Empat

77 9 7
                                        


~~•°Adam' Chronicle°•~~

Pembelajaran sedang berlangsung. Semua siswa serius menyimak Adam yang tengah menjelaskan materi di depan kelas. Namun, gadis itu sedang memikirkan hal lain.

"Eh, Rum," panggil Freya dengan berbisik.

"Apaan?"

"Kok, gue gak pernah lihat Ben ya sejak habis liburan?"

"Lah, kok, tanya gue?" heran Arum sembari menoleh pada Freya dengan alis bertaut.

"Kali aja lu tau," jawab Freya santai masih dengan berbisik.

Sesekali mereka berdua mengalihkan pandang ke depan kelas. Sekedar memastikan Pak Adam tidak memerhatikan mereka.

"Aneh lu!" cibir Arum. "Lu, kan ceweknya, masa tanya ke gue. Harusnya lu yang lebih tau."

Freya mencebik, rautnya berubah lesu. "Dia berubah sekarang."

"Berubah gimana?" tanya Arum tak paham.

"Jadi jarang kabarin gue, sekalinya chat malah cuek." Freya menunduk, ciri khasnya ketika tidak baik-baik saja.

"Mungkin lagi sibuk kali," ujar Arum tak mau membuat sahabatnya itu sedih atau berpikir macam-macam.

"Sibuk sampe lupa sama gue?" Bukannya berpikir positif, Freya malah semakin galau. Perasaanya bertambah kalut. Bukan karena Ben yang tidak memberi kabar saja, tapi ada hal lain yang lebih penting.

Dahi Arum berkerut. Ia baru sadar kalau sejak masuk sekolah--lepas liburan, ia juga tak pernah melihat Ben. "Eh, iya juga, sih." Arum menjeda kalimatnya sambil memastikan Pak Adam tidak melihat mereka mengobrol. "Gue juga belum pernah papasan atau ngelihat Ben sejak masuk setelah liburan," sambungnya.

"Nah, kan ...." Kilatan kesedihan semakin jelas tergambar di wajah Freya.

"Lu gak coba telfon dia?"

"Udah, setiap hari malah. Tapi, gak diangkat."

"Tumben, biasanya dia yang nyariin lu mulu."

"Ssstt!" Dari belakang, Luna yang memerhatikan dua sahabatnya asik mengobrol itu mulai penasaran--lebih tepatnya kesepian karena ia duduk sendirian.

Freya dan Arum kompak terdiam dan mengalihkan atensi ke depan kelas. Mereka mengira desitan itu menyuruh agar mereka diam.

"Ssstt!" Desit Luna sekali lagi, kali ini dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.

Arum menyadari si empunya desitan itu adalah Luna, dengan hati-hati ia menengok ke belakang. Ia hanya menaikkan kedua alis sebagai kode bertanya 'ada apa?' pada Luna.

"Kenapa?" tanya Luna sambil memajukan dagu menunjuk Freya.

"Lu lihat Ben nggak?" Arum tak menjawab, ia justru melempar pertanyaan. Namun, pertanyaan Arum sudah cukup membuat Luna paham apa yang dialami Freya.

"Enggak," jawabannya seraya bergeleng.

"Frey!" panggil Luna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adam's ChronicleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang