Sesuai ucapan ku sabtu lalu, kepingan ini menggunakan alur maju tahun 2019 ><
Ada masa dimana rasa penasaran akan membunuhmu secara perlahan.
Corvin Castle.
TABUNG seukuran tinggi manusia berjajar rapi di sepanjang ruangan dengan selang besar terletak begitu saja di lantai. Saling berhubungan ke satu tabung dimana Hyungwon berdiri disana. Mengalirkan darah nya pada tabung yang lain. Matanya terpejam, ia mengerang sesekali. Wajahnya pucat, mata Hyungwon terlihat sayu dengan tampilan yang jauh dari kata baik - baik saja.Hyeri menghampiri tabung itu, membuka penutupnya. Melepaskan peralatan yang melekat pada tubuh Hyungwon. Hingga tanpa sadar Hyungwon terhuyung ke depan, Hyeri menahan tubuhnya dengan kedua tangan. Merasa heran akan kekuatannya yang terlihat lemah.
Mengusap peluh di sekitar pelipis Hyungwon, Hyeri menuntunnya keluar tabung lalu mendudukkannya di lantai. Berusaha mencari akal untuk membuat mata terpejam Hyungwon terbuka.
"Yak!" memutuskan menampar kedua pipi Hyungwon dengan keras, hingga kedua mata itu terbuka kaget. "Kau lemah sekali, aku akan membiarkan mu istirahat beberapa hari. Lagi pula reformasi mereka hampir selesai." ucap Hyeri mengedarkan pandangannya ke seluruh tabung, dimana banyak tubuh manusia terpampang apik disana.
"Aku membutuhkan darah wanita itu." ujar lemah Hyungwon, masih tidak bisa membuka matanya dengan benar. "Kumohon, bawa ia kemari." manik itu terlihat tidak berdaya dengan kesedihan yang terpancar. Hyeri memalingkan wajahnya, merasa khawatir akan kondisi Hyungwon.
"Apakah ia wanita yang kau temui di hutan Inggris itu?" tanya Hyeri mulai penasaran, ia mendekatkan kepalanya kearah Hyungwon menunggu jawaban. "Minah? Ataukah..." kalimatnya terjeda, ia memikirkan satu nama yang terlintas begitu saja di pikirannya. Menggelengkan kepalanya kuat, "Eunha!?"
Hyungwon ambruk tersungkur kedepan. Kepalanya terantuk pada bahu Hyeri. Wanita itu mengepalkan tangannya, merasa kesal akan sesuatu yang tidak ia ketahui.
Dilain tempat, di area Corvin Castle.
Lantai yang semula abu itu berubah warna menjadi merah. Darah menetes dari tubuh manusia yang di ikat di kursi. Kulit tangannya terus ditusuk hingga mengalirkan darah, sebuah mangkuk besar tergeletak disana. Darah tertampung dan itu cukup banyak.Wonho memalingkan kepalanya berusaha tidak terusik dengan kejadian itu. Matanya sudah berubah warna dan hal ini mengundang jiwa vampir nya muncul. Berusaha menetralkan napasnya yang saling bersahutan kasar.
Mulutnya tak henti merutuki Hyeri yang memberikan tugas untuk menyetok persediaan darah. Wonho harus menjalani aktingnya dengan baik, seolah berpihak pada mereka. Hal ini sudah dijalani Wonho beberapa minggu lalu. Kesempatan kali ini menjadi keberuntungan Wonho, karna ia mendapat perintah mengantarkan kemasan darah ke kastil bran.
"HAHA, aku tidak sabar melihat wajah pembunuh itu. Apakah ia menjalani hidup dengan baik setelah membunuh manusia?" kilatan marah terlihat jelas di matanya. Ia mengepalkan tangan menyalurkan kekesalan. "Pertanyaan yang konyol sekali, kau bodoh Wonho! Mana ada vampir yang menyesal setelah membunuh mangsanya." perkataannya di akhiri kekehan. Tertawa di ruang sepi membuat gema yang menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream [End]
VampirosKeinginan, cinta, dan balas dendam menjelma menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan takdir. Banyak media sosial membahas tentang vampir, mereka beranggapan bahwa vampir adalah makhluk yang haus darah dan membunuh banyak korban. Ban...