Astzila 4

43 17 2
                                    

WARNING!! TYPO BERTEBARAN!!

SEMANGAT PUASA BAGI YANG MENJALANKAN IBADAH PUASA!

HAPPY READING! JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA!

/-/-/-/

"Hehe, bang Astha udah dateng, " cengiran khas teman Astha, yaitu Safe. Namanya sih Saferio Pradipta, tapi kerap dipanggil Safe oleh teman-temannya. Entahlah, sebenarnya Saferio menolak mentah-mentah pemberian nama itu. Tapi mau bagaimana lagi, daripada ia diancam dipanggil Mawar.

"Eh iya, bang Astha udah dateng aja. Kita gak denger suara grasak grusuk maksudnya, " yang satu ini adalah Epan, nama lengkapnya Rezpan Reipansyah. Dia adalah partner debat Safe.

"Serah kalian lah! Eh, Zai kemana? " tanya Astha celingukan. Zaidan Evano, biasa dipanggil Zai agar lebih singkat katanya.

"Oh, dia tadi beli minum. Disuruh sama si Safe, katanya biar kita bisa makan bakwan di-, " Safe mendelik, dia menginjak kaki Epan.

Bocah kurang ajar! Udah menang makan lima masih aja mulutnya ngadu, batin Safe.

Epan yang kakinya diinjak secara sengaja oleh Safe hanya merem dan menunduk menahan sakit.

Kelepasan! Abis gue sama Safe dan mulut cabe Zai, batin Epan.

Astha hanya menatap kedua temannya secara bergantian. Dia nampak sedikit berpikir. Oh! Dia tau maksud mereka berdua sekarang. Dia tak mau ikut campur, biarlah mereka habis oleh mulut pedas Zai.

"B-bang Astha jangan ngaduin ke Abang zi-Zai ya, " ucap Safe seperti anak kecil.

Astha hanya berlalu dan berjalan menuju kedalam ruangan. Daripada dia mendengar perdebatan mereka, lebih baik dia menyesap rokoknya.

Pasalnya, saat Astha sedang celingukan mencari Zai, dia menemukan cowok itu sedang berjalan menuju ruang ini. Jadi, bisa dipastikan bahwa Zai pasti mendengarnya, karena volume mereka bisa dikatakan tidak kecil.

"Oh jadi gitu penjelasannya, "

Glek!

Glek!

Dengan susah payah Safe dan Epan menelan ludah.

Gawat!

Mati gue!

-------------

"Elo sih! Besok-besok kalo gue mau makan bakwan Zai, gue males ah ngajak lo! " bisik Safe.

"Gue juga ogah kerja sama ama lu lagi! " balas Epan.

"Berhenti berdebat atau gue tambahin hukumannya! " teriakan menggelegar mengisi rumah besar ini. Safe dan Epan langsung diam dan melanjutkan hukumannya.

Yap! Mereka sedang menjalankan hukuman dari Zai. Kini mereka tengah membersihkan rumah Zai yang bak istana ini tanpa ada debu yang menempel sedikit pun. Kejam? Biarlah. Toh memang balasan mereka.

Klek!

Pintu terbuka, menampakkan cowok berbadan tegap, berkulit putih, dan berlesung pipit. Ya, siapa lagi kalo bukan Astha.

"Zai mana? " tanya Astha.

"Di kamarnya, " jawab mereka sekenanya. Astha berjalan ke atas untuk bertemu Zai.

"Astha! Gak niat bantuin kami? " tanya Safe dengan nada memelas.

"Ogahh!!" Astha benar-benar naik ke atas untuk ke kamar Zai.

Mau tidak mau Safe dan Epan menjalani hukuman mereka.

Astha membuka knop pintu kamar Zai.

"Darimana lo? " tanya Zai sarkatis.

"Hehe, abis nganter doi, " jawab Astha.

"Doi? " beo Zai dan dibalas anggukan oleh Astha.

Zai menghela nafas panjang, "Kalo lo gak serius sama cewek itu, lebih baik jangan buat dia berharap lebih sama lo. Kalo masa lalu lo kembali, gue yakin lo pasti bakal ninggalin cewek itu dan kembali ke masa lalu lo itu," terang Zai panjang lebar.

Astha berfikir keras. Apa yang dikatakan Zai memang ada benarnya. Lalu, bagaimana sekarang? Apa Astha akan meninggalkan Zila? Bahkan dia belum melewati tantangan waktu itu. Artinya, dia gak gentle dong kalo nyerah gitu aja.

Di sisi lain, Astha memang sedang menunggu masa lalunya kembali. Dia amat mencintainya, bahkan apapun akan ia lakukan untuk masa lalunya itu.

/-/-/-/

TBC! JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA YA READERS!

SALAM HANGAT!
@yeremiakhoirunnisa
@ditaherawati

AstzilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang