Lonely
PART : 01•••
"Pagi sayang."
Si pemuda menyapa. Tubuhnya yang tegap terbalut kaos putih polos, juga celana bahan dengan begitu apik. Terlihat sibuk menata meja makan, namun sesaat berhenti hanya sekedar menyapa adiknya dengan senyum kotak khas.
Taehyung, dengan suara berat dan wajah luar biasa rupawan.
"Pagi." Perempuan bersurai legam membalas sembari berjalan menuruni tangga.
"Aku memesan sandwich tuna," Pemuda itu menjelaskan tanpa diminta. Rautnya lebih cerah dibanding matahari yang bersinar pagi ini. "Dan susu almond kesukaanmu."
Lee Suji mengangguk. Lengan terangkat untuk mengecek jam tangan sekilas. "Nanti siang aku ke rumah Hana."
Taehyung hanya bergumam tanda paham. Menarik kursi di depan Suji, sebelum duduk. Mereka sarapan dengan tenang. Dentingan pisau dan garpu menjadi pengisi keheningan. Beberapa saat kemudian, Taehyung bersuara.
"Ingin dijemput jam berapa?"
Sontak, pergerakan Suji terhenti. Matanya melirik sang kakak sekilas, sebelum terkekeh. Tidak, ini bukan tawa manis. Ini mengisyaratkan kesenduan. "Hentikan. Berhenti berucap seolah kau peduli padaku." Tangannya kembali mengiris potongan roti.
Taehyung terkesiap. "Suji, aku—"
"Untuk apa terus mengulangi pertanyaan yang sama setiap hari? Aku tahu kau tidak peduli sama sekali."
"Okay, maaf. Kakak telat menjemputmu kemarin."
Gadis itu nyaris saja tertawa mendengarnya. "Begitukah?" Alis terangkat, senyum miring terpatri di ranum. "Lalu dua hari yang lalu? Kau membuatku menunggu 2 jam di halte dan pada akhirnya kau berkata 'maaf, aku ada urusan. Pulanglah naik taxi."
Taehyung menarik napas tajam. "Suji—"
"Atau minggu lalu, saat aku menunggumu di depan gerbang sekolah. Langit sudah gelap dan kau tak kunjung datang. Kau ingat?"
Taehyung tercekat. Ya, dia ingat semuanya. Itu benar, dia tak pernah tepat waktu. Seluruh janji yang terucap di bibirnya ingkar.
Tapi itu semua karena,
"Rose sakit, dia membutuhkanku. Minggu lalu dia juga lupa membawa dompet, aku harus menjemputnya di kampus."
"Kau?" Suji menatapnya dengan binar sendu. "Kekasihmu, dia membutuhkanmu?"
Taehyung memandang tanpa suara. Memperhatikan dengan baik disaat adiknya justru tertawa pelan seolah itu lucu.
"Kau benar." Pandangan keduanya beradu. "Disaat kekasihmu adalah prioritas utama, aku ini bukan sesuatu yang penting bukan?"
Kakaknya terdiam.
"Kak, aku tidak pernah meminta agar kau memanjaku sebanyak waktu yang kau habiskan bersama kekasihmu. Namun berhenti membuatku lelah mendengar semua perhatian yang seolah ingin kau berikan, namun nyatanya—" Jeda, Suji mengumpat ketika sadar nada bicaranya terdengar, sendu dan penuh permohonan. "Sudah, lupakan."
Suji beranjak berdiri. "Aku bisa berangkat sendiri, pulang sendiri. Biarkan terus seperti itu. Ini hidupku, itu hidupmu. Mari kita urus masing-masing. Tak apa, aku tumbuh besar dengan rasa terbiasa sendirian. Tidak usah repot memikirkanku, anggap saja aku tak kasat mata."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely [end•]
RomanceAda begitu banyak hal rumit yang sulit untuk dipahami. Katakan padaku, apa kau pernah membohongi dirimu sendiri? ♡ ××× Ps; saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam membuat cerita ini. Pss; bahasa baku dan teratur. Psss; tidak menerima plagiat...