Di hari yang baru, pagi yang cerah, ditemani senyuman yang bahagia. Zara dan Angga berada di dalam kamar Rey, menemani anaknya bermain. Hal yang mungkin bisa di katakan akan jarang ia lakukan, mengingat pekerjaan Angga di kantor dan Zara yang sibuk mengurus Ara. Dan Zara juga udah biasa lagi gendong ara.
"Mam. Ambil itu". Ucap Rey menunjuk mainan mobil-mobilan di samping Zara.
"Ini. Awas ya mainannya berat, papap beliin mainannya gede banget di kira anaknya anak raksasa apa, sekali keluar langsung gede". Ucap Zara.
"Ya kan itu maunya Rey mam, kok nyalahin papap sih. Kalau mau ngomel, jangan ke papap ke anak kamu tuh". Jelas Angga.
"Anak kamu juga ya, saham kamu besar di aku". Ucap Zara melotot ke Angga.
Angga mendatarkan mukanya menatap Zara balik.
"Iiiii pengen aku tonjok muka kamu, ngeselin banget sih ahh". Greget Zara yang ingin meraup wajah Angga.
"Hahaha sayang, aku gemes sama kamu". Menarik tangan Zara dan menciumnya.
Melihat Angga dan Zara Rey menghentikan kegiatan mainnya dan malah memilih melihat orang tuanya.
Saat Angga mencium bibir Zara Rey dengan cepat bangun ikut mencium bibir keduanya. Seperti mendapat hadiah besar, Rey bertepuk tangan girang berhasil ikut berciuman.
"Aisshh PAPAPPP". Teriak Zara mengelah bibir nya bekas ciuman Angga.
" Rey kamu gak boleh gitu ya sayang jangan ikutin papap sama mamam ya gak baik belum waktunya". Ucap Angga memberi pengertian ke Rey yang masih tersenyum. Dan langsung saja mengangguk mengerti.
"Api mau beyi mainan agi pap". Ucap Rey.
"Gak ada, udah cukup mainan nya Rey. Nanti saja beli mainannya ya sayang". Zara berucap dengan wajah tak setujunya.
"Amam mau beli". Rengek Rey menghampiri Zara.
"Jangan dulu sayang. Rey kan masih punya banyak mainan dikamar Rey, lihat tuh. Rey sudah mempunyai lebih dari cukup, masih banyak loh temen Rey diluar sana yang sedikit punya mainannya malah ada yang gak punya". Jelas Zara sambil memeluk anaknya.
"Jadi ley harus berhenti ya mam beli mainannya, bial cama kayak teman ley di sana". Mendongak kearah Zara.
"Iya, ini baru anak mamam. Goodboy". Mengacungkan kedua jempol nya untuk Rey.
"Tapi papap boleh kan mam mainin mainan mamam". Ucap Angga menimpali.
Zara menekuk alisnya tak mengerti maksud Angga.
"Main apa?".
"Main bawah". Tawa Angga pecah melihat reaksi Zara yang telah mengerti maksudnya itu.
"Aku masih gak bisa pap, kan bekas lahiran Ara belum kering". Jelas Zara tersenyum.
"MASAAK IYA? berarti puasa dong?". Wajah Angga seketika murung, gairahnya tertutup awan gelap.
Kini giliran Zara yang tertawa puas melihat Angga.
"Puasanya kira-kira 3 Minggu lagi".
"Ahh apaan, gak baik loh bercandain suami". Ucap Angga tak terima kalau dia harus puasa selama itu.
"Siapa yang bercanda sih, tanya aja mama sama mamam". Ucap Zara.
"Tapi sayang aku mana tahan". Wajah Angga memelas.
"Ya terus gimana? Emang harus kayak gitu".
"Gini aja, gak papa aku gak bisa masukin, tapi nyusu sama kamu bisa kan. Jadi setiap malam kamu gak usah pakai dalaman biar aku bebas kenyot sana sini ya. Ide bagus kan?".
Zara memutar bola matanya mendengar perkataan Angga. Yang menjadikan nya korban kemesuman nya lagi. Tapi mau tak mau harus mau Zara mengangguk tersenyum bagaimanapun Angga itu suaminya jadi harus mau, gak boleh kalau Angga main sama yang lain, big no.
"Aku mau kamu". Bisik Angga, semburat merah di pipi Zara dan mengangguk.
Angga langsung saja mencium pipi Zara sekilas agar anaknya tak melihat nya lagi.
"Aku mau ngambil Ara di bik Rumi bentar ya". Ucap Zara dan keluar kamar mencari bik Rumi.
"Bibi. Bi...".
"Loh bibi Zara ciriin kemana-mana malah di sini". Ucap Zara yang menemukan mereka di taman bunga miliknya.
"Heh iya, ini Ara gak rewel kalau disini nak, mungkin seneng lihat bunga". Ucap bi Rumi.
"Anak mamam seneng ya liat bunga ya, pantes ya mamam waktu hamil kamu, mamam tiba-tiba mau tanam bunga". Zara mencium Ara yang kini sudah di gendongan nya.
"Bibi istirahat aja ya, udah siang juga. Ara mau Zara tidurin dulu bareng sama kakaknya".
"Iya bibi istirahat dulu ya nak". Pamit bibi menuju kamarnya.
Zara membuka pintu kamar dan mendapati Angga tengah memeluk putra tertidur. Bermaksud membalas pelukan papapnya tapi kaki Rey terlalu pendek jadi gak bisa hanya sebatas naik saja, itu membuat Zara yang melihat nya terkekeh lucu sekali tingkah anaknya itu.
Saat Zara mencium kening Angga tiba-tiba yang punya malah kebangun.
"Loh kok bangun sih tidur lagi dong". Ucap Zara mengelus pipi Angga.
Dengan mata yang sayu Angga pelan-pelan melepas pelukannya dan membawa Zara ke kamar mereka.
"Kamu taruh Ara di box ya, kamu temenin aku bobo habis itu". Pinta Angga yang langsung menuju ranjang.
"Naikin bajunya".
"Ngapain?".
"Mau".
"Mau apa pap?".
"Mau nyusu".
"Kan nanti malam janjinya". Menyauti dengan nada kesal.
"Tapi papap mau sekarang mam". Ucap Angga yang sudah merebahkan kepalanya di dada Zara.
Zara menghelas nafas berat dan menaikan bajunya membiarkan Angga berbuat semaunya.
Akhirnya Angga menyusu dengan semangat mulutnya tak berhenti menghisap puting Zara yang mengeluarkan ASI.
"Akkk. Pelan, kamu mah, males aku jadinya kalau kamu gigit-gigit kayak gitu. Sakit tau". Ujar Zara melepaskan putingnya dan mengusapnya.
"Maaf".
"Udah sekarang tidur, mamam juga mau tidur ngantuk".
Angga memilih diam dan tidur, sebenarnya ia ingin lagi tapi sudahlah ya, salahnya juga pakai main gigit aja. Ya marah lah si Zara.
Yang penasaran komen😋
❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT LOVE[SELESAI]
Teen FictionDia lelakiku, belahan jiwaku, lelaki yang sangat aku cintai. Aku tak tahu bagaimana diriku tanpanya ~ Adhisty Zara Sundari Kusumawardhani. Dia wanitaku, separuh napasku, wanita yang sangat aku cintai. wanita yang selalu menjadi bahagiaku ~ Angga Ald...