Secangkir kopi dingin

14 8 3
                                    

       Malam hampir hilang diufuk timur, tapi Aru belum bisa menutup mata, entah kenapa akhir akhir ini Aru tidak bisa tidur dengan nyenyak mungkin karena letih dengan keluarganya baru baru ini, Aru hanya duduk di meja belajarnya sambil memegang pena ditangan kanannya, melihat rembulan yang seperti sedang memanggil Aru untuk menemuinya. Satu titik pena sudah berkarya kembali di lembaran Aru.

Secangkir kopi disampingku-dia setia menemaniku, warnanya cokelat-manis tapi sudah dingin. Biar lah aku menatapnya lambat laun sendiri karena ini sudah takdirku melihat kemanisan berujung kedinginan.

Awalnya enak, tapi jika tidak diperdulikan enaknya akan hilang meninggalkan kedinginan dan rasanya tentu saja tidak enak.

Bersama sinar rembulan,
Rembulan apa kau bisa memberiku kesempatan untuk menghkayal?.
Tolonglah! Karena hanya itu harapanku sekarang, mengkhayal akan hidupku  semanis kopi disampingku ini.
Ayolahlah!, jika tidak aku benar benar tidak punya harapan.

Itu bukan harapan.
Aru, aku tidak mengizinkanmu untuk menghayal, karena itu percuma.
Cobalah untuk menerima segalanya, jangan terkurung dalam halusinasi seperti kasat mata itu.
Cobalah untuk bergerak!
Cobalah untuk mengubah kata buruk benjadi baik!
Cobalah untuk mengubah kata sendiri menjadi bersama!
Cobalah! Cobalah Aru!.

Tidak!
Aku tidak bisa masuk ke lubang itu lagi!
Karena kuncinyapun sudah hilang bagai jarum ditelan jerami.
Aku tidak tahu caranya, maka dari itu jangan menyuruhku untuk kembali.

       Tinta pena milik Aru telah menutup kalimat akhir untuk malam Aru, sejak dulu Aru selalu membuat kata kata untuk menenangkan fikirannya, karena baginya hanya buku itulah yang bisa membuat Aru menggunakan kata ber-dua yaitu Aru dan buku cokelat-mudanya itu. Aru yang tadinya berwajah segar sekarang sudah mulai terlelap dalam kantuknya, sekarang Aru sudah berada dibalik selimut lembutnya, itu adalah hadia  ulang tahun Aru yang ke lima belas tahun, baginya selimut itu mengingatkannya dengan kehangatan keluarga mereka dulu. Lembut menghangatkan.

       Baik Aru harus beristiraat terlebih dulu, dua jam lagi ia harus bangun kembali untuk ke kampus karena sekarang sudah pukul empat subuh.

Istirahat lah!, buang kata
letih dibenakmu itu! Karena hari esok pasti ada banyak kata letih yang akan menyambutmu.
Jangan berharap
kepada manusia, karena kamu akan kecewa.
Jangan percaya kepada senja karena ia bisa meninggalkanmu.
Jangan percaya kepada hujan karena ia akan berhenti berpijak.
Jangan percaya!
Karena meraka tidak selalu ada untukmu.
Percayalah pada dirimu sendiri karena dirimu tidak akan pernah meninggalkanmu.

Satu untukmu-- tetaplah bernafas walau itu berat.

Rasa dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang