Bidadariku

710 30 0
                                    

Sebuah pertemuan yang tak terduga terjadi pada Tia di sebuah Pengadilan Agama kota Bandung. Tia melihat seorang gadis kecil sedang menangis, Tia melirik kesana kemari bersamaan melirik gadis mungil itu. Merasa iba karena tak satupun menenangkannya, Tia mendekati anak itu dan mengusap pundaknya.

"Nak, kamu kenapa menangis, dimana orang tuamu!" Tanya Tia sambil mencari keberadaan orang tua anak itu. Anak kecil itu masih terisak setelah menatap wajah Tia sekilas, ia langsung memeluk Tia erat.

"Mamah dan papahku akan berpisah, meski mamah bukan ibu kandungku, aku tidak ingin mereka berpisah!" Ucap anak itu sesenggukan.

Tia mengusap punggung anak kecil itu dengan lembut. Ia lalu melepaskan pelukannya dan membersihkan sisa air mata yang masih mengalir dipipi gadis kecil itu. "Siapa nama kamu, dan dimana orang tuamu?" Tia masih menempelkan kedua lengannya di pipi gadis mungil itu.

"Aku Lasya, tante. Kelualgaku sedang belada di luangan itu," Rasya menunjuk ruang sidang. "aku sengaja pelgi dari meleka, dan itu pengasuh ku." Tunjuk Rasya pada babbysiternya yang baru saja datang dengan wajah cemas tak jauh dari tempat duduk Rasya.

"Jangan sedih lagi yah, tante akan belikan kamu eskrim, kamu mau?" Ajak Tia sambil mengelus rambut panjangnya.

Rasya menggenggam kedua tangan Tia, "tante sepertinya orang baik. Maukah tante menjadi temanku?" Ajak Rasya mengulurkan kelingking kanannya.

Tia tersenyum dan tampak berpikir, "baiklah, tapi kamu harus janji, kamu tidak akan menangis lagi!"

Rasya mengangguk dan memanggil babysitternya, "bi Yuli, aku lapal, ayo kita makan dulu! Kenalkan ini teman baluku, tante...!" Rasya tampak menatap Tia dan Tia mengerti akan kode dari Rasya,

"Nama tante, Tia. Ayo, tante akan mentraktir kalian makan!" Ajak Tia menuju kantin yang tak jauh dari gedung persidangan.

Dengan lahap Rasya makan hingga belepotan di ujung bibirnya. Tia yang melihatnya merasa gemas, "nak, pelan-pelan makannya!" Ia membantu membersihkan makanan yang menempel diujung bibirnya.

Yuli terharu, baru kali ini anak majikannya mau makan dengan lahap seperti itu dan diperlakukan seperti anaknya sendiri. "Seperti ada magnet, non Rasya mau makan selahap ini!" Bisik Yuli yang terdengar oleh Tia,

"Apa ada yang salah, mba?" Tanya Tia penasaran menatap Yuli, babbysiter Rasya.

"Dia anak yang pendiam, kedua orang tuanya selalu bertengkar, bahkan nyonya kedua sangat membenci non Rasya sejak baru pertama menikah, nyonya kedua seperti tidak menyukai non Rasya. Kasihan non Rasya, bahkan jarang makan dengan lahap seperti ini."

"Kenapa bisa seperti itu, mbak? Ibu kandungnya kemana!" Tanya Tia penasaran

"Ibunya meninggal dunia tepat saat non Rasya lahir. Setelah nyonya Naura meninggal. Tuan Aryo menikah dengan nyonya Ervina dan pernikahan tuan Aryo sejak awal memang tidak pernah harmonis." Jelas Yuli

Tia mengusap puncak kepala Rasya dengan lembut. "Anak yang malang!" Tia mengusap puncak kepala Rasya, "Mau lagi?" Tawarnya.

Rasya menoleh seolah apa yang ditawarkan Tia disetujui, "memang boleh?"

Tia mengangguk, "boleh sayang, makan yang banyak yah!"

Dering ponsel Tia berbunyi, dilayar handphone tertulis bahwa kakaknya yang menelpon. "Iya kak!"

"Tia, kamu dimana?" Suara di seberang telepon

"Aku dikantin!"

"Ya udah, kakak kesana." Putus suara di seberang sana

Kini giliran ponsel Yuli yang bergetar, "Yul, kamu dan Rasya dimana?"

"Kami sedang di kantin, tuan!"

Kumcer (Kumpulan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang