13. Can I Forgive You?

2.2K 204 53
                                    



Setelah puas melampiaskan kekesalannya pada ibu Jungkook, Jimin pun kembali ke dalam ruang perawatan Jungkook. Sebelum masuk Jimin terlebih dahulu mengatur ekspresinya agar tidak terlihat seperti orang yang sedang marah. Gawat kalau nanti suami lemotnya itu sampai bertanya padanya padahal saat ini ia sedang malas untuk di ajak berbicara apalagi kalau ditanya -tanya tentang hal yang membuat moodnya down.


Jimin tidak mau kalau itu sampai terjadi padanya karena ia telah bersusah payah berakting di depan suami dan juga ibu mertuanya. Kalau pun ia sampai ketahuan maka bisa di pastikan jika yang terjadi selanjutnya adalah ia di usir dari rumah oleh mertua cerewetnya itu dan Jimin sama sekali tidak mau menjadi seorang gelandangan apalagi kalau sampai di ceraikan oleh Jungkook. Tidak! Jimin tidak mau karirnya ikut hancur hanya karena hal sepele seperti ini terlebih butuh waktu yang lama bagi ia untuk dapat mencapai posisinya hingga saat ini dan itu semua tidak semudah seperti halnya ia membalikkan tangannya. Ada begitu banyak proses yang harus di lalui Jimin untuk bisa seterkenal ini.








🌼🌼🌼






Rasanya seperti sedang bermimpi bisa melihat Jimin dalam jarak sedekat ini apalagi jika semua itu di tambah dengan kelembutan pria itu saat mengajaknya berbicara.

Jungkook memusatkan pandangannya pada Jimin, saat ini pria itu sedang menyuapinya. Sementara ibu Jungkook memutuskan untuk pulang ke rumah karena ingin mengambil beberapa pakaian ganti untuk Jungkook dan juga dirinya sendiri.



Jimin lelah terus menerus memaksakan dirinya untuk berpura-pura baik di depan Jungkook. Sejak tadi ia berusaha sekuat tenaga agar tidak meledakkan amarahnya di hadapan Jungkook. Bagaimana tidak meledak jika pria itu sedari tadi terus menanyainya tentang hal-hal yang menurut Jimin tidak penting. Benar-benar memuakkan.


Tidak salah jika selama ini Jimin menyebut suaminya itu sebagai pria yang begitu membosankan. Karena memang kenyataannya seperti itu. Terlalu serius , tidak romantis dan bahkan juga tidak humoris sama sekali. Sementara tipe lelaki idaman Jimin itu adalah pria yang senang bercanda dan tidak kaku seperti halnya Jungkook. Super romantis layaknya kekasih Jimin, Sehun dan juga pandai membuat lelucon.

"sayang, apa kau sudah makan?" Jungkook berbicara sambil menyingkirkan helai rambut yang menempel di wajah Jimin. Sementara Jimin hanya bisa memaksakan senyumnya. Benar-benar sangat melelahkan jika ia terus menerus berakting seperti ini tapi mau bagaimana lagi jika Jimin tidak melakukannya maka hidupnyalah yang akan dipertaruhkan disini.

Lagipula jika ia tidak punya apa-apa tentu saja Sehun akan meninggalkannya dan Jimin tidak ingin hal itu terjadi padanya. benar-benar tidak bisa dibiarkan.

Jungkook menatapnya dengan binar-binar penuh cinta, mungkin jika Jimin mencintai pria itu juga maka saat ini ia pasti sangat berbahagia bisa di tatap sedalam itu oleh Jungkook tapi yang ini benar-benar membuatnya merasa muak. Ia tidak suka di tatap seperti itu dan lagi ia juga tidak mencintai pria itu sama sekali.


"Tak perlu khawatir, aku sudah makan kok." Jimin kembali menebar senyum manisnya, tidak tahu saja dengan ia bersikap seperti ini justru akan semakin membuat pria itu jatuh ke dalam sejuta pesonanya.

"baguslah, aku senang sekali mendengarnya. Pokoknya mulai sekarang kau harus banyak makan dan juga istirahat yang cukup, kau mengerti?"

Jimin hanya bisa menganggukkan kepalanya, setelah selesai menyuapi Jungkook ia pun langsung menyodorkan obat pada pria itu untuk kemudian di minum oleh Jungkook.


"Sekarang minum obatnya, ok?"
Jimin menyodorkan segelas air putih ke hadapan Jungkook yang kemudian langsung di terima oleh Jungkook dengan senang hati. Tidak lupa senyuman manis pun ikut terbit dari wajah tampannya itu membuat Jimin yang melihatnya ikut tersenyum
( terpaksa).


Jungkook menengok ke arah jam dinding dan ternyata sudah jam 9 malam. Karena merasa lelah ia pun mengajak Jimin untuk beristirahat." sudah malam, sebaiknya kita tidur sekarang." Jimin mengangguk lalu mulai membereskan peralatan makan Jungkook tentunya dengan wajah yang datar, ini sama sekali bukan jam tidurnya tapi pria itu malah memaksanya untuk beristirahat.


Jungkook meminta Jimin untuk berbaring di sampingnya, awalnya Jimin sempat menolak ajakan Jungkook tapi karena pria itu tetap ngotot jadi mau tidak mau Jimin pun terpaksa harus menuruti kemauan Jungkook. Tentu saja sambil terus mempertahankan senyum manisnya, ia pun akhirnya berbaring di samping Jungkook.

"apakah aku boleh memelukmu?"

Jungkook berbicara sambil menatap wajah Jimin, sementara yang ditanya hanya bisa mengangguk pasrah setengah terpaksa karena memang ia tak ikhlas sama sekali.

Setelah mendapatkan anggukan dari Jimin, Jungkook pun meraih tubuh mungil itu kedalam pelukannya. Jungkook tersenyum. Sudah lama sekali ia tidak memeluk pria itu lagi.

"apa kau tahu rasanya seperti mimpi
bisa melihatmu kembali seperti yang dulu lagi. Aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini dan aku berharap kedepannya kita bisa lebih sering melakukan hal ini."


sementara itu Jimin yang mendengar ucapan Jungkook hanya bisa memutar bola matanya. Lebay sekali suaminya ini. Benar-benar membuatnya malas.

Jimin tidak menjawab perkataan pria itu dan lebih memilih untuk mengeratkan pelukannya di pinggang Jungkook. Ia berpura-pura tidur.

"ternyata kau sudah tidur, pantas saja kau tidak menjawab pertanyaanku."
Jungkook tersenyum saat melihat wajah manis istrinya yang ia sangka sedang tertidur pulas padahal hanya berpura-pura saja.

"aku tidak akan pernah lelah menunggumu untuk membalas perasaanku. Aku mencintaimu, Jeon Jimin." Sebuah kecupan mendarat di kening Jimin dan tanpa sepengetahuan Jungkook, pria itu pun menyeringai.

"teruslah bermimpi, lagipula keinginanmu itu tidak akan pernah terwujud. Karena aku sama sekali tidak pernah mencintaimu. Selama ini aku hanya memanfaatkanmu saja, jadi tolong sadarilah itu dan berhentilah berharap padaku, dasar pria bodoh." ucap Jimin di dalam hatinya.




Tbc.

Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang