Kai meraup mantelnya yang tergantung di kursi lantas memakainya, pekerjaannya sudah selesai dan sekarang waktunya untuk menjemput Lucas. Betapa ia merindukan puteranya itu.
"Aku sudah tidak memiliki pasienkan?" tanya Kai pada salah seorang perawat.
"Benar, anda sudah tak memiliki janji temu," jawab Ryujin setelah mencek jadwal Kai di komputer.
"Kalau begitu aku pulang dulu, selamat malam," ucap Kai ramah.
"Selamat malam juga dokter," sahut Ryujin dengan pipi bersemu merah.
Kai memang tipe pria idaman semua wanita; tampan, mapan, baik, hangat dan penyayang. Itulah mengapa saat Kai menikah, banyak wanita yang merasa sakit hati.
Baru saja ia ingin membuka pintu mobilnya, ponsel Kai berdering menampilkan panggilan dari Jenny.
"Hallo sayang," sapanya lantas membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya.
"Malam ini sepertinya aku akan lembur, banyak sekali pasien di sini ... Ah, Ya! Yerin, bisa kau lihat pasien yang baru datang, aku sedang menelpon," Kai tersenyum maklum, isterinya itu sepertinya sangat sibuk. "Sayang aku tutup dulu, aku mencintaimu dan Lucas."
"Aku mengerti, kami juga mencintaimu," panggilan diputus dan Kai langsung menjalankan mobilnya menuju rumah Lisa untuk menjemput Lucas.
Kai sudah berada di depan pintu apartemen Lisa--adik iparnya, ia pun langsung menekan bel.
Tak berselang lama Lisa membuka pintu dan mempersilahkanya untuk masuk.
"Dimana Lucas?" tanya Kai.
"Di kamarku." Kai mengangguk lalu beranjak menuju kamar Lisa untuk membawa Lucas pulang, pasti anaknya itu sudah tidur. Apalagi jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Namun suara tawa Lucas membuatnya terdiam diambang pintu, dapat ia lihat seorang wanita muda tengah bercanda bersama anaknya. Wajahnya cantik, dengan suara serak yang khas.
Siapa dia? tanya Kai dalam hati.
Kai masih pada posisi yang sama hingga tatapannya bertemu dengan wanita itu.
"Anda pasti Kak Kai, ayah Lucas," tebaknya, menyadarkan Kai.
"Ehm .. iya," Kai berjalan menghampiri Lucas dan mendudukkan diri. Ia tersenyum melihat Lucas yang terlihat sangat bahagia, anaknya itu sangat jarang tertawa.
"Tadi baby Lucas sempat masuk angin tapi aku sudah mengolesinya dengan minyak angin dan kurasa ia sudah lebih baik," ucap Jisoo mengalun lembut, membuat bulu kuduk Kai meremang. Bukan karena takut, melainkan karena merasa terangsang hanya dengan mendengar suara Jisoo.
"Terimakasih," tulus Kai.
Lisa melangkah masuk ke dalam kamar seraya berucap, "Kak, tadi Lucas sempat rewel karena masuk angin, beruntung Jisoo sangat cekatan jadi Lucas baik-baik saja."
Ia juga membawa nampan berisi tiga gelas jus jeruk buatannya.
Jadi namanya Jisoo.
"Hm, aku sudah tahu. Sekali lagi, terimakasih karena sudah menjaga Lucas," sahut Kai seraya tersenyum kerarah keduanya.
"Sama-sama, itu bukan masalah besar. Aku senang menjaga Lucas, dia anak yang pintar," timpal Jisoo turut melemparkan senyum. Membuat Kai gelagapan karena benda di bawah sama semakin mengeras, Ya Tuhan.
"Eh ... Ka, bukankah kalian sedang mencari seorang babysister? Kenapa tidak Jisoo saja," keduanya menoleh ke arah Lisa.
Jisoo menatap Kai penuh harap.
"Hm, sepertinya aku tidak ada alasan untuk menolak temanmu."
Jisoo sontak bersorak kegirangan membuat Lucas kembali dibuat tertawa dan merambat pada Lisa namun berbeda dengan yang dirasakan Kai, ia justru merasa gerah melihat senyuman itu.
"Terimakasih Ka, aku tidak akan mengecewakanmu."
*****
Kai berebahkan dirinya di atas kasur setelah melakukan solo di kamar mandi, dirinya dibuat binggung karena ia justru membayangkan Jisoo tengah mengangkang pasrah dibawahnya. Sialan! Hanya dengan senyuman dan suara serak wanita itu sudah membuat penisnya mengeras.
"Sialan! Sadarlah Kai, kau sudah memiliki isteri dan anak, Jisoo adalah teman Lisa. Kenapa justru membayangkannya?!" gumam Kai frustasi.
Ia sudah menghubungi Jenny dan memberitahukan kalau Lucas sudah mendapatkan babysister baru, isterinya itu sangat senang karena Lucas tidak akan kesepian saat mereka sibuk seperti sekarang.
Namun yang menjadi masalah adalah ... dirinya, bagaimana jika ia tidak bisa mengendalikan diri saat Jisoo tinggal bersama mereka.
Ya Tuhan, apakah ia mengambil langkah yang salah karena telah menerima Jisoo. Jika dibatalkan ia akan merasa tidak enak pada wanita itu, sepertinya Jisoo benar-benar membutuhkan pekerjaan.
"Ya sudahlah, lebih baik aku tidur," putusnya, besok ia memiliki jadwal yang padat.
Vote! gak akan buat jari kalian patah!
KAMU SEDANG MEMBACA
I TRUST (21+)
FanfictionLangsung baca aja! Adult conten! Follow akun saya ya :*