Prolog

891 88 25
                                    

“Hei, Bung! Selamat kau resmi menjadi seorang ayah!”

Seorang pria bersurai coklat terperanjat ketika seruan salah satu temannya menggema memenuhi seisi rumah. Ia menoleh dan berdecak kesal, suara dari seorang pria jangkung berkulit tan itu hampir saja membangunkan putri kecil dalam gendongannya yang hadir ke dunia tiga minggu yang lalu.  Namun ia harus mendesah pasrah menyadari bahwa ia menerima empat tamu yang secara tak sopan masuk ke rumah –bahkan ke kamar tanpa permisi. Satu pria ceroboh, satu pria hiperaktif yang sering ia anggap tak normal, dan dua wanita hamil dengan tinggi yang jauh berbeda.

“Lihatlah! Aku membawakan kostum harimau untuk Shuhua! Kau pasti menyukainya!”

“Kwon Soonyoung kecilkan volume suaramu!”

Pria sipit yang tengah mengangkat satu setel kostum harimau langsung mengatupkan bibirnya. Menoleh kesana kemari untuk mencari sumber suara yang baru saja menegurnya.

“Dari kamar mandi.” Pria itu meletakkan bayinya ke dalam box bayi setelah memastikan ia benar-benar tenang.

“Minghao sudah bisa mandi sendiri, Jun?”

Junhui, yang resmi menjadi seorang ayah menatap tajam salah satu temannya. “Kim Mingyu yang bodoh.”

“Ada yang salah dengan pertanyaanku?”

“Tidak. Tapi ada yang salah dengan otakmu.” Seisi ruangan tertawa. Fakta bahwa yang menimpali demikian adalah Jeon Wonwoo yang notabene istri Mingyu, menjadi suatu humor segar di sore yang cukup hangat.

“Bisakah kalian diam? Aku ingin tidur sejenak.” Jihoon, ibu hamil bertubuh mungil yang sedari tadi diam justru naik ke ranjang. Merebahkan tubuhnya kemudian menarik selimut dan memejamkan mata.

“Jihoon, itu kan ranjangnya Minghao dan Junhui.”

“Aku tahu Wonwoo-ya. Tapi aku lelah karena harus menemani Si Sipit itu mencari kostum harimau sejak pagi.”

“Hehehe. Sudah biarkan saja.  Bukankah ia mirip dengan kucing? Menghabiskan hari-hari dengan tidur dan kemudian bangun untuk makan.”

Tiga pasang mata, masing-masing milik Junhui, Wonwoo, dan Jihoon yang tak jadi memejamkan mata pun menatap Soonyoung dengan sinis. Sementara Mingyu tak peduli dan sibuk melihat-lihat lukisan artistik yang dipajang hampir memenuhi kamar.

“Hei Mingyu-ssi. Bukankah kau setuju padaku, huh? Lihatlah, mereka seperti kucing yang mau mengamuk –argh!” Soonyoung tak tahu kapan Jihoon beranjak turun dari ranjangnya. Ia hanya merasakan tiba-tiba kuku tajam sang istri menggores kulit lehernya dan meninggalkan beberapa garis kemerahan.

“Diam atau kusumpal mulut kalian dengan popok!” Minghao keluar dari kamar mandi dengan setelan sweater dan celana panjang berwarna neon yang terlihat nyentrik. Rambut panjangnya digelung ke atas sehingga memberi kesan segar padanya. Ia segera menghampiri box bayi dan mengangkat Shuhua yang mulai bergerak tak nyaman.

“Lihatlah, anakku tak jadi tidur.” Hardik Junhui.

“Bukankah ini aneh?” Wonwoo mendekatkan diri kepada Jihoon, meneliti setiap gerak gerik pria bermarga Wen.

“Aneh bagaimana?” Balas Jihoon.

“Junhui tak bersikap kekanakan lagi.”

“Bagus. Aku tak bisa membayangkan seorang ayah yang bersikap layaknya balita empat tahun.”

“Sayang, bagaimana kalau kubuatkan ia susu? Persediaan susu kental manis kita masih banyak. Mungkin Shuhua akan tidur lebih lama setelah meminumnya."

“Oke, Jihoon. Aku menarik kata-kataku.”

“Wen Junhui yang bodoh.” Kini giliran Mingyu yang meledek dengan nada yang sama saat Junhui mengucapkan hal itu untuknya.

‘Meong’

Seisi ruangan terdiam ketika sebuah suara yang sangat familiar terdengar di sana. Mereka, kecuali si bayi saling berpandangan. Memasang wajah bingung satu sama lain yang sama sekali tak membantu menjawab pertanyaan mereka. Siapa yang mengeong padahal di sini tak ada kucing?

‘Meong’

Mereka serempak menoleh ke arah Shuhua, bayi lucu yang kini tengah menghisap jempolnya sendiri.

‘Meong’

Keenam orang dewasa itu membulatkan mata. Lantas lima di antaranya menghujani Junhui dengan tatapan yang tak percaya. Benar, bayi Junhui dan Minghao baru saja mengeong.

“Bukankah nanti anak kalian juga akan seperti itu?” Junhui berujar kemudian tersenyum lebar menampakkan deretan giginya.



🐈Crazy Cat🐈

Berjodoh dengan gebetan memanglah epic, tetapi pernahkan kalian berfikir akan menikah dengan seekor kucing?


Lanjut atau tidak? Kelangsungan cerita ini bergantung dengan antusiasme para Readers sekalian🌚🌚🌚

Crazy Cat 🐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang