Desire.

13.4K 1K 192
                                    

Cerita ini aku publish juga diakun alpharj dengan pairing ARTKOOK.


Taehyung menatap kagum pemuda yang masih terbalut kaus jersey basahnya. Matanya berkilat— hampir napsu binatangnya menguasai. Jika saja Jeon Jungkook bukanlah pemuda yang masih berusia 22 tahun, Taehyung tidak akan segan untuk mendekatinya. Namun, ia tahu kalau dirinya lebih cocok untuk menjadi ayah dari pemuda itu. Hampir berkepala empat, Taehyung harus menelan semua keinginannya.

Jeon Jungkook terlalu indah. Selembar kertas tidak akan cukup untuk mendeskripsikan pemuda itu. Taehyung dibuat tergila-gila pada bocah tanggung usia. Dirinya bahkan dengan tidak tahu diri selalu melihat Jungkook dalam kejauhan, hampir setiap hari.

Taehyung bukanlah bocah labil yang dengan gamblang mengambil keputusan, ia harus tahu waktu. Jungkook memiliki banyak penggemar dan teman yang selalu menjaganya. Dan Taehyung hanyalah seorang dosen tua yang tidak tahu kapan akan menikah jika bukan bersama Jungkook. Pemikiran anehnya selalu bercabang, kapan ia bisa memiliki bocah itu, memeluk tubuh yang pasti pas jika ia dekap, dan menyentuh kulit putih halus miliknya.

Sampai sekarang, belum ada keberanian untuk ia melangkah lebih dekat. Jungkook terlalu sulit untuk digapai, sebagaimana terlihat bahwa bocah itu bisa saja menolaknya dalam satu pertemuan. Bukan lagi, Jungkook mungkin tidak tahu ia menjadi dosen di sini. Ia tidak pernah mengajar Jungkook, dan itu menjadi salah satu penghambatnya.

Taehyung menyukai semua sisi dari Jungkook. Caranya tersenyum, tertawa atau bahkan diam saja, Taehyung merasakan jatuh cinta. Halnya, ini cuma cinta sepihak. Keinginan Taehyung begitu tinggi, namun usahanya begitu minim. Bisa dibilang, ia payah dalam urusan cinta. Berpuluh tahun hidup, ia melakukan semuanya sendiri. Tidak pernah berpikir jika nanti akan ada pasangan yang bisa membantunya untuk sekadar mencuci piring. Menjadi lajang memang bukan maunya, tapi ia tidak pernah mendapat seseorang yang pas. Kecuali... debaran gila yang ia rasakan saat melihat Jungkook untuk pertama kalinya.

Kala itu, Taehyung baru saja selesai merekap nilai mahasiswanya untuk ujian tengah semester. Jam menunjukkan pukul 5 sore, nihil jika masih ada mahasiswa yang berkeliaran, kecuali mungkin ada beberapa yang mengambil jadwal malam. Jarak antar ruangan dan parkiran lumayan jauh, ia harus melewati klinik, ruang rektor dan salah satunya lapangan besar yang sudah becek karena hujan melanda. Matanya tidak salah jika ia melihat siluet pemuda bermain bola sendirian di sana. Yang ia tahu, pemuda itu berlari mengelilingi lapangan sampai lima kali, jika Taehyung tidak salah menghitung. Ia agak bingung karena bocah itu hanya sendiri, tidak ada orang selain dirinya, tapi ia tahu jika bocah itu adalah seorang kapten ditim bolanya. Dengan nomor punggung 1 dan bertulis JJK, Taehyung berusaha mencari nama panjangnya setengah mati.

Jeon Jungkook, mahasiswa semester akhir dengan Fakultas Ilmu Olahraga dijurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga.

Taehyung begitu takjub karena Jungkook sangat mencintai bidang olahraga. Ia bahkan sangat mendukung semua keputusan anak itu, walau Jungkook tidak mengetahuinya sekali pun. Taehyung menyukainya diam-diam dan ia tidak tahu sampai kapan akan begini.

Sampai sekarang, entah sudah bulan keberapa ia mengendap bagai pencuri hanya untuk menonton tim Jungkook berlatih. Taehyung sudah tahu jadwalnya. 4 sore dan Jungkook akan setengah jam lebih cepat dari waktu itu. Anak itu akan melatih dirinya sendiri, walau sekadar meregangkan otot-otot kakinya.

Jungkook begitu manis pada teman-temannya. Ciri-ciri kapten yang disukai. Tapi, kadang ia akan mendengar Jungkook berteriak ganas saat satu atau dua orang tidak fokus dalam latihan. Taehyung pikir itu keren. Alisnya yang menukik serta rahangnya yang mengeras membuatnya menjadi panas.

charm [taekook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang