permintaan

28 0 0
                                    

Karena mereka segalanya tak ada kesanggupan untuk menolak walau itu menyakitkan.

Kesunyian di keramaian begitu mencekam bagi siapa saja. Hanya ada insan-insan yang tak ada nyali untuk mengeluarkan umuk-umuknya. Hingga suara parau memecahkan keheningan saat itu. "Syaqif, kamu panggilkan afiqa Nak!" hanya dibalas anggukan dan berlalu pergi.

.....

Gadis cantik dan polos itu datang bersama dengan masnya. Dia begitu takut. Tak biasa baginya dengan keadaan seperti ini. Diam. Hingga lagi dan lagi suara itu memecahkan kegundahannya."Afiqa, sini nak!" sembari menunjuk sofa dihadapannya. Dia hanya bisa menurut.
"Ini soal kelanjutan dari sekolah anak abah" lelaki yang sudah berumur itu memulai. suara abah membuat nya dagdigdug. Tambahlah ketakutaanya.
"Aqifa, abah mau kamu untuk sekolah di pondok saja. Abah ingin kamu mondok disini" deg. Hal yang paling tidak diinginkannya. Dia terus menunduk. afiqa diam tak tahu harus menjawab apa.
" bah, tapi kan abah tau, aqifa mau ambil beasiswa itu. Dia sudah usaha untuk dapetin itu bah" syaqif mengingat adiknya yang ingin sekali mepanjutkan studynya di Yaman.
"Abah itu sudah memperhitungkan semuanya qif, lagipula tidak bagus anak perempuan jauh-jauh" sangkal lelaki berumur itu.
"Ngapunten abah, tapi afiqa ingin sekali mengambil beasiswa itu. Afiqa sampun berjuang untuk mendapatkannya. Rasanya sayang sekali abah" afiqa tak tahan ingin menangis. Dia terisak isak. Dia begitu sayang dengan abahnya juga uminya. Dia selalu menuruti apa yang mereka mau walau itu berat baginya.
" afiqa kamu ikuti saja apa mau abah. Kamu mau jadi anak durhaka! Kamu juga denger kata abah. Anak perempuan itu tidak bagus sekolah terlalu jauh" umi yang agak ngegas bicaranya membuat bulu kuduk bergidik ngeri. Rasanya sakit sekali saat mendengar kata" itu.
" bah, tapi bukankan zahra sendiri sekolah jauh??" sangkal syaqif
" apa apaan kamu syaqif. Jangan samakan zahra dengan aqifa!!"mendadak ingatan afiqa memutar mengingat bagaimana sang umi dan abah yang selalu menuruti keinginan zahra
Dia hanya bisa menangiss dan menangis. Dia merasa seperti anak yang tak dianggap. " baik abah, umi kalo itu mau kalian dan bisa bikin kalian sayang afiqa, afiqa mau" dia berucap dengan terus menunduk tak berani menampakkan matanya yang kini sudah sembab.
Abah tersenyum mendengarnya." kamu siapkan barang" mu besok lusa kamu berangkat!" perintah abah
Afiqa kaget. Tak menyangka dengan itu. Itu waktu yang sangat cepat. Tapi apa boleh buat dia tak ada keberanian menolak apa mau abahnya itu. Dia hanya bisa mengangguk dengan menampakkan senyumnya.
'Semoga ini bisa bikin abah sayang sama aku' batinnya.






You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Keadaan & KenyataanWhere stories live. Discover now