45

109 9 0
                                    

Regan sedang asik memakan makanannya dengan lahap, tetapi tiba-tiba suara menyebalkan datang.

"Abang sayang!!! Yuhu!! Adek cantik Lo Dateng!!! Apa Lo ngga kangen gitu?!!!". Regan mengabaikannya, ia tetap melanjutkan makannya.

Kesal karena di kacangin lalu Gina menghampiri Regan, dan seenaknya ia memakan makanan Regan.

"Dasar adek ngga sopan Lo, seenaknya makan makanan orang" lalu Regan mengambil piringnya dan menyembunyikan.

"Dasar abang pelit Lo, gue kaga mau kasih oleh-oleh bleeee" Gina menjulurkan lidahnya, lalu ia berlari ke kamarnya.

"Bukan adek gue sumpah, demi apapun" batin Regan.

Regan kembali menikmati makannya, tetapi suara telpon menghentikannya. "Sial ngga bahagia gitu liat gue bahagia!" Dengan cepat Regan mengambil handphonenya dan membalasnya.

"Halo?! Ada apa?! Ganggu banget si Lo?!". Regan ngegas.

"Wihh santuy boy, gue ngomong biasa aja ko, Lo malah ngegas. Padahal sih gue belum ngomong" itu suara Aldi.

"Ngga usah basa-basi, basi tau ngga?! Mau ngomong apa?! Gue matiin nih?!".

"Eh bntr-bntr, Lo lagi ada di rumah kan? Gue kerumah Lo sekarang! Lo jangan kemana-mana, tunggu gue!" Dengan cepat Aldi mematikan sambungannya, sedangkan Regan hanya mengernyitkan keningnya.

"Gue salah apa sih, dikelilingi orang yg ngga punya otak!" Lalu Regan melanjutkan makannya.

Setelah selesai ia menuju kamarnya, Regan duduk lalu mengambil handphonenya.
Dengan biasa ia memainkan game kesayangannya.

Seseorang mengetuk pintu, dan hal itu membuat Regan jengkel.
Dengan terpaksa dia membukanya.
Dan lihatlah siapa yg datang, Manusia stress.

"Mau apa Lo kesini?" Tanya Regan pada Aldi.

Aldi menatap Regan dengan menyengir, tanpa dosanya dia masuk lalu duduk di tempat tidur Regan.

"Gue mau ajakin Lo kemah, mau ngga Lo?" Tanya Aldi.

"Kemah? Berkaitan dengan apa Lo mah ngadain acara ke gini?". Bingung Regan.

"Ah Lo gblk banget sih Gan, gue itu kan punya pacar baru, gue mau romantis romantisan sama pacar gue, sekaligus kita liburan buat kenaikan kelas" Aldi merebahkan tubuhnya.

"Yaudah Lo berdua aja sama si Ghina, kenapa ngajak gue? Mau gue jadi kambing congek hah?".

Aldi bangun, lalu ia menjitak kepala Regan, hal itu membuat Regan melotot. "Kalau gue berdua kemah sama dia di dalam hutan, kalau gue khilaf gimana? Lo jangan sendiri lah bangsat, Lo ajak si Laura, kita ajak juga di Ucup".

Regan mengangukan kepalanya. "Terserah si, gue ikut aja. Kalau mereka ikut gue juga ikut, kalau mereka ngga ya gue ngga".

"Dasar pe'a Lo, kalau Lo ikut mereka juga bakal ikut. Huh dasar bego Lo". Regan melotot.

Aldi menyengir. "Dah ah gue mau balik, lama-lama disini stress gue bye" lalu Aldi keluar dari kamar Regan.

Regan menatap Aldi dengan malas, lalu ia kembali memainkan handphonenya.

***

Laura berdecak kesal, bagaimana tidak kesal ia Sedang mengantri, dan antriannya panjang.

"Ya Allah panjang banget ke kacang belum di potong, bisa mati kram nih kaki gue" sudah berapa kali Laura mengeluh.

Setelah sekian lama akhirnya bagian Laura yg membayar belanjanya, saat ia akan menyimpan barangnya tiba-tiba seseorang mendahuluinya.

Laura menatap perempuan yg di depannya dengan tidak suka.

"Awas mba matanya copot tuh" ucap perempuan itu.

Laura tersenyum manis menanggapinya. "Eh sorry mba, mba tau antrian? Tata tertib? Kalau mba ngga tau, mending mba belajar PKN dulu sana".

"Heh mba anda pikir saya bodoh?!" Balas perempuan itu nge gas.

"Hello mba kalau mba pinter mba ngga bakal main nyelonong aja nge potong antrian, seenaknya nerobos antrian, liat mereka lama-lama antri. Eh seenaknya mba motong!".

"Lah mau-mau gue lah, suka-suka gue. Gue ini bukan elo". balasnya.

"Gila nih perempuan, udah sono Lo pergi ke belakang. Antri lagi!" Laura mengambil belanjaan orang itu dan menaruhnya di bawah.

"Eh enak aja, gue duluan Lo aja yg kebelakang". Perempuan itu menaruh belanjaan Laura di bawah.

Laura dah menahan emosinya di ubun-ubun. Dengan cepat ia akan mengeluarkan beribu-ribu toxic nya.

"WOY MBA! LO NGGA BISA LIAT, GUE ANTRI DAH PANJANG, SEENAKNYA LO MOTONG. KASIAN YG LAIN! LO EMANG NGGA TAU PERATURAN YA!" Perempuan itu terdiam.

"Mba dia duluan aja deh, sebelum omongannya menyebabkan gempa bumi" suruh perempuan tadi pada kasir.

"Emang bener-bener Lo ya, ngga ada akhlak, ngga ada otak!"

"Gue salah apa lagi si? Udah gue kasih Lo duluan, tetep aja Lo bacot! Kasian tuh kuping orang BUDEK!".

"Mba saya harap Kalian berdua tidak membuat keributan di mall ini, dan mba silahkan antri kebelakang. Dan mba satunya lagi harap sabar ya" kasir itu mencoba melerai.

"Nah denger itu, Lo kebelakang! Pergi sono hus hus" Laura mengibas ngibaskan tangannya.

"Sialan Lo! Kaga gue kaga mau kebelakang!".

"Hilih Lo, gue Tabok Lo pake tepung terigu mau?! Sini Lo!!". Laura bersiap mendekati perempuan itu, tapi tiba-tiba seseorang menarikannya hingga menjauh dari kasir itu, Laura meninggalkan belanjanya yg siap dibayar.

Sampai pada akhirnya tangan Laura di lepaskan. "Siapa sih Lo main tarik-tarik tangan orang! Liat gue lupa mau bayar belanjaan gue! Mana ketinggalan lagi!" Gerutu Laura.

"Lo itu kalau bacot ngga tau tempat ya! Lo bisa ngebedain mana rumah mana tempat umum ya?!" Laki-laki itu membuka cudung hodinya.
Dia Rey.

"Lah dia yg mulai! Cewe ke dia tu harus di musnahin di bumi itu, kalau ngga pindahin ke planet lain aja! Gue enek tuh sama cewe! Umur aja dah tua! Pemikiran ke bocah!. Dan Lo juga ngapain di mall ini hah?!" Bentak Laura.

"Gue ngga mau tau, Lo bayarin belanjaan gue! Terus abis itu bawa pulang! Gue dah ngga mood belanja! Gue pulang! Bye!" Lalu Laura pergi tanpa memberikan kesempatan untuk Rey berbicara.

"SYALAN!" Bisik Rey penuh penyeslan.

Laura pulang dengan penuh emosi, dia membanting kan setirnya ke arah lain, Laura keluar dari mobilnya dan memasuki toko pizza.

Menolak Kesedihan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang