BAB 20

8.4K 580 43
                                    

Karena kondisi Ezra memburuk, keesokan harinya dia izin untuk tidak shooting dan membawa Ezra ke rumah sakit yang kemarin dia datangi. Setibanya di UGD, Regan meminta seorang dokter muda yang tidak asing untuk merawatnya.

"Dia nggak apa-apa, kan?" tanya Regan panik.

Dokter yang bernama Reno itu masih terus memeriksa tubuh Regan dengan stetoskop miliknya. Baru setelahnya, Reno mengatakan kepada Regan jika Ezra baik-baik saja. Ini demam biasa dan meminta Regan untuk menunggu di sini.

"Apa dia putramu?" tanya Reno yang baru saja mencatat sesuatu di buku kecilnya, yang entah tidak Regan ketahui apa itu.

Regan menganggukkan kepalanya. "Apa kami tidak mirip?"

Reno tersenyum dan berkata, "Aku melihat seorang perempuan yang mirip dengan putramu ini kemarin. Apa dia ibunya atau bukan, tapi mereka memiliki wajah yang sama."

Aneh. Syrena yang mengenal Ezra saja tidak bisa mengenali wajahnya yang memang mirip, tapi dokter yang merupakan orang asing ini bisa mengenalinya.

"Sepertinya anda cukup penasaran dengan kehidupan pribadi pasien anda."

Dokter yang tampak muda itu tersenyum, seolah tidak merasa bersalah dengan ini.

"Kak Regan...."

Suara yang tidak asing membuat Regan menoleh dan di sana dia melihat Syrena muncul dengan wajah paniknya.

"Ezra kenapa? Tadi aku mampir ke rumah, terus kata Bibi Kak Regan bawa Ezra ke sini. Dia nggak apa-apa, kan?"

Regan tidak tahu apa alasan Syrena mendatangi rumahnya, tapi dengan keberadaannya di sini, membuat Regan perlahan menjauhkan dirinya supaya tidak terlalu berdekatan dengan Syrena.

"Apa kamu ibunya?"

"Ya?"

Regan langsung menatap dokter muda ini dengan tajam. Kenapa pula dia harus mengatakan hal itu kepada Syrena. Pria ini....

"Kita bertemu lagi, Syrena."

Kening Regan bekerut. Bertemu lagi? Apakah Syrena mengenalinya?

"Kamu bilang kita akan tukar nomor waktu pertemuan ketiga kan?"

Oke, dari kalimatnya Regan paham jika mereka berdua baru saja berkenalan. Dan pria ini tampak tertarik sekali dengan Syrena.

"Aku nggak tahu kita bakal ketemu kayak gini. Oke lah, kutepati ucapanku. HP-mu mana?"

Tanpa mengatakan apa pun lagi, pria itu benar memberikan ponselnya kepada Syrena dan Regan dapat melihat jika Syrena memberikan nomornya yang asli. Seharusnya Syrena memberikan nomor yang palsu. Dia tidak mengenal pria ini dengan baik.

"Akan kuhubungi."

Regan melihat Syrena tersenyum, begitu juga dengan Reno. Di kepalanya kini dilingkupi dengan pertanyaan kenapa Syrena bisa dengan mudah memberikan nomornya pada pria asing seperti Reno.

"By the way, gimana kondisi Ezra, Kak?"

Lamunan Regan buyar. Dia akan menjawab pertanyaan yang Syrena ajukan jika saja Reno tidak lebih dulu menjawabnya dengan istilah medisnya.

"Dia nggak perlu rawat inap, kan?"

"Nggak perlu. Di rumah, pastikan dia dirawat ekstra aja udah mendingan lagi."

Regan diabaikan. Kedua orang ini asyik membahas tentang Ezra. Akhirnya, dia yang tidak ingin berada di antara mereka, memilih untuk keluar dari UGD dan berencana menghubungi Zaki untuk mengatur ulang jadwal shooting berikutnya.

Ini pasti akan merepotkan dan Regan harus meminta maaf kepada semua orang yang dirugikan olehnya. Apalagi kepada aktor dan aktrisnya yang harus kembali menyusun jadwal mereka.

Setelah selesai menghubungi Zaki dan pihaknya yang lain, Regan memasukkan kembali ponselnya dan berjalan ke tirai milik Ezra. Dia berharap dokter itu sudah pergi sekarang.

"Dilihat dari dekat, wajah Ezra kayak nggak asing."

Langkah Regan terhenti ketika dia akan membuka tirai dimana Ezra berada. Kalimat Syrena yang memikirkan itu membuat tubuh Regan bergetar. Di dalam hatinya dia berharap Syrena tidak menyadarinya untuk sekarang.

"Kamu yakin nggak tahu dia mirip siapa?"

Itu suara Reno. Ternyata dokter itu belum juga keluar.

"Yang jelas dia mirip ibunya," balas Syrena.

"Kamu serius nggak tahu?" tanya Reno lagi.

"Tahu apa?"

Sialan, jika Reno memberitahunya, maka ini akan merepotkan. Regan pun memutuskan untuk membuka tirai dengan keras hingga mengeluarkan suara yang membuat Syrena dan Reno menoleh ke arahnya.

Tatapan Regan kini lurus ke arah Reno yang hanya tersenyum.

"Anak ini---"

"Apa yang mau kamu katakan?"

"Hanya menjawab pertanyaan Syrena," balas Reno enteng, yang membuat Regan semakin tidak suka dengan dokter ini dan menatapnya tajam. Memberi tanda untuk tidak mengatakan apa pun yang aneh.

"Syrena, kamu harus kerja, kan? Kenapa---"

"Aku bukannya udah ngasih tahu Kakak kalau aku berhenti kerja karena Mama?"

Regan lupa.

"Kalau gitu kamu harus ke Bandung sekarang, kan?"

Regan tidak bermaksud mengatakan itu, tapi kalimatnya berhasil membuat Syrena mengerutkan kening dan memasang wajahnya yang kecewa.

"Kakak sama kayak Mama. Egois. Nggak pernah mikirin aku."

Tanpa membiarkan Regan menjelaskan lain halnya, Syrena langsung mengambil tas kecilnya dan pergi dari hadapan Syrena dengan perasaan yang pasti kacau.

Setelah tidak ada tanda keberadaan Syrena, Regan mengembuskan napasnya. Lega sekaligus bingung. Dia sudah menyakiti Syrena berulang kali dan entah sampai batas yang bagaimana dia akan menyakitinya.

"Dia tidak berubah...."

Regan yang tadi menundukkan kepalanya, kini mendongak menatap Reno yang masih tetap di sini dan tidak bekerja.

"Apa yang anda lakukan---"

"Syrena masih menyukaimu, Regan Morales."

Dan demi apa pun, Regan tidak tahu pria ini siapa sampai mengatakan kalimat yang ambigu seperti itu.

***

Bentar lagi kita flashback kita, ya. Hehe

Gak tau berapa part lagi, karena Syrena juga udh punya keinginan mau ingat kenangannya lagi.

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang