Penulisan Percakapan Tidak Langsung (SMS, WA, Messenger, dan sejenisnya)
Sejak beberapa hari lalu, Kelam memposting tulisan yang berisi percakapan tidak langsung, chat melalui whatsapp messenger dengan menggunakan tanda ‘ … ‘ dan cukup banyak yang protes. Menurut mereka, salah! Harusnya begini [ … ]
Hmm … mari kita luruskan, ya!
Penggunaan tanda [ … ] atau ‘ … ‘ atau lainnya, hanyalah sebagai penanda untuk membedakannya dari dialog langsung, yang berdasar aturan bakunya menggunakan “ … “
Penanda pembeda itu biasanya hanya dipakai pada aplikasi yang tidak dapat membuat tulisan Italic. Jadi bukan aturan terstandar. Hanya semacam solusi masalah saja, karena tak adanya Italic, jadinya ya diberi tanda pembeda. Begitu, kan?
Perlu diketahui, bila dicetak menjadi buku. Semua penanda [ … ] atau ‘ … ‘ atau lainnya WAJIB DIBUANG, dan digantikan dengan Italic. Itu aturan bakunya. Jadi, TIDAK SALAH, bila penulis mau membuat dialog tak langsung dengan penanda apapun. [ … ] pake itu kek, ‘ … ‘ pake itu kek, # … # pake itu kek, * … * pake itu kek, sesukanyalah ... tidak melanggar aturan, kok.
Kadang heran juga, penulis hanya mengikuti kebanyakan. Si anu, si itu, si ono pake beganu … tapi entah paham atau tidak penggunaannya. Hanya meniru. Lalu, bila ada yang terlihat berbeda, dianggap salah. Padahal sendiri kurang yakin di mana letak kesalannya, karena acuan hanya berdasar kata, ‘Kebanyakan Orang’ pakai begitu.
Jadi intinya, untuk dialog tak langsung, macam SMS, WA, Messenger, dan sejenisnya, tidak masalah pakai penanda apapun. Tidak harus menggunakan ini > [ … ]
Oh iya, pembicaraan melalui telepon, masih termasuk dialog langsung, karena tanpa perantara, si tokoh langsung berucap ke tokoh lainnya. Banyak yang masih menyamakan dengan dialog tak langsung penulisannya. Termasuk Kelam, sih. Beberapa waktu lalu.
Itu aja yang ingin Kelam sampaikan, semoga dapat dipahami dan diterima.
Sc: Kelam, Komunitas Bisa Menulis
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinau Bareng RASI
Non-FictionKumpulan Materi Kepenulisan yang dirangkum dari Berbagai Sumber