AFFAIR - 14

5.9K 447 139
                                    



Rose memilih diam, Jeon kini sudah lebih tenang dan duduk melamun menatap Tv, dan rose kini menyeduh teh bunga-bungaan untuk lelaki itu. Ia masih tak paham dengan situasi, setelah lelaki itu tiba-tiba mengajak tinggal dinegara orang dan membuat rose memberondonginya pertanyaan, jeka memilih bungkam. Bahkan sudah belasan menit berlalu lelaki itu masih asik menatap Tv dengan tatapan kosong.

Lelaki itu hanya terus mengatakan jika ia tak mau berpisah dengan Rose, bukankah itu terlalu kekanakan? Ya, Rose tau mereka akan berpisah karena jarak, tapi mengapa lelaki itu bertingkah seolah kepergian Rose adalah sesuatu yang menyedihkan? Apa gunanya kekayaannya jika pergi ke negara tetangga saja berat?

"Minumlah"

Jeonel menyungingkan sedikit senyuman, satu tangannya meraih mug berisi teh, satu tangannya menarik tangan Rose untuk duduk dipangkuan lelaki itu.

Jangan tanyakan bagaimana reaksi Rose, karena saat ini ia sedang sibuk menahan nafas dan mencoba meredam debaran jantungnya, namun gagal. Rose bahkan mengepalkan tangannya dengan kaku, bahkan saat Jeonel mencondongkan badannya untuk meletakkan mug dimeja. Dengan keadaan badan mereka saling merapat Rose membelalak sangking terkejutnya.

Ya, Rose memang belum pro dengan percintaan dan segala macam kegiatan yang katanya menyenangkan itu. Dulu, Ivan enggan menyentuhnya, entahlah mungkin karena Rose kurang menarik? Berkat lelaki itu yang selalu menjaga jarak aman dan tak pernah melangkah semakin jauh. Rose benar-benar merasa asing dengan skinship yang sangat jarang ia rasakan dengan lawan jenis.

"Aku tau ini terlalu cepat, apa kau sudah bisa menerimaku?"

Badan Rose melunak, ia yang awalnya tegang kini menjadi berangsur kian normal. Terlebih, sorot mata Jeon yang syarat akan kesedihan, membuat Rose bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa? Apa ada sesuatu yang lelaki itu sembunyikan?

Rose mengusap pipi lelaki itu, mencoba meredakan guratan kesedihan yang bahkan ia tak tau apa sebabnya. Setelahnya ia mengangguk, menjawab pertanyaan lelaki yang sedari tadi tidak lepas memandangnya.

"Satu yang harus kau yakini. Aku, sangat mencintaimu Rose, bagiku kau adalah wanita yang selama ini aku cari. Bukan hanya sekedar rasa kagum, kuyakin ini cinta, bukan ambisi"

Setelah mengatakan kalimat yang menurut Rose begitu romantis, bahkan membuatnya tersenyum malu. Jeon mendekatkan diri, membuat jantung Rose terpompa untuk berdetak kian cepat.

Apa ini tidak terlalu cepat?

Apa— Entahlah, ia kehilangan akal.

Saat Jeon menyatukan bibir keduanya, dan menghantarkan sengatan kehangatan dari bibirnya. Rose hanya mampu memejamkan matanya saja, seakan seluruh indera pada tubuhnya tak lagi dapat bekerja. Akhirnya, untuk pertama kalinya mereka berciuman dalam keadaan sadar sepenuhnya.

Dalam hati Rose terus memaksakan otaknya untuk tetap sadar. Merenung, apakah ia juga mencintai Jeon? Bukan hanya sekedar pelarian?

Manusiawi, satu kata yang akan Rose tekankan jika nanti ia sadar dari kegiatan mereka. Saat jeon menyalurkan pesona bibir dan kelincahannya, dan saat ciuman itu terlepas dan bergantikan rasa geli disekitar lehernya. Rose hanya mampu mengarahkan jemarinya untuk menyusup ke antara helaian rambut hitam Jeon. Manusiawi bukan? Bagaimana tubuh Rose menerima semua sentuhannya dengan terbuka, adalah salah satu sifat alamiah manusia yang normal-normal saja.

Ya, kau normal Rose, terlebih saat dijalari oleh berbagai macam hormon yang siap mengantarmu kearah yang lebih jauh. Satu yang Rose yakini, Jeon adalah lelaki yang berbahaya, bahkan tanpa mengucapkan kata apapun, kini Rose benar-benar bertekuk lutut dibawahnya. Seakan ia benar-benar hilang akal dan tak lagi memiliki keyakinan diri untuk mengumpati lelaki itu.

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang