Semua orang mungkin beranggapan rumah adalah tempat kediaman paling hangat dan nyaman, bisa kumpul bareng keluarga-cerita cerita bareng, tapi lain dari pada Aru, menurutnya rumah adalah tempat paling sukar ia mengerti, bentak-marah-tangis, hanya itu yang tercipta di rumah Aru.
Maka dari itu Aru lebih suka mengurung diri di kamar, jika bukan karena nyokapnya sudah dari dulu Aru minggat dari rumah karena bosan dengar ocehan mereka berdua.|||||
Malam yang dingin menghiasi suasana sunyi di kamar Aru. Aru sedang menulis sekarang itu juga salah satu hobbynya, dibantu oleh penerang lampu yang melengkung didepan membuat Aru lebih mudah untuk menulis. Buku bersampul cokelat muda penuh dengan tulisan Aru yang menghayat hati jika seseorang sedang membacanya.
Jika aku hidup, maka matikan aku.
Jika aku mati maka hilangkan aku.
Mungkin kata "sendiri" juga telah letih menemaniku.
"Lenyap" apa kau mau menemaniku?
Jika iya, kemarilah!, aku akan menyambutmu dengan senang hati.Itu adalah coretan Aru malam ini, tanpa absen di setiap malamnya Aru selalu meluangkan isi hatinya kepada buku bersampul cokelat muda itu. Bagi Aru menulis adalah hal yang bisa membantunya menjadi lebih legah, karena hanya buku itulah yang setia mendengar setiap isi hatinya.
Lagi lagi Aru menutup telinganya berusaha untuk kembali berfikir, tapi nihil headphone hitamnya sudah menelan daun telinga, volume musik sudah ia keraskan, lagi lagi ia masih mendengar kedua orang tuanya beradu argumen, bosan-lelah hanya itu yang Aru rasakan. Kenapa dunia tidak pernah berpihak padaku?, hanya itu yang Aru fikirkan saat ini, kegiatan menulisnya terhentikan karena perdebatan di lantai satu. Ia hendak pergi dari rumah saat itu juga tapi ia memikirkan perasaan ibunya, sungguh membuat Aru muak
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa dalam Kata
Teen FictionSudah!, aku letih, aku ingin menghilang dari bumi. Doraemon tolong pinjamkan pintu kemana saja mu, aku hendak ke saturnus meninggalkan hidupku yang suram ini. Aku janji akan mengembalikannya setelah usai kugunakan. Kumohon sekali iniii saja.