SAMARA~8

298 39 4
                                    

'Pletok-pletok-pletok'

Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar bersahutan akibat si pelakunya. Tiga orang cowok kelas X yang sepertinya sudah jadi most wanted SMA Cakra Garuda karena ketampanan mereka.

Dimulai dari Samudra yang cool, pinter, tampan dengan garis rahang yang kokoh, berkharisma, hobi main basket, pemilik senyum mahal karena senyumnya di tampakkan di saat-saat tertentu juga pada orang yang ngga sembarangan. Sam merupakan putra sekaligus pewaris dari pemilik sekolah ini. Juga menjadi Ketua geng Graza.

Bima, memiliki badan tinggi dan berat badan ideal. Teman kecil Samudra. Sifatnya bisa kalem bisa juga ikutan gesrek kalo dipancing sama Ian, dewasa, mudah mengendalikan emosi, dan yang pasti tampan. Ketampanan Bima nomor 2 setelah Samudra:) Bima juga tergabung dalam geng Graza.

Ian, Brilian atau biasa disapa Ian (namanya luar biasa, nggak kaya otaknya huhu), memiliki badan sedikit lebih besar tapi dengan tinggi rata-rata seperti Bima dan Samudra. Teman SMP Sam. Sifatnya ceplas-ceplos no sensor, apa adanya no jaim, suka gombalin cewek yang caper sama Sam (karena ngga di tanggepin), untuk masalah otak ia serahkan pada Samudra, setia pada sahabat. Ketampanan Ian bisa dikatakan nomor 4 setelah Samudra, Bima, dan Devan.

Mereka bertiga menuruni tangga dari rooftop menuju ke kelas. Di perjalanan, hanya diisi celotehan nggak bermutu dari Ian yang hanya ditanggapi "hmm", "iya", "nggak", "nggak papa".

"Eh-eh bro udah ada Mr. Jo tuh. Buruan yuk",ajak Ian yang tadi mengintip dari jendela kelas.

Mr. Jo atau nama aslinya Jono adalah guru fisika yang terkenal baik. Iya, baik pada murid yang pintar dan disiplin namun beliau bisa jadi guru killer pada murid kesayangannya (tidak disiplin dan kurang sopan).

"Gawat nih, Lo duluan yan. Kita pantau dari sini. Kalo ada apa-apa teriak aja",usul Bima.

"Yee Lo mau masukin gue ke kandang macan? Enak aja Lo!, Gak mau guee!",jawab Ian tidak terima.

"Gimana nih Sam?, Tuh guru nggak ada ampun kalo sama kita. Kayaknya dia udah sensi duluan deh",ucap Ian.

"Dia kan sensinya sama Lo yan, gue mah aman. Otak gue kan encer",jawab Sam pede.

"Lo jangan bandingin otak gue sama otak Lo dong, gini-gini gue juga pinter tauk".

"Pinter ngibul Lo",celetuk Bima.

"Tapi sayangnya gue males masuk. Di dalem duduk sendiri ngga ada penyemangat".

"Mulai lagi dah Lo",Bima menyahut.

"Gece kantin aja lah yok",ajak Sam.

"Wagelaseeh idenya mantab bosquee. Yaudah yok keburu ketahuan",ucap Ian semangat.

Mereka bertiga berjalan menuju kantin dengan mengendap-endap seperti maling takut ketahuan. Ian memantau keadaan di depan, Bima berjaga-jaga dari belakang sedangkan Samudra di tengah hanya berjalan santuyy.

"Waiits stoop",ucap Ian mendadak sambil merentangkan tangan menyuruh dua orang di belakangnya berhenti.

"Mantau sih mantau tapi jangan ngagetin juga kali",omel Sam.

"Ada Bu Jam noh di depan". Nama aslinya Bu Jamilah. Dasar anak jaman sekarang kalo manggil gurunya pake disingkat-singkat. "Putar balik yok lewat belakang aja lebih aman",jawab Ian.

"Yaudah lah yok, ribet banget dah",putus Sam.

Sampai juga mereka bertiga di kantin dan langsung duduk di meja pojokan. Sepertinya meja pojok itu bakal jadi basecamp mereka saat makan. Karena posisinya yang berada di pojok membuat keberadaan mereka sedikit tidak terlihat. Bagusnya lagi ruang UKS terlihat dari sini. Mereka bertiga langsung memesan bakso dan es teh manis dan menyantapnya langsung karena lapar dan haus setelah upacara tadi dan aksi mengendap-endap.

Samudra melihat Devan keluar dari UKS. Kesempatan itu tidak di sia-siakan Sam.

"Yan, beli roti sama air mineral gih, nih duitnya",perintah Sam sambil mengeluarkan selembar uang seratus ribu.

"Yaelah Sam, gue baru juga makan. Lo aja sana Bim!",elak Ian ganti menyuruh Bima.

"Yaudah nih Bim, nanti kembaliannya buat Lo",ucap Sam.

Tanpa menunggu jawaban Bima, Ian langsung menyerobot uang di tangan Sam lalu buru-buru membeli roti dan air mineral yang dimintanya.

"Masalah duit aja cepet banget Lo yan",celetuk Bima dengan geleng-geleng kepala.

"Harus lah"jawab Ian keras karena jaraknya sedikit jauh.

Ian kembali ke meja dengan se-kantong plastik berwarna putih berisi permintaan Samudra. Langsung diserobot kantong itu oleh Sam lalu berjalan meninggalkan kantin menuju ruang UKS.

Sam berjalan cepat, ingin segera mengetahui keadaan Tiara, meskipun sudah tau kalau Tiara sudah sadar. Sam membuka pintu UKS dan menuju ranjang Tiara. Awalnya Sam melihat Tiara tersenyum tapi begitu melihat Sam, ekspresi tadi berubah menjadi datar.

"Gimana keadaan Lo?",tanya Samudra lembut.

"Udah nggak papa kok",jawab Tiara singkat.

"Nih gue bawain Lo makanan, gue tau Lo belum makan".

"Makasih",jawabnya sarkas.

"Mau gue bukain?",tanya Sam dan dibalas gelengan kepala.
Hening....

Sam menghela napas....
"Gue tau Lo ga suka gue di sini. Gue tau gue ganggu Lo. Gue cukup peka dengan tingkah Lo dan muka Lo. Kalo Lo nggak mau makan, buang aja nih makanan. Gue pergi",ucap Samudra lalu pergi keluar dari UKS.

Tiara merasa tidak enak atas sikapnya kepada Samudra. Merasa aneh sendiri terhadap dirinya, kenapa harus bersikap judes pada Sam padahal Sam kesini cuma mau ngasih makanan. Sam juga udah ngasih topinya supaya dirinya tidak dihukum pas upacara. Sam bela-belain baris di barisan yang panas tanpa topi. Tapi sekarang malah gini balasan Tiara. Nggak tau diri banget sih Lo Tiara!,batinnya.

Samudra mengerti akan ekspresi Tiara yang seakan tidak mau kalau dirinya ada di sini. Sam memilih mengalah saja daripada memancing amarah Tiara yang dalam kondisi masih sakit.

"Kok gue ngerasa nggak enak ya. Apa gue udah keterlaluan?. Duh jahat banget sih gue",ucap Tiara bermonolog.

"Gue musti gimana nih? Susulin nggak ya?. Susulin. Nggak. Susulin. Nggak. Susulin. Nggak. Susulin. Aaahhhh". Tiara menjerit frustasi. "Gue susulin aja deh".

Tiara turun dari ranjang memakai sepatunya yang tadi dilepas dan segera menyusul Sam dengan menenteng kantong plastik tadi.
Berjalan menyusuri koridor, mencari ke kantin, ke taman belakang, melihat ke lapangan dan menemukan Sam sedang mendribble bola basket sendirian.

Samudra melampiaskan kekesalannya pada bola tak bersalah. Mendribble dengan kasar dan memasukkannya ke dalam ring. Dengan wajah memerah menahan emosi yang ingin meluap dan peluh membanjiri keningnya.

"Harusnya gue nggak perlu baik sama Lo Tiara. Harusnya gue ngga bela-belain bawain Lo makan kalo Lo ngga mau liat gue. Ngapain juga gue kayak jadi cowok bucin sih?. Harga diri Lo jangan mau diinjek sama cewek itu Sam. Anehnya Kenapa juga gue ngga bisa marah sama Lo Tiara meski gue tau sikap Lo udah keterlaluan sama gue",ucap Sam mengeluarkan uneg-unegnya sembari melempar bola ke ring.

Samudra merasa kesal dengan sikap Tiara tadi namun rasanya Sam tidak bisa marah. Sam lebih memilih pergi daripada harus bertengkar dengannya. Sam juga bertanya-tanya sebenarnya apa salahnya sampai Tiara berlaku seperti itu.

"Gue harus bisa lupain Lo....",ucap Sam mantap.

"Mau lupain siapa Lo?"....
Suara cewek di hadapan Samudra menatap penuh selidik.

Bersambung....

Halohalohaaii gimana nih cerita SAMARA, makin ngebosenin ya? Author berusaha menampilkan yang terbaik kok😁

Kalian semua jangan lupa vote comment and follow yaa❤️

Ig: @divaprafiota_

SAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang