Rio
Aku membopong tubuh Clara dibantu oleh Caca keluar gubuk ini. Sebenarnya aku tidak tega melihat yang lain terjebak dalam halusinasi itu. Aku tau, mereka masih berusaha untuk sadar.
"Mas Heri tidak ada, kak." bisik Caca melirikku yang menggendong Clara di punggung.
Aku segera meneliti tubuh mereka yang berbaring di atas tikar. Ada Anton dan Arya, aku ingat betul mimpiku tadi, jika Anton sudah dilahap oleh makhluk mengerikan. Tetapi Anton masih di sini dengan utuh. Dan Heri.. kemana dia?
Akhirnya aku dan Caca pergi keluar sambil menggendong Clara. Caca mengajakku bersembunyi di suatu tempat di hutan dan menunggu Sam datang membawa bala bantuan.
Di dekat pohon beringin tua besar, aku dan Caca duduk bersembunyi di antara akar-akar pohon yang menggantung. Kurebahkan cebol kemudian menggoyangkan tubuhnya.
"Toooo-loong akuuu-uu" ucap Clara seperti gumaman.
"Cebol bangun!!" Ucapku menggoyangkan tubuh cebol tetapi tak ada respon sedikitpun dari tubuhnya.
"Dalam kondisi seperti ini kak Rio tetap memanggilnya cebol? Namanya bukan itu, kak." ia tampak keki dengan diriku.
Aku mendekatkan bibirku di dekat telinga Clara. "Clara.." panggilku lirih.
Clara tak bergeming sedikit pun.
Kupandang adiknya itu, protes jika cara ini tak berhasil.
"Uhuk!!" tiba-tiba Clara terbatuk lantas menegakkan tubuhnya, ia bangun.
Rio dan Caca terkejut, saking terkejutnya mereka memeluk Clara sangat erat. Hingga mereka melepaskan pelukannya ketika Clara tak ada respon.
"Kukira aku sudah di rumah, ternyata masih di sini??" protes Clara kesal melihat sekeliling tetap sama dengan di dalam mimpinya. Hutan dan gelap.
Aku mengumpat didalam hati, kenapa songong dia tetap ia pertahankan dalam kondisi seperti ini?
Caca bengong. "Kamu nggak takut sama sekali, kak?"
Clara menggeleng.
Dengan menghilangkan segala kekesalanku, aku bertanya. "Tau enggak perbedaan di mimpi tadi sama di sini?"
Clara mengangguk. "Kau terlihat menyebalkan di sana."
"Aku saja tidak percaya jika tadi itu adalah kamu" Rio terkekeh dengan menyurai lembut rambut Clara.
"Apa kalian sudah selesai kangen-kangenannya? Aku mau nolongin yang lain." Caca berniat untuk segera keluar dari tempat mengerikan ini.
Clara mengedarkan pandangannya ke sekeliling hutan yang sangat gelap. Bahkan melihat di kegelapan ini ia tak bisa menemukan satu ide yang bagus. "Rencana kalian apa? Apa kalian tidak tau fisik gue yang lemah kaya gini. Tidak tau kenapa di mimpi tadi aku terperosok, dan sakitnya hingga terbawa di dunia nyata."
"Apa itu tak terdengar aneh, kak?" Caca memfokuskan retinanya pada kaki Clara yang membiru.
Kukirik luka itu yang benar nyata membiru. "Kamu tau dek, kalau kakakmu ini bukan dukun?"
Krasak!!
Semua terkejut dan menoleh pada sumber bunyi di antara semak-semak belukar. Clara menyekal tanganku gemetar sedangkan Caca bersiap berdiri dengan kaki kuda-kuda bersiap menghantamkan kakinya pada makhluk di balik semak itu.
Aku mengangkat bahu Clara pelan lantas berbisik. "Dek, jangan jadi sok jagoan jika musuhmu bukan manusia, okey?"
Caca tetap kuda-kuda dengan mempertajam penglihatannya. Sungguh adik keras kepala! Bahkan jika yang dilawan adalah satu lelaki dewasa ia tak mampu mengalahkannya. Dan ini--siluman.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR JINGGA
Teen Fiction[Book2] [SEQUEL FAMOUS] [PROSES REVISI] (Ini hanyalah kumpulan petualangan Rio, Sam, dan juga Clara yang menumpaskan teror) Teror kemarin bukanlah akhir kebahagiaan kami, sekali lagi bukan. Cerita kami berlanjut ketika satu per satu teror bermuncula...