» chapter three

59 30 0
                                    

Pada malam harinya, setelah di antarkan oleh Jayden ke rumahnya sampai selamat, Bilsy langsung mendudukkan dirinya di kasur empuk. Gadis itu merasa sangat lelah seharian ini tapi juga waktu-waktu itu ia lewati dengan amat bahagia.

Sampailah Bilsy menepuk jidatnya dan berkata agak keras, "Oh, ya, belum susun roster! Mana besok ada ujian matematika lagi." keluh Bilsy di akhir kalimatnya.

Tau, Bilsy tau bahwa seharusnya dia bangkit dari posisi duduknya dan bergerak untuk melakukan hal-hal yang sempat ia lupakan sejenak namun rasa lelah yang ada di dirinya mengalahkan semuanya.

Bukannya bergerak dan sibuk untuk menyusun roster untuk pelajaran besok, Bilsy malah membaringkan tubuhnya di kasur. Beberapa menit setelahnya, ia mulai memejamkan matanya dan memasuki alam mimpi. Melupakan semua hal yang seharusnya dia lakukan malam ini.

Tidak apa-apa sebenarnya. Hari esok masih ada untuk menanti gadis yang sudah tertidur dengan lelapnya itu.

Bilsy 'kan lelah dan orang yang sedang lelah butuh istirahat tentunya.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑

Rasa penyesalan yang teramat sangat dirasakan oleh Bilsy di pagi hari yang cerah ini. Seharusnya dia menyusun roster semalam saja. Lihat saja, gadis itu dengan sibuknya memasukkan buku-buku untuk pelejaran hari ini. Belum lagi seragam yang sama sekali belum disiapkan olehnya. Keteteran, itu yang Bilsy rasakan saat ini.

"Astaga, jadi berantakan banget!" keluh Bilsy tanpa berhenti melakukan kegiatan yang menyibukkan itu.

Di depan pintu kamar, Mama Bilsy ─ Lentari melihat kesibukan sang anak dan kemudian menyeletuk, "Kamu ngapain, Bil? Kok sibuk banget?"

"Ini, Ma, lagi susun roster."

Jawaban dari Bilsy tentu mengundang pertanyaan lagi dari Lentari. "Kenapa susun roster pagi-pagi? Kenapa gak semalam?" Lentari mendelik tidak suka. Seharusnya sebagai pelajar, Bilsy harus pintar dan bisa mendisiplinkan diri dengan waktu.

"Semalam capek, Ma, jadinya aku ketiduran." dengan sedikit tawa kecil, Bilsy menjawab dan tentu saja ini hanya kebohongan belaka.

Lentari menghela nafas. "Yaudah, buruan selesaiin. Nanti kamu telat." selepas mengatakan kalimat tersebut, pergilah Lentari menjauhi kamar Bilsy.

Melihat sang Ibu sudah menjauh, Bilsy bernafas dengan lega. Merasa tenang saat Lentari tak bertanya hal-hal lain dan percaya dengan jawaban bohongnya.

Merasa bersalah itu pasti tapi hanya ini jalan satu-satunya untuk menghindari kemarahan dari Lentari. Bilsy cari jalan aman saja.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑

Tanpa disadari, waktu memang begitu cepat berjalan. Setelah lima menit kertas ujian matematika dikumpulkan, bel istirahat yang menjadi kesukaan para murid-murid berbunyi sampai terdengar ke seluruh penjuru sekolah.

Teman-teman sekelas Bilsy rata-rata dengan cepat bergerak menuju kantin. Hanya beberapa saja yang tinggal di kelas termasuk Bilsy.

Semuanya sangat bersemangat begitu pelajaran matematika terlewati tapi tidak dengan Bilsy. Bukannya tidak senang namun dia hanya merasa sedikit khawatir saja. Merasa jawaban yang ia tuliskan di kertas ujian tidak maksimal.

❝ select one ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang