Chapter One

7 3 8
                                    


Leo berjalan santai menuju kelasnya, dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya dan tas yang dislempangkan. Membuat para kaum hawa yang melihat kagum dengan pesona Leo.

Namun, Leo sama sekali tidak memperdulikannya dan tetap melangkab menuju kelasnya. Sesampainya di kelas 11 IPS 5, Leo pun langsung menempatkan dirinya di tempat duduk paling belakang.

Saat ini kelasnya masih terbilang cukup sepi padahal sudah pukul 06.45 Jika kalian bertanya-tanya mengapa kelas Leo masih sepi? Maka jawabanya adalah karena teman sekelas Leo merupakan orang-orang yang santuy.

Biasanya kelas mulai ramai jika sudah pukul 06.59 namun, banyak juga yang baru datang pukul 7 lebih. Dan membuat para guru kesal dengan sikap mereka yang tak jera.

Yap, kelas 11 IPS 5 memang terkenal dengan kenakalannya. Karna setiap hari  pasti ada saja masalah yang diciptakan dari salah satu murid kelas 11 IPS 5.

Kring.... Kring.....

Bel masuk pun berbunyi, para murid segera memasuki kelas mereka masing-masing.

"Nah, gitu dong Le... Berangkat gasik, jadinya kita bisa duduk belakang mulu" ujar Zaga teman dekat Leo

"Gue tiap pagi gasik kali, lo tuh yang telat mulu" balas Leo datar

"Bwahaha... Yaudah, nanti istirahat gue traktir dah" ucap Zaga

"Hem" balas Leo yang hanya berdehem.

Zaga memang dari kelas 10 sudah menjadi teman sebangku Leo. Jadi ia sudah sangat paham dengan sifat dingin. Namun, ia sama sekali tak pernah mengetahui tentang kehidupan Leo. Pernah waktu dulu ia tanya namun tidak pernah dibalas oleh Leo.

Skipp

Istirahat

Kini Leo dan Zaga sudah berada di kantin dan berkumpul bersama anak-anak yang lain.

"Ga, Le... Pulsek ke warkop Mang Ujang yak" ujar Alfa kepada Zaga dan Leo

"Oke, kalo lo Le?" balas Zaga

"Gue gak bisa" ujar Leo

"Kenape dah" seru Ciko kecewa

"Ada janji" balas Leo

"Janji ama cewek ya Le? Cieee!!!!" goda Dito dan langsung mendapat tatapan tajam dari Leo

"Bacot" ucap Leo kepada Dito dan membuat Dito terdiam

"Bwahahaha!!!! Mampus lo Dit" kompak seluruhnya.

"Tapi gue juga penasaran, lo emang gak tertarik buat cari pacar apa Le?" ujar Ciko

"Buat apa?" balas Leo

"Ya, buat hiburan lo lah" ucap Ciko

"Gak tertarik" ucap Leo

"Le... Sumpah lo bikin gue takut, lo normal kan? Lo bukan gay kan?" panik Zaga dan mendapat jitakan dari Leo

"Mulut tu dijaga" ucap Leo memperingatkan

"Ya sapa tau, gue takut aja gitu kan kita dari kelas 10 jejer nih. Nanti kalo lo suka sama gue gimana?" balas  Zaga

"Amit-amit suka sama orang ileran kaya lo" ujar Leo tajam

"Bwahaha... Dih ileran hahaha" ejek Dito dan Ciko

"Kampret lo Le, buka kartu gue lo... Diem lu berdua!!" kesal Zaga

"Ogah" kompak Ciko dan Dito

Baru saja ingin mengumpat namun, ia batalkan saat mendengar obrolan beberapa siswi dei dekat meja mereka.

"Gue denger-denger katanya cucunya yang punya sekolah ini bakal pindah kesini lho"

"Eh, iya gue juga denger-denger dia pindahan dari New York juga"

"Oh ya? Berati pinter dong dia?"

"Bukan cuma pinter doang, tapi cantik juga"

"Gila,  beruntung banget yak dia... Udah cakep, pinter, keluarganya tajir lagi. Bahagia banget hidupnya"

"Iya..."

"Seriusan tu beritanya?" ucap Ciko

"Tanya sono sama mereka" balas Zaga

"Kagak ah, gak kenal" ujar Ciko

"Ce elahh... Gengsi lo, tapi kalo bener vicks bakal gue comblangin ke Leo" ujar Dito

"Gue gak peduli" balas Leo acuh

"Gue bantuin lo Dit" ucap Zaga sambil meninju lengan Dito

"Gue juga" tambah Ciko

"Oke, mari kita bersatu agar Leo kagak homo, Ayo!!" ujar Dito samnil meluruskan tangannya ke depan dan diikuti oleh Ciko dan Zaga

"Ayo!!!" kompak Ciko dan Zaga

"Sarap" ucap Leo sambil pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Le!!! Tungguin kita nyet!!!" teriak Zaga dan menyusul Leo diikuti oleh Ciko dan Dito.

Skipp

Pulsek

Leo segera menuju mobilnya dan pergi menuju suatu tempat yang kemarin Papanya menyuruhnya untuk datang. Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya ia sampai di sebuah restoran jepang.

Leo pun turun dari mobil dan memasuki restoran tersebut. Ternyata model restoran ini sama persis saat di jepang. Terdapat bilik-bilik di dalamnya.

Setelah bertanya dengan pelayan tentang ruang yang dipesan oleh ayahnya. Pelayan itu pun mengantar Leo ke salah satu bilik.

Leo pun menggeser pintu dari ruangan tersebut. Dan benar ayahnya berada di sana. Namun, ia tak sendiri ia bersama seorang lelaki yang terlkheat lebih tua darinya satu atau dua tahun dan seorang perempuan yang duduk di sampingnya.

"Duduk" ucap Vian-Papa Leo

Leo pun menuruti perkataan sang Papa dan duduk di sampingnya.

"Gimana nak Revan?" tanya Vian kepada seorang lelaki yang di depannya

"Cocok, saya suka yang masih muda" balas Revan sambil tersenyum

Leo muak mendengar ucapan keduanya. Sudah ia duga pasti Papanya telah menjualnya lagi.

"Bolehkah saya mulai sekarang?" ujar Revan

"Silahkan, tapi saya ingatkan jangan terlalu berlebihan. Anda mengerti maksud saya?" ujar Vian

"Pa" panggil Leo penuh tekanan

"Turuti aja apa kemauannya" balas Vian dan pergi bersama seorang perempuan yang ternyata sekertaris Revan.

Kini tinggalah Leo bersama dengan Revan.

"Bukankah kamu udah terbiasa dengan hal seperti ini?" tanya Revan sambil melepas jas dan dasinya

"Ayolah, ini hanya sebentar oke?" sambung Revan sambil mulai mendekati Leo dan melepas bajunya.

Leo pun hanya bisa pasrah karna jika ia memberontak, Papa nya tak akan segan-segan untuk membunuhnya. Ia pernah hampir meninggal karna Papa nya terus menghajarnya. Untung saat itu masih ada Bundanya yang menyelamatkannya.

Namun, saat mereka sedang mulai berinteraksi pintu ruangan mereka tidak tertutup rapat.

Seorang gadis yang baru saja datang melewati ruang tersebut pun tak sengaja melihat hal yang seharusnya ia tak lihat.

"Apa-apaan itu, cowok mencium cowok? Apa mereka sudah gila?" celoteh gadis itu yang berdiri di samping pintu ruangan tersebut.

"Velony!!! Sini!!!" panggil seorang ibu-ibu yang memanggil gadis tadi

"Iya Ma" balas Velony dan pergi menghampiri mamanya.













Jan lupa votmentnya💜💜💜

I Hate My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang