18

281 5 0
                                    

Dr. Greene tinggi, pirang, dan rapi, mengenakan setelan biru cerah. Aku teringat wanita yang bekerja di kantor Christian. Dia persis seperti model – pirang Stepford yang lain. Rambut panjangnya disanggul elegan. Dia pasti berusia di awal empat puluhan.

“Mr. Grey.” Dia menjabat tangan terulur Christian.

“Terima kasih sudah datang dengan pemberitahuan yang mendadak,” kata Christian.

“Terima kasih telah menghargai waktuku, Mr. Grey. Miss Steele” tersenyum. Matanya dingin dan menilai.

Kami berjabat tangan, dan aku tahu dia salah satu wanita yang tak mentolerir orang-orang bodoh dengan senang hati. Seperti Kate. Aku menyukainya segera. Dia memberi Christian tatapan tajam, dan setelah beberapa saat yang canggung, ia memahami isyaratnya.

“Aku akan ke lantai bawah,” gumamnya, dan dia meninggalkan apa yang akan jadi kamar tidurku.

“Nah Miss Steele. Mr. Grey tengah membayarku sedikit uang untuk menemuimu. Apa yang bisa aku lakukan untukmu?”

Setelah pemeriksaan menyeluruh dan diskusi panjang, Dr. Greene dan aku memutuskan menggunakan pil mini. Dia menulis aku resep pra-bayar dan menginstruksikanku untuk mengambilnya besok. Aku suka sikap tanpa basa-basinya – ia telah menguliahiku sampai dia sebiru setelannya tentang meminumnya pada waktu yang sama setiap hari. Dan aku bisa bilang dia terbakar dengan rasa ingin tahunya tentang apa yang disebut hubunganku dengan Mr. Grey. Aku tak memberinya rincian. Entah bagaimana aku pikir dia tak akan terlihat begitu tenang lagi dan terkendali jika dia melihat Red Room of Pain milik Christian. Aku memerah saat kita melewati pintu tertutup dan menuju kembali ke lantai bawah ke galeri seni yang jadi ruang tamu Christian.

Christian sedang membaca, duduk di sofanya. Sebuah aria yang mempesona sedang diputar pada sistem musiknya, berputar-putar di sekitarnya, menyelimuti dia, memenuhi ruangan dengan lagu, manis penuh perasaan.

Untuk beberapa saat, dia tamsir tenang. Dia berbalik dan melirik kami ketika kami masuk dan tersenyum hangat padaku.

“Apa kau sudah selesai?” Tanya dia seolah-olah dia benar-benar tertarik. Dia menunjuk remote pada kotak putih ramping di bawah perapian tempat iPod-nya ditaruh, dan melodi indah memudar tapi musik latarnya masih ada. Berdiri, ia berjalan ke arah kami.

“Ya, Mr. Grey. Jaga dia, dia wanita muda cantik yang cerdas.”

Christian kaget – begitu juga aku. Satu hal yang tak pantas untuk seorang dokter katakan. Apakah dia memberinya semacam peringatan yang tak begitu halus? Christian segera pulih.

“Aku sepenuhnya berniat melakukannya,” gumamnya, bingung.

Menatap dia, aku mengangkat bahu, malu.

“Aku akan mengirimkan tagihanku,” kata Dr. Greene singkat sambil menjabat tangannya.

“Selamat siang, dan semoga sukses untukmu, Ana.” Dia tersenyum, matanya berkerut seperti yang dilakukannya ketika kita berjabat tangan.

Taylor muncul entah dari mana untuk mengawal dia melalui pintu ganda dan keluar menuju lift. Bagaimana dia melakukannya? Di mana dia mengintai?

“Bagaimana itu?” Tanya Christian.

“Baik, terima kasih. Dia mengatakan bahwa aku harus menjauhkan diri dari segala macam kegiatan seksual selama empat minggu ke depan.”

Mulut Christian menganga kaget, dan aku tak bisa menahan tawa lagi dan nyengir padanya seperti orang idiot.

“Gotcha!”

Dia menyempit matanya, dan aku langsung berhenti tertawa. Bahkan, dia terlihat agak menakutkan. Oh sial. Bawah sadarku gemetar di sudut saat semua darah menghilang dari wajahku, dan aku membayangkan dia menempatkanku di lututnya lagi.

fifthy shades of grey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang