Chapter 9 : Cinta Berakhir Maut

308 31 0
                                    

      Hari begitu cepat berganti Felicia memandang datar keluar kaca mobil membiarkan dua pria yang ada di depannya berbicara.

     "Ayo dong Ci ngomong," ucap Zain yang lama-lama bosan melihat sang adik yang kini diam.

    "Malas, lagian kalian berdua tumben banget akrab," ucap Felicia melirik Zain dan Alan yang tengah mengendarai mobil sekilas.

     "Kami selalu akrab kok," ucap Zain santai membuat Felicia memutar matanya malas.

    Perjalanan hanya dihiasi oleh percakapan Zain dan Alan mengenai bisnis, hal ini tentu membuat Felicia memiliki julukan baru untuk keduanya selain 'Lintah penganggu' nama baru mereka akan tepat sebagai 'pria gila kerja' mengingat Zain yang sibuk di London dengan bisnis yang ada di sana dan Alan yang belakangan ini fokus pada perusahaannya.

    Mobil berhenti tepat didepan sekolah dan tentunya mobil mewah selalu mengundang perhatian para murid yang bisa mereka tebak pengguna mobil tersebut kalau bukan para murid kaya disana tentu sang ketua osislah sang pemiliknya yang mungkin diantar oleh Kakaknya atau kekasihnya.

    "Abang bakal pulang telat nanti Ci soalnya akan ngurus masalah perusahaan Avram di sini juga Ishan sama Abqary," ucap Zain memberitahu.

    "Iya, iya," ucap Felicia mengecup pipi Zain.

   Alan menahan tangan Felicia saat gadis itu akan keluar membuat Felicia menoleh.

   "Nanti pulang Mas jemput, mau kencan?" tanya Alan menawarkan.

   Felicia tersenyum senang lalu mengecup kilat pipi Alan dan segera keluar dari mobil.

   "Cepat jemputnya jangan lama-lama!" seru Felicia lalu segera pergi masuk kesekolah dengan pipi yang merona malu.

   "Hehe, lo ngasih apa sih Lan adek gue jadi makin berani aja," ucap Zain terkekeh geli.

   "Gue kasih perhatian. Mobil lo benar-benar ada dikantorkan?" tanya Alan pada Zain.

    "Ya ampun Bambang benaran, gak percaya amat lo sama gue, kencan lo gak bakal keganggu tau!" seru Zain yang jadi kesal sendiri dengan Alan.

  Alan terkekeh kecil lalu segera melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan sekolah itu.

   "Btw Lan, lo udah taukan tentang rencana pernikahan lo dan Cia?" tanya Zain.

   "Ya, para tetua itu sudah banyak merancang tentang itu, mereka bilang mereka ingin pesta mewah."

   "Bukan, bukan itu yang gue maksud, tapi acaranya. Hanya beberapa bulan lagi."

   "Apa? Jangan bercanda Zain," ucap Alan.

   "Kapan gue bercanda dengan ini adik ipar, gue serius, tahun ini kalian akan menikah."

****

  Suara bising para murid yang khas itu menembus pendengaran Felicia ini masih pagi dan mereka bising dari biasanya.

   "Kasian banget memang."

    "Iya dan lagi aneh banget ya, belakang ini banyak kejadian yang seram."

  Itulah percakapan yang Felicia dengar dari beberapa siswi yang bergosip bukan hanya siswi tapi para siswa yang tak pernah mau bergosip pun ikut bergosip ria yang sepertinya pembahasannya sama persis dengan para siswi.

   "Fel, lo udah ngerjain tugas mtk belum?" tanya Juan pada Felicia yang duduk bersampingan dengan mejanya.

   "Udah, ngapa? Mau minjam?" tanya Felicia dibalas cengiran dari Juan.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang