🍁15🍁

270 33 25
                                    

Suho berjalan santai menyusuri Sungai Han dengan seorang wanita. Ia berjalan sambil sesekali menatap langit sore yang dihiasi beberapa burung yang terbang kesana kemari.

Sederhana namun indah.

Itulahh yang selalu dikatakan Jisoo tentang langit sore di Sungai Han. Ahh Jisoo, lagi-lagi nama itu terlintas dipikiran Suho. Ntah sudah berapa kali Suho memikirkan Jisoo, rasanya otak dan hatinya tidak pernah mau berhenti memikirkan wanita itu sejak kejadian beberapa jam lalu.

"Apa dia baik-baik saja?"

"Apa aku terlalu menyakitinya tadi?"

"Apa Sehun sudah mengantarnya pulang dengan selamat?"

Suho menggelengkan kepalanya mencoba mengusir pertanyaan-pertanyaan yang terus mengusiknya sejak tadi.

Ia masih terus berjalan sambil menggenggam erat tangan wanita disebelahnya.

Namun, tiba-tiba secara tak sengaja matanya melihat sebuah mobil ice cream keliling yang terparkir tidak jauh dari mereka.

Tanpa sadar ia tersenyum tipis. Jika saja wanita yang bersamanya sekarang adalah Jisoo mungkin wanita itu sudah merengek-rengek untuk dibelikan Ice Cream itu sekarang. Namun hal itu mungkin tidak akan terjadi, karna wanita yang ia genggam tangannya sekarang bukanlah Jisoo melainkan Irene kekasihnya.

Entah kenapa ia merasa sedikit kecewa akan kenyataan itu?
Tapi mengapa dirinya harus kecewa? Ini keputusannya bukan? Irene adalah kekasihnya dan ia menyayangi Irene. Dirinya lebih menyayangi Irene dari pada Jisoo kan? Iya kan??

"Suho-ah!" Panggil Irene yang membuat Suho tersentak.

"I-ya?" Jawab Suho yang baru saja sadar dari lamunannya.

"Apa yang sedang kau pikirkan, sejak tadi aku berbicara padamu tapi sepertinya kau tidak mendengarkan ku sama sekali" kesal Irene.

Suho menggaruk tengkuknya yang tidak gatal ketika menyadari bahwa dari tadi dirinya hanya melamun memikirkan Jisoo.

"Maaf Irene-ah, a-aku sedikit tidak fokus"

"Kau pasti memikirkan Jisoo sejak tadi" gerutu Irene.

"B-bukan begitu ak-"

"Kau tidak perlu berbohong Suho-ah, aku bisa melihatnya dengan jelas"

Irene lalu mendekati Suho dan memeluk pria itu erat.
"Kau tau aku sangat takut kehilangan mu. Aku hanya tidak ingin siapa pun merebutmu dariku" ucap Irene dengan suara yang dibuat manja.

"Tapi Jisoo tidak akan mungkin merebutku dari mu Irene-ah" lirih Suho.

Mendengar jawaban itu, Irene yang masih dalam posisi memeluk erat Suho pun mengangkat kepalanya dan menatap wajah pria itu. Kedua alisnya menyatu dan sorot matanya merubah menjadi tajam. "Jadi kau menyesal sudah berjanji padaku??"

"Apa kau benar-benar tidak mengerti bahwa aku melakukan semua itu hanya karna aku tidak ingin kehilangan mu Suho-ah! Aku ini kekasihmu jadi wajar bukan jika aku cemburu kau dekat dengan wanita lain?! Aku hanya benar-benar takut kehilangan mu!" Lanjut Irene dengan keadaan yang sudah mulai menangis, ia kemudian melepaskan pelukannya dari Suho.

"Kenapa kau tidak pernah mau mengerti keadaan ku Suho-ah" lirih Irene.

Suho yang melihat Irene ternyata mulai menangis cukup terkejut dibuatnya, segera ia kembali membawa wanita itu ke dalam pelukannya. "Maafkan aku Irene-ahh, aku yang salah karna tidak bisa memahami mu, tolong jangan menangis lagi, aku janji tidak akan membicarakan hal ini lagi"

Tidak lama kemudian Suho bisa merasakan anggukan kepala Irene pada dada bidangnya yang membuatnya merasa sedikit lega.

Namun hal yang sangat disayangkan karna Suho tidak bisa melihat sebuah senyuman yang terpatri di wajah Irene.

My Love, Your Love, And Her LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang