Mohon maaf jika bertemu Mr. Typo,hehe
enjoy :))"Nanti pulang bareng, ya" pinta Haechan menatap mata sendu Somi.
Haechan kemudian membisikkan sesuatu yang diangguki oleh Somi, lalu pergi tanpa pamit pada teman-temannya. Somi menghela nafas, "Koh Injun, Le, makasih ya traktirannya. Euum— Somi ke kelas duluan, ya" pamitnya yang kemudian berdiri.
Semua mengangguk, menatap sendu pada Somi yang sudah berjalan keluar kantin.
Somi berjalan dengan bergegas sembari menunduk, menyembunyikan wajah lelah dan putus asa nya. Kaki yang awalnya membawanya menuju kelas dengan otomatis berbelok ke arah kiri dimana taman belakang sekolah berada.
Taman yang memang sengaja dihias seindah mungkin, dengan sebuah pohon mangga yang lumayan besar menjadi peneduh di kala panas. Bunga-bunga dengan warna yang beragam, serta rumput hijau yang terawat.
Tak lupa beberapa kursi taman yang sengaja diletakkan melengkapi kenyamanan jika berkunjung ke sana. Namun tidak banyak murid yang nongkrong atau bermain di taman itu. Karena memang pada awalnya taman itu bekas semak yang dibersihkan dan diperindah agar tampak lebih baik.
Karena menurut rumor, pohon mangga yang berada di taman itu terdapat penghuni yang tidak menyukai keberadaan banyak orang. Padahal itu hanya rumor yang belum tentu kepastiannya.
Somi memperlambat langkah ketika melihat Haechan yang duduk di kursi taman dengan membelakangi nya. Gadis ini menarik nafas dalam-dalam sebelum duduk disamping Haechan yang tampak termenung.
Merasakan adanya seseorang disekitarnya, Haechan yang semula memang merenung menggerakan bola mata menatap ke arah Somi yang masih setia menunduk.
Haechan duduk dengan tegak, sesekali melirik Somi tanpa mengatakan sepatah kata. Mereka masih setia dalam kebisuan, diam tanpa ada yang mau memecah keheningan terlebih dahulu.
Yang sebenarnya Somi hanya menunggu apa yang akan disampaikan oleh Haechan, karena saat di kantin Haechan memintanya untuk menemuinya di taman belakang untuk membicarakan sesuatu.
Sedangkan Haechan yang seharusnya sudah berbicara mendadak tidak punya kekuatan untuk sekedar mengeluarkan suara.
Somi menghela nafasnya, melirik Haechan dan kembali menunduk, lalu memberanikan diri untuk menatap Haechan yang tatapannya saja lurus ke depan.
"Mau bicara apa?" tanya Somi pelan. "Kenapa daritadi malah diam?"
Haechan menghela nafasnya panjang, juga menatap Somi yang garis mukanya tidak terlihat bagus.
"Aku mau jujur," ungkapnya sebelum kembali menunduk.
Somi mengerutkan dahi dengan tajam, perasaannya sungguh tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Tolong dengerin dan jangan potong omongan ku!" pinta Haechan yang diangguki dengan lemah oleh Somi.
Satu kali lagi tarikan nafas dan helaan nafas panjang Haechan keluarkan, memejamkan mata berniat memantapkan hati untuk berbicara.
Setelah membuka mata, tanpa sengaja dia bertatapan langsung dengan mata sendu Somi. Ada sayatan kecil dihatinya yang semakin tergores dan kian melebar. Pikiran dan hati yang berkecamuk berbeda pendapat, pikiran yang bersikeras agar dia menyampaikan hal tersebut pada Somi, sedangkan hatinya berkata untuk tidak menyampaikannya.
Haechan semakin pusing dan labil, sedangkan Somi semakin gemas ingin segera pergi dari hadapan cowok dihadapannya ini.
"Chan, mau ngomong apa?" tanya Somi kelewat penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Remorce | Haechan . Somi
Fanfiction(✓)•••• Jangan sampai melewati kesempatan kedua yang berakhir dg kata 'sesal' ©marklejen, 2020