke dalam mobilnya. Seokjin mengendarai mobil itu menjauh dari taman dan menuju mansionnya. Sedari tadi Thalia hanya diam. Menatap kosong jalan.
Seokjin menepi. Mobil audi itu berhenti di pinggir jalan. Seokjin melepas seatbelt nya. Menatap Thalia.
"Kau kenapa?"
Tak ada balasan. Thalia masih diam dalam keadaan kosong. Seokjin mengambil tangan Thalia dan menggenggamnya. Dielusnya lembut. Hal itu membuat air mata Thalia kembali turun membasahi pipinya. Seokjin mendekatkan diri. Ditariknya tengkuk Thalia supaya bisa menatap dirinya. Berhasil menoleh tetapi Thalia tak menatap matanya. Seokjin tersenyum,"kau cemburu?"
Hal itu sukses membuat Thalia menatap mata Seokjin.
"Aku bukan siapa-siapamu. Aku tak berhak cemburu" ucap Thalia dengan susah payah. Ia cemburu. Seokjin menggeleng,"kau cemburu,jangan mengelak"
Ditariknya tengkuk Thalia. Dikecupnya pelan bibir perempuan itu. Hangat. Thalia kaget tapi ia tak bisa menolak. Kecupan itu semakin liar. Lumatan demi lumatan mereka lakukan. Nafas bergemuruh. Dada naik turun. Seokjin melepas duluan. Thalia menatapnya sayu,"mengapa?"
"Kau mencintaiku"
E is for Eros
TBC nya wei. Next chapter bakal gimana y? Bingung aku
Votenya jangan pelit:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Aegis
FanfictionDia berhak atas segalanya. Berlindung kepada dirinya pilihan yang tepat dan kau hanya harus membayar nyawa.