Banyak melamun?
Banyak yang dipikirkan?
Masalah hati?
Tentunya iya.Itu yang ada di pikiran Adara. Yang sedang di timang kebimbangan.
"Huum, ngelamun aja. Baksonya kasihan tuh di anggurin." Celoteh Mbak Wulan pada saat berjumpa Adara di kantin kampus.
Pada saat itu Adara tengah sendiri. Dia lebih memilih menyendiri ketimbang nimbrung bersama rekan-rekannya karena suasana hatinya yang ingin mendapatkan ketenangan, walau sesaat.
"Eh Mbak Wulan."
"Sendiri aja? Mana temenmu?"
"Lagi di kelas mbak mereka."
"Ada masalah?" Ucap Mbak Wulan seakan bisa menerka apa yang sedang dia rasakan Adara.
Adara menghela nafas panjang.
"Iya mbak."
"Soal? Emm kamu belum ngerjain tugas? Atau lupa kalau ada praktik di lab? Atau.."
Adara pun memotong pembicaraan Mbak Wulan.
"Bukan mbak bukan."
"Kalau butuh teman cerita, cerita aja. Jangan di pendem sendiri. Sakit sendiri kamu nanti. Pikiranmu sakit apalagi batinmu." Ujar Mbak Wulan menepuk pundak Adara.
Tak lama Mbak Wulan di panggil rekannya untuk segera kembali ke kelas.
"Aku balik kelas dulu. Kalau butuh teman cerita, cerita aja ke aku, aku siap jadi pendengar setiamu." Tawar Mbak Wulan lalu meninggalkanku.
"Penghiburku hilang mbak, hilang semangatku." Gumam Adara lirih lalu beranjak menuju ke kelas.
•••
Tiba di rumah Adara terkejut dengan kehadiran Nisa yang tengah menantinya sedari tadi.
"Lama luh" Ucap Nisa mengikuti Adara memasuki kamarnya.
"Tumben, mana Thalia sama Fania?."
"Sibuk mereka."
"Owalah. Kirain ngikut."
"Adara, kangen deh. Kangen ngecemes karo koe." Kata Nisa memeluk Adara (Kangen ngobrol sama kamu).
"Tumben sih, haduh peluk-peluk bau kecut ini. Orang habis pulang main peluk-peluk, lepasin."
"Yaelah sahabatnya kangen malah dicuekin." Ucap Nisa sambil memanyunkan bibirnya.
Kedatangan Nisa membuat Adara yang saat itu enggan untuk berbicara dan ingin di hibur karena kepergian Yusta kembali tersenyum meskipun hanya senyum simpul yang terlukis di wajahnya.
"Ra, gimana kamu sama Putra tuh?" Kata Nisa yang mengingatkannya kepada Putra yang sekarang menjadi miliknya.
"Iya masih sama lah."
"Terus sama Yusta?"
Mendengar Nisa menanyakan Yusta, mata Adara mulai memerah memupuk buliran air mata yang siap jatuh membasahi pipinya. Seolah mengingat Yusta yang selalu menghiburnya, yang selalu memberi tawa di hidupnya, yang berhati hangat tidak seperti Putra yang memiliki hati dingin kini Yusta telah pergi. Meskipun Putra milik Adara tapi rasa dingin hati yang di miliki Putra tidak sama dengan kehangatan hati milik Yusta.
"Ra? Ada masalah?" Suara Nisa mulai memelan ketika melihat Adara mulai menangis.
"Nis, apa kamu percaya ada dua orang dalam satu hati?" Tanya Adara kepada Nisa.
"Percaya, dan itu sebuah pilihan."
"Pilihan? Lalu bagaimana cara memilih di antara keduanya?"
"Tanyakan dalam hatimu, sepenting apakah mereka dalam hidupmu. Bukan hanya sebagai pengisi room chat WA saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAU, KOTAK OBATKU [Completed]
Novela JuvenilBaca sampai ending yaaa pasti ketagihan❤ Kisah cinta seorang public healty yang terjebak cinta dua abdi negara. Yang mana salah satunya sangat di cintai namun di lepaskan hanya karena sebuah kesalahan yang sepele dan akhirnya saling menjauh seolah-o...