"Maris... Ayo bangun, Maris. Maris anak baik, ayo bangun."
"Kakak kangen Maris. Maris nggak mau bangun?"
Kelopak matanya berkedip perlahan, menetralisir perubahan kapasitas cahaya yang jatuh ke indera pengelihatannya. Ia masih dalam posisi yang sama, menelungkup di atas meja sambil menatap kursi yang ada di depannya.
Dua baris kalimat itu kembali terdengar dalam pikirannya, sudah dua hari datang berkunjung tanpa sedikitpun merasa lelah. Kalimat yang dilontarkan seseorang dua tahun yang lalu, kalimat yang membuatnya masih ada di sini sampai detik ini.
Ia teringat saat itu. Dalam keadaan koma, sayup-sayup tertangkap telinganya orang tuanya berdebat. Tentang siapa yang menjadi penyebab kecelakaan itu, yang mengambil nyawa kakaknya, Ares, dan hampir mengambil nyawanya juga.
Mereka menyalahkannya, dan ia jadi ikut menyalahkan dirinya. Ia enggan bangun dari komanya. Seharusnya hanya tiga minggu, tapi menjadi tiga bulan antara hidup dan tidak. Untuk apa ia bangun? Semua orang menyalahkannya.
Kecuali... orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece
Romance❝ Suatu hari di antara bisingnya ibu kota, di sebuah tempat nyaman kesukaan keduanya. Perempuan itu meletakkan potongan puzzle yang terakhir, begitu pas, melengkapi puzzle yang sedang mereka kerjakan menjadi sempurna. Lelaki itu tersenyum, detik itu...