8. Simfoni dari Masa Lalu

17.9K 3.2K 567
                                    

Selamat berpuasa dari aku yang sedang dapet 😂🙈

Koreksi typo

Happy reading💜

💔💔💔

Rani beberapa kali menahan umpatan, ia menggumamkan kata sabar untuk kesekian kalinya. Emosi sudah bercokol di hati, sudah hampir meledak hingga membuat Rani ingin menangis saat itu juga saking lamanya menahan kesal.

Ia membenturkan kepalanya pada meja kafetaria Mediacinta. Rambut yang digerai acak-acakan menutupi wajah. Rani tidak peduli sekeliling, bodo amat orang-orang akan menganggapnya sebagai orang gila baru pun tidak jadi masalah.

"Butuh temen buat curhat?"

Kepala Rani sontak terangkat, matanya menatap sayu Yoga yang sudah duduk di depannya. Satu cup es kopi susu ia angsurkan ke depan Rani, sementara satu cup lainnya sudah ia sedot.

"Anggi mana?" Yoga bertanya. Satu bulan ia bekerja di Mediacinta, tidak pernah satu hari pun ia absen melihat Rani yang selalu menggandeng lengan Anggi ke kafetaria. Tapi sekarang Rani duduk sendirian, tampak kacau pula.

"Nggak masuk. Lagi sakit," jawab Rani. Ia menegakkan badannya dan mengambil cup es kopi susu yang diberikan Yoga. "Buat gue nih?"

Yoga mengangguk. "Kepala lo butuh yang dingin-dingin sepertinya. Biarpun lihat wajah gue sebenernya udah bisa bikin kepala lo adem sih, Ran."

"Garing bener."

Yoga tertawa, untuk sejenak ia membiarkan Rani menikmati es kopi susunya.

"Ada masalah sama kerjaan?" tanya Yoga, setelah melihat Rani menghela napas, seperti melepas dahaga.

"Hardin minta gue jadi host buat talk show bedah buku penulis Simfoni Dari Masa Lalu."

"Bagus dong."

"Bagus apanya?!" seru Rani gemas. "Itu kan bukan tugas editor. Lagian gue biasa kerja di belakang layar, kalau di depan layar gue berasa jadi Raisa."

"Lucu banget sih, Ran." Yoga justru fokus pada ekspresi dan kalimat yang Rani ucapkan. Ekspresif, sangat hidup, aura kekesalan sangat menjiwai.

"Serius?" Rani mengerjap.

"Iya. Ada bakat jadi komika nih."

"Kapan kapan bisa dong gue ikutan stand up comedy. Entar gue roasting Hardin di depan semua yang nonton." Rani tertawa.

"Balas dendamnya dibayar kontan."

"Btw, gue udah lihat layout novel Simfoni Dari Masa Lalu yang lo kirim. Ajiblah, Ga. Keren pake ada ilustrasinya segala bisa nambah bikin baper pembaca."

Ya setelah menyelesaikan proses penyuntingan naskah Simfoni Dari Masa Lalu yang Hardin acc, selanjutnya proses layout yang kebetulan dikerjakan oleh Yoga. Rani memang ingin melihat kinerja Yoga sejak mereka berkenalan sebulan ke belakang. Dan keinginannya memang tercapai. Kini novel romansa Simfoni Dari Masa Lalu siap terbit dan membuka Pre-Order.

Untuk jadwal terbit, novel Simfoni Dari Masa Lalu termasuk yang cepat prosesnya. Hanya satu bulan lebih seminggu. Pertama Rani baca, naskahnya memang sudah rapi, tidak ada pemangkasan naskah yang terlalu berlebihan karena Rani merasa semuanya sesuai dengan porsi.

"Hidung gue kembang kempis nih dipuji cewek cantik," cetus Yoga.

"Garing lagi."

Keduanya sama-sama melontar tawa.

"Minggu ini ada acara gak?" tanya Yoga, setelah puas tertawa dan memandangi wajah Rani.

"Bentar, gue cek dulu." Rani membuka aplikasi kalender di ponselnya. "Kenapa emang?"

Tahun Kedua Setelah Putus (#1) Pindah ke InnovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang