Aku putuskan untuk pergi,
meninggalkan luka yang tak bisa diobati.ooOoo
Setelah menerima telepon dari Elena, aku putuskan untuk pulang nanti malam saja. Aku tidak ingin berada disatu rumah yang ada alex nya walau sedetik saja. Itu terlalu menjijikan.
Aku memegangi kepalaku yang berdenyut. Mungkin efek alkohol tadi malam, lebih baik aku mandi saja dulu.
Selama aku disini, aku selalu meminjam baju-baju Sydney. Well, katanya sih bawa pulang aja yang kamu mau. Aku tentu saja senang, baju-baju yang ada dilemari Sydney adalah baju bermerk yang sangat mahal. Mendapatkan itu dengan cuma-cuma, bukankah itu surga para wanita.
Sekarang, aku, Sydney dan Jasmine sedang duduk manis di meja makan sambil menunggu sarapan yang masih dibuat oleh pelayan rumah Sydney. Orang tua Sydney sedang tidak ada dirumah, itulah sebabnya tadi malam kita bisa pergi ke club.
"I kissed him" ucapku memulai pembicaraan. Sebenarnya aku tidak ingin menceritakan kejadian tadi malam, tapi melihat mereka yang masih setengah sadar, aku tidak punya cara lain.
Dan benar dugaanku. Jasmine yang sedang minum hampir menyemburkan minumanya, sedangkan Sydney kini sudah sepenuhnya sadar.
"Wait.. What?!"
"Who?"
"Aland" Jawabku singkat.
"Don't ask me why, it just happened" lanjutku.
"wait a minute. Who's Aland?"
Aku memutar bola mataku, ternyata mereka belum sadar.
Dan pagi itu menjadi pagi yang sangat melelahkan. Aku harus menjawab semua pertanyaan kedua sahabatku itu.
***
06.30 pm
Sudah 15 menit berlalu saat Sydney dan Jasmine mengantarku pulang dan kini aku sedang berdiri didepan rumahku. Mobil Ayah sudah terparkir digarasi, yang berarti dia sudah pulang.
Sebenarnya aku masih bingung bagaimana menjelaskannya kepada ayah. Itu kejadian kemarin lusa, dan kini moodku telah membaik. Tapi aku tetap tidak bisa memaafkannya. Apa harus aku masuk sambil menangis? marah? Aku tidak terlalu yakin.
Aku menghela napas dalam. Sudah kuputuskan. Aku dan mereka tidak bisa hidup bersama.
Langkahku berat saat aku masuk kedalam rumah, hawa didalamnya juga terasa mencekat. Aku melihat Ayah, Elena, Lexi dan brengsek itu sedang duduk disofa ruang tamu. Raut muka mereka sangat tegang, begitu juga Ayah. Ada apa ini?
"sit down" kata ayah sambil menunjuk kursi dihadapannya.
Perasaanku saja atau memang benar, aku merasakan seperti aku adalah pelakunya dan kini aku akan disidang. Aku menaruh beberapa paper bag yang berisikan baju-baju Sydney disampingku, lalu duduk dikursi dihadapan Ayah dan Elena. Sementara Alex dan Lexi berada tidak terlalu jauh disamping kananku.
"Dad, I have something to tell you"
Ayah menatapku dengan tajam, seoalah berkata bahwa aku tidak berhak untuk berbicara disini. Aku kaget. Ayah tidak pernah begitu sebelumnya, tatapan itu tidak pernah kulihat dari ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNASTASIA
Novela Juvenil"Jika saling mencintai, mengapa harus ada yang tersakiti" -Annastasia O.Hawkins Ini kisah tentang aku dan matahari. Kau yang selalu ada disampingku, apakah sudah cukup menggantikan matahari disaat senja menghabiskan sinarnya. Selalu menemani saat B...