Udara segar pagi hari menemani setiap orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Orang-orang memulai hari dengan semangat pagi baik dengan berjalan kaki, mengayuh sepeda, maupun kendaraan bermotor. Terlihat seorang lelaki yang mengenakan seragam Sekolah Menengah Pertama, tengah asyik berjalan sambil membawa buku kecil. Buku kecil itu tergenggam erat pada salah satu tangannya. Tidak hanya itu, sebatang pulpen juga melengkapi tangan yang satunya. Padahal, seharusnya ia bisa menyimpan buku dan pulpen itu di dalam tasnya yang cukup besar. Tetapi ada suatu alasan yang membuatnya enggan untuk menyimpan buku kecil itu.
"Raka...," panggil seseorang kepada lelaki itu sambil berlari untuk menyusul.
"Ya..?" tanya Raka dengan raut wajah datar.
Lelaki sebaya bernama Putra itu pun memandangi buku yang Raka pegang. "Kamu masih sering membawa buku itu?"
"Memangnya kenapa?" tanya Raka seakan tidak terima.
"Sebaiknya kamu menghentikan hobimu yang tidak berguna itu" kata Putra sambil melangkah cepat meninggalkan Raka yang berjalan lambat.
Raka dan Putra telah bersahabat sejak kecil. Berbeda dengan Putra yang mudah bergaul, Raka terbiasa menutup diri dan menjauh dari lingkar pertemanan. Putra yang telah mengenal Raka sejak kecil, ingin sahabatnya memiliki sifat yang terbuka dalam pertemanan. Namun, Raka tetap saja sibuk dengan dirinya. Kekecewaan Putra memuncak setelah mereka mulai masuk SMP. Raka memiliki hobi yang membuatnya semakin jauh dari lingkungan pertemanan. Ia selalu saja membawa buku kecil dan sebuah pulpen. Telah menjadi kebiasaannya untuk mencatat semua kebaikan yang ia lakukan. Putra telah beberapa kali mengingatkannya untuk menghilangkan hobi tersebut, tetapi tidak dihiraukan. Raka masih saja sibuk mencatat semua kebaikan yang ia lakukan dari bangun pagi hingga kembali tidur saat malam.
Bagi Raka, mencatat semua kebaikan yang telah ia lakukan merupakan suatu hal yang penting. Dengan demikian, ia dapat mengetahui jumlah pahala yang ia dapatkan. Semenjak ia ditegur sahabat kecilnya, ia merasa sangat kecewa dan mempertanyakan persahabatan yang telah mereka jalin sejak kecil. Raka tidak suka jika Putra memaksanya untuk ikut bermain dan bercanda dengan teman-temannya yang lain. Ribuan kali ajakan Putra, ribuan kali juga Raka menolaknya mentah-mentah. Semakin dipaksa, Raka semakin menjauhkan dirinya dengan lingkungan sekitar. Bahkan sejak beberapa hari lalu, ia mulai menjauhi sahabatnya sendiri. Raka memang memiliki sifat keras kepala. Ia selalu menganggap apa yang ia lakukan adalah benar dan menganggap ajakan bermain Putra hanyalah membuang-buang waktu.
"Untuk apa aku menghabiskan waktuku untuk bermain? Lebih baik aku mengerjakan sesuatu yang berguna dan mencatatnya di dalam buku catatan kebaikan," batinnya.
Raka memang dikenal sebagai anak yang baik dan rajin. Tetapi, sifat keras kepala dan kurang bergaul membuatnya dijauhi beberapa teman. Sebenarnya teman-teman tidak menjauhinya. Sebaliknya, Raka selalu menjaga jarak jika teman-teman lain mengajaknya berkumpul. Banyak kebaikan yang pernah ia perbuat. Buku catatan kebaikannya pun terlihat hampir penuh. Seorang teman pernah membuka buku tersebut dan membacanya. Isi daripada buku tersebut sangatlah lengkap. Hari, tanggal, dan kebaikan yang Raka perbuat tertulis lengkap di dalam buku itu.
"Apakah kau menulis semuanya?" tanya seorang teman.
"Iya," jawab Raka singkat. Baginya jawaban singkat dapat menghindari perilaku membuang-buang waktu.
"Kenapa ?" tanya seorang teman lainnya yang penasaran juga.
"Itu penting," jawabnya singkat lagi.
Semua yang mendengarkan jawaban tersebut saling berpandangan satu sama lain. Salah satu dari mereka mencoba untuk bertanya lagi karena tidak puas dengan jawaban raka. "Penting apanya ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kecil Kebaikan
Short StoryCerpen ini telah terbit bersama 44 cerpen lain dalam Buku Antologi Cerpen "Menjadi Baik Itu Asyik" pada September 2019.