Selamat datang di karya aku yang lain he he he tinggalkan dek Shani dan kak Gre dulu bentar ya :p di sini bakal beda dikitttt
Nulis cerita ini sebenarnya terinspirasi dari video alekhim lekhimtu gracia sama shani yang bener" bikin darah berdesir heu heu. Lagunya buat kali ini pake "Can U Handle It" punya Usher ya he he. Biar lebih afdol di-repeat aja begituu
Selamat membaca! Yang direbutin ada di media!
Ada yang tau dia siapa?? 🤔
෴
"Kiryl stop looking me like that," Suara lembut perempuan 25 tahun berwajah oriental itu ditanggapi senyum tipis oleh lelaki di tautan tangan. Kepalanya memaling ke kanan, ke arah jalan raya padat kendaraan juga gedung-gedung lain yang masih beroperasi di malam hari. Semilir angin menyapa kulit lengannya yang terlapisi long-sleeve dress hitam tipis, tak lain sebab keduanya kini berada di area outdoor yang letaknya berada di tingkat paling atas restoran 3 lantai. Masih di Jakarta, tapi tak terlalu ramai di sekitarnya.
Malam itu tenang dan penuh romansa. Rembulan juga bintang jadi hiasan langit hitam dan menjadikannya lebih berwarna. Dan di tempat duduknya, si nona masih canggung. Sedikit perlu beradaptasi dengan kasihnya lagi karena hal-hal sentimental seperti ini jarang dilakukan dirinya dengan Kiryl setelah memiliki hubungan.
Jarang ia diajak kencan, mengingat dia dan kasihnya memang orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing yang mengharuskan untuk sering keluar kota. Hingga akhirnya malam ini, keduanya sepakat untuk makan malam di luar. Tentunya tak luput dari perencanaan yang matang.
"Why? Kenapa?" Kini lelaki kemeja putih bersih menyahut. Dua sikutnya bergerak maju untuk mengikis jarak. Selangkanya tampak sebab tiga kancing teratasnya tak dipasangkan, bicep dan tricep-nya terjiplak pas di lapisan kain. Mata sebiru lautannya pun tak berpaling dari si pujaan hati yang tak jemu ia temu, tak jemu pula ia goda dan rayu. Pendaran lampu kekuningan jatuh mengenai rambut cokelat ikalnya yang begitu rapi disisir ke belakang, pun lekuk wajahnya yang Kaukasian.
Kiryl selalu tampan. Selalu menawan. Dan tentu saja itu adalah salah satu kelemahan bagi sosok di hadapan.
"No, just no. Stop," kasihnya menggeleng jengah dengan bibir yang sedikit menaik, pipinya pun bersemu tanda bahwa ia malu-malu. Lagi-lagi menoleh ke samping, ia lipat bibir berpoles lipstick bold maroon-nya ke dalam, gemas. Tak sanggup rasanya dipandangi sebegitu dambanya oleh telaga berlian Kiryl yang tajam nan bening warnanya. Dirinya tahu lelaki 185cm ini suka menggodanya dengan cara menatap dalam-dalam, dan sialnya, dirinya tak pernah bisa menjadi biasa. Kiryl tak main-main soal perlombaan tatap menatap, dia selalu menang tanpa halangan.
"Ga mau. Sini, Shani, lihat saya." Pintanya, berusaha. Suara baritone alaminya dibuat selembut mungkin kala berbicara dengan sang jelita. Bahasa Indonesia Kiryl yang memang belum terlalu lancar membuatnya jadi punya ciri khas tersendiri. Dan karena itulah, pengucapannya terdengar unik dan sexy. Menggetarkan hati orang-orang yang mendengarnya, dan dijamin akan terebut atensinya dalam satu ucapan kata.
"No."
"Baby, please,"
"Ga mau."
"Saya mau ngomong sesuatu. Aku mau bicara, Shani."
Terkikik geli tiba-tiba, Shani akhirnya menoleh pada tuan yang tak lelah coba menarik perhatiannya. Menaikkan sudut bibirnya yang ranum, membuat lesung kecil muncul di masing-masing sisi wajah. Ditatapnya balik samudera sang lawan bicara yang tengah tersenyum manis penuh kehati-hatian. Siap mendengar apa yang akan lelaki bermata biru itu bicarakan.