Ada cahaya di mana-mana. Terang, hangat, dan aku berusaha untuk mengabaikannya walau hanya untuk beberapa menit yang sangat berharga. Aku ingin bersembunyi, hanya beberapa menit lagi. Tapi cahayanya terlalu terang, dan akhirnya aku menyerah untuk bangun. Seattle di pagi hari menyapaku – sinar matahari masuk melalui kaca jendela dan menyinari ruangan dengan cahaya yang terlalu terang. Mengapa kita tak menutup tirai semalam? Aku di tempat tidurnya yang besar tanpa Christian Grey.
Aku berbaring sejenak melihat dari jendela kaca pemandangan kota Seattle yang sangat indah. Hidup di atas awan pasti terasa tak nyata. Membayangkan – sebuah kastil di angkasa, melayang-layang diatas tanah, aman dari realita kehidupan – melupakan karena ditelantarkan, kelaparan, dan ibu pelacur dan pecandu. Aku ngeri membayangkan apa yang dia alami sewaktu masih kecil, dan aku mengerti mengapa dia tinggal di sini, terisolasi, dikelilingi oleh keindahan, karya seni yang sangat berharga – begitu jauh dimana dia mulai… tentunya itu memang pernyataan misinya. Aku mengerutkan kening karena masih belum menjelaskan mengapa aku tak bisa menyentuhnya.
Ironisnya, aku merasakan kebersamaan di sini di atas menara yang tingginya. Aku hanyut dari kenyataan. Aku di dalam apartemen fantasinya, membayangkan berhubungan intim dengan pacar fantasiku. Kenyataan yang suram saat dia menginginkan perjanjian yang spesial, meskipun dia mengatakan dia akan mencoba untuk melakukan ‘lebih’. Apa itu benar-benar seperti yang aku inginkan? Inilah yang aku perlu klarifikasi di antara kita berdua untuk melihat apakah kita masih berada di ujung yang saling berlawanan seperti pada permainan jungkat-jungkit atau kita berdua semakin dekat ke tengahnya.
Aku merangkak keluar dari tempat tidur, merasa kaku, ungkapan yang lebih tepatnya, sering dipakai. Ya, jadi semuanya tentang seks. Bawah sadarku mengerutkan bibirnya menandakan tak setuju. Aku memutar mataku padanya, bersyukur karena yakin bahwa ‘tangan berkedut yang gila kontrol’ tak berada di dalam kamar, dan memutuskan untuk menanyakan tentang pelatih pribadi. Itu kalau aku menandatangani. Dewi batinku melotot padaku dengan putus asa. Tentu saja kau akan menandatanganinya. Aku mengabaikan mereka berdua, dan setelah ke kamar mandi dengan cepat, aku pergi mencari Christian.
Dia tak berada di galeri seninya, tapi ada seorang wanita setengah baya anggun sedang membersihkan dapur. Pandangannya menghentikanku. Dia memiliki rambut pirang pendek dan mata biru yang bening ; dia mengenakan kemeja putih polos yang pas ditubuhnya dan rok pensil berwarna biru tua. Dia tersenyum lebar saat dia melihatku.
“Selamat pagi, Miss Steele. Apakah Anda ingin sarapan?” Nada suaranya hangat tapi agak kaku, dan aku tertegun. Siapa pirang menarik ini yang berada di dapur Christian? Aku hanya mengenakan t-shirt Christian. Aku jadi sadar dan malu dengan kekuranganku dalam berpakaian.
“Aku khawatir anda melihatku pada saat yang tak menguntungkan.” Suaraku tenang, tak bisa menyembunyikan kegelisahan dalam suaraku.
“Oh, aku benar-benar minta maaf – aku Mrs. Jones, pengurus rumah Mr. Grey.”
Oh.
“Apa yang ingin kau lakukan?” Aku berhasil mengendalikan suaraku.
“Apakah anda ingin sarapan, ma’am?”
Ma’am!
“Hanya teh pasti menyenangkan, terima kasih. Apakah anda tahu di mana Mr. Grey?”
“Di ruang kerjanya.”
“Terima kasih.”
Aku bergegas ke arah ruang kerja, malu. Mengapa Christian mempunyai pegawai hanya berambut pirang yang menarik untuk bekerja padanya? Dan pikiran jahat datang tanpa sengaja masuk ke dalam pikiranku – Apakah mereka semua mantan sub-nya? Aku menolak untuk menyimpan ide yang mengerikan itu. Aku mengulurkan kepalaku dengan malu-malu dari balik pintu. Dia sedang menelepon, menghadap jendela, memakai celana hitam dan kemeja putih. Rambutnya masih basah sehabis mandi, dan aku benar-benar terganggu dengan pikiran negatifku.