Author ucapin terima kasih yang sangat besar:v untuk 20 vote nya
Happy reading and enjoi!
***
Mobil hijau Quena memasuki area parkir SMA aya Wijaya, dengan penuh ketenangan dan kedamaian ia mencari daerah parkir yang cocok dijadikan tempat beristirahat mobil tercintanya itu, ia tak tergesa-gesa seperti kemarin, mood nya saat ini sangat bagus karna ia mendapat uang jajan tambahan dari mamanya dikarenakan hampir semua ulangan harian Quena mendapat nilai seratus.
Namun, semua itu hancur ketika sebuah mobil menabrak area belakang mobil Quena, entah sengaja atau tak sengaja yang jelas Quena tak terima mobilnya tersakiti oleh mobil lain, cukup dirinya saja yang tersakiti selama ini. Dengan segera ia turun dari mobilnya dan menghampiri mobil hitam tersebut.
"Woy, keluar lo!" Seru Quena sambil mengetok kaca mobil hitam itu dan tak lama Sang pemilik mobil keluar dengan tatapan tidak bersalahnya. Hazel, lelaki es batu itu tetap dengan tatapan datarnya.
"Lo?!"
"Kenapa?"
"Ya Allah ni anak, kemarin lo nabrak gue, sekarang mobil gue, besok apa lagi yang lo tabrak ha? Hati gue?" Geram Quena, beginilah Quena ketika sedang emosi ia akan menyerocos di luar nalar.
"Sorry."
"Apa? Lo bilang sorry? Segampang itu? Dasar es batu gak bertanggung jawab, enak banget cuma bilang sorry" sementara Hazel cuma menatapnya dengan tatapan khasnya.
"Kemarin emang gue takut sama lo karna lo ketos disini, tapi sekarang udah nggak! Tanggung jawab lo udah sakitin mobil gue!"
Hazel mendecak pelan, mengapa masih pagi-pagi ini ia sudah berhadapan dengan salah satu cewek yang setengah waras dan penuh kebar-baran ini? Matanya kembali menatap Quena, ia menyadari sesuatu.
"Apa lo liat-liat ha? Mau tonjok-tonjokan? Ayo sini, jangan nangis kalo muka tembok lo itu gua tonjok, ya" kata Quena memasang kuda-kuda, tangan mungil nya itu mengepal siap bertempur melawan kejahatan.
Tangan kekar Hazel terangkat perlahan, Quena yang menyadari pergerakan itu langsung menciut, meruntuki diri sendiri karna terlalu berani sampe lupa kalo orang dihadapan nya ini mungkin tak punya hati, es batu mana punya hati oneng?
"Kenapa? Mau tonjok gue? Cih, beraninya sama perempuan dasar---" belum sempat Quena menyelesaikan perkataannya, ia tersentak menyadari tangan Hazel telah berada di pipinya.
"Lo sakit."
"Hm?"
"Muka lo pucat."
Alamakjang! Kak Hazel perhatian kok jadi ganteng? Astagfirullah, nggak, nggak Quena. Ini pasti pencitraan es batu itu biar keliatan baik depan orang--batin Quena.
"Nggak usah pegang-pegang! Gue emang belum sempet sarapan tadi makanya jadi pucet" Kata Quena galak, mendengar hal itu Hazel menarik tangan Quena. Bukan, lebih tepatnya menyeret Quena masuk ke area kantin.
"Eh, gue mau lo bawa kemana?" Tanya Quena, Hazel tak merespon.
"Lo mau curi gue ya? Trus minta uang tebusan ke nyokab gue, ngaku lo!"
"Diam." Kata Hazel mengintimidasi.
"Diih, apasih" Hazel membawa Quena di salah satu bangku kantin.
"Den Hazel mau pesan apa?" Tanya Bu. Lela, pemilik salah satu warung makanan di Jaya Wijaya Internasional School.
Hazel tersenyum. "Pesen mie ayamnya sama jus alvukad 2 Bu" ujarnya sopan.
Weleeh, ni anak bisa ganti ekspresi juga yah? Ngomong nya juga jadi agak panjang-batin Quena.
"Oke sip, tunggu bentar tak buatkan yang sepesial" kata Bu Lela lalu pergi kedalam warungnya. Selepas Bu. Lela pergi tiba-tiba ekspresi Hazel kembali ke asal muasalnya.
"Lo kok tau gue suka makan mie ayam sama jus alvukad?" Tanya Quena memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka.
"Insting."
"Buset, apa jangan-jangan lo cenayang ye?"
"Serah."
Dan tak lama Bu. Lela keluar membawa nampan berisi pesanan Hazel dan Quena. "Ini den pesanannya"
"Makasih Bu."
"Sami-sami, ehh ini teh siapa? Geulis pisan euy, pacar den Hazel?"
Pertanyaan yang keluar dari mulut Bu. Lela sontak membuat Quena yang baru saja akan memakan mie ayamnya terbatuk-batuk, kaget.
"Bukan Bu."
"Owalaah yaudah sok atuh dihabisin makanannya, ibu mau kedalam dulu"
"Iya Bu."
Mata Hazel melirik kearah Quena yang makan dengan begitu lahap, yah masakan Bu. Lela memang tak kalah nikmat dengan masakan ala negara lain, tak heran jika warung makan nya selalu di penuhi oleh siswa siswi Jaya Wijaya Internasional School saat jam istirahat tiba.
"Eeh gua boleh nambah nggak?" Tanya Quena yang hanya mendapat anggukan dari Hazel.
"Yess!" Jarang-jarang ia dapat rezeki seperti ini, makanan gratis siapa yang tak suka? Apa lagi yang enak kayak masakan Bu. Lela.
"Porsi makan lo."
"Hm? Kenapa porsi makan gue?"
"Persis kuli bangunan."
"Diiih biarin aja, perut kenyang hatipun senang"
"Terserah."
Hazel lantas bangkit dari kursinya "Habisin, gue pergi."
"Yoi, eh makasih yah lo baik juga ternyata" ujar Quena, seperti biasa Hazel tak membalas, ia berjalan keluar dari area kantin.
Dan tak lama, Quena menyadari suatu hal...
"Lah? Jadi makanannya siapa yang bayarin?"
"Ah sue tuh es batu, nyesel gua muji lo! Trus mobil gue?"
"Haishh Quena gampang banget lo dikibulin! Di sodorin makanan aja dah luluh, cih dasar pea!" Gerutu Quena dan tak lupa sumpah serapahnya selalu menyertai nama Hazel.
***
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat Islam.
Jangan lupa vote dan komentnya kawan, Next? 20 vote, ayo!
Salam hangat author.
Makassar, 11 Mei 2020.@Ukhty2304

KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Or Sad Ending
Novela JuvenilPLAGIAT? DILARANG MENDEKAT! "Oke, gue kecewa." "Na tapi--" "Stop! Gak ada yang perlu dijelasin, semua udah jelas. Kalian bukan teman yang baik buat gue." kata Quena sembari terus menahan sesak yang mengepul di dalam dadanya. Di tersenyum nan...