"Nic, ayo cepat! Aku sudah terlambat." Teriakku dari selasar rumahnya.
"Ada les?" Tanya Bibi Annie, tiba-tiba muncul dari halaman belakang rumah sambil membawa penyiram tanaman.
"Iya bi, tapi jamnya tiba-tiba dimajukan."
"Maaf lama, tadi aku mencari kunci Vespaku."
"Dasar pelupa! Ayo berangkat!" Kataku sambil menarik tangannya.
"Ma, aku pergi dulu ya. Gak usah nungguin aku malam ini."
"Ok. Hati-hati ya."
Aku sudah siap di jok belakang vespa Nic sambil berulang kali melihat jam tanganku.
"Kebiasaan." Katanya lalu memakaikan helm padaku.
"Hehe, maaf. Ayo berangkat!" Kataku sambil nyengir. Aku selalu lupa menggunakan helm terutama ketika aku sedang terburu-buru.
"Oksiap."
Kamipun berangkat. Syuuuuung.
Perkenalkan namaku Antania Widiantara tapi keluarga dan teman-temanku memanggilku dengan sebutan Tania.
Aku mahasiswa Psikologi dan berkuliah di Universitas Galileo. Sekarang aku memasuki tahun 3 berkuliah disini dan sudah disibukkan dengan praktikum-praktikum. Kata senior-senior kami tahun kelima adalah tahun penentuan apakah kamu akan lanjut atau kamu akan mundur. Sudah jelas terlihat, seabrek laporan praktikum telah membuat kami memiliki mata panda dan terlihat seperti mayat hidup.
Semester ini aku mengontrak 24 sks dengan mata kuliah praktikum sebanyak 3. Sebenarnya aku tidak mau tapi karena beberapa temanku menyarankanku supaya mengambil 3 saja dengan alasan agar semester 7 bisa fokus skripsi maka akupun memutuskan untuk mengikuti saran mereka. Konsekuensinya aku harus merelakan jam tidurku.
Masuk psikologi bukanlah keinginanku sebenarnya. Ibuku menginginkanku untuk mengikuti jejaknya menjadi seorang perawat tapi aku tidak mau dengan alasan karena aku takut darah. Ayahku menginginkanku masuk ekonomi tapi kutolak dengan alasan aku payah menghitung. Keinginanku sebenarnya adalah masuk jurusan bahasa saja karena sejak dulu aku menyukai bahasa. Tapi orang tuaku sepertinya tidak setuju. Karena ketiga keinginan kami tidak ada yang sama maka jalan tengah adalah aku harus masuk psikologi dan aku bisa mengikuti les bahasa Korea seperti yang aku inginkan.
Selama berkuliah aku mempunyai seorang teman yang selalu menolongku. Dia adalah Niclaus Gamaliel. Selain mengantar-jemputku, dia juga yang menolongku dengan segala tugas-tugas kuliah.
Dia berkuliah jurusan bahasa tapi dia hampir tahu segala hal termasuk psikologi. Buktinya banyak hal yang membingungkanku tapi dia memahaminya. Itulah sebabnya dia selalu bisa menemukan cara dalam membantu tugas-tugas kuliahku. Dia seperti wikipedia berjalan.
Dia juga cowok yang bisa menoleransi kegilaanku terhadap budaya Korea termasuk Exo, 12 cowok dalam satu grup idol. Setiap hari setiap waktu aku terus menyanyikan lagu mereka, menonton MV mereka, berhalu tentang mereka tapi Nic biasa-biasa saja. Sementara kedua orang tuaku bahkan seperti sudah tidak tahan untuk menendangku dari rumah.
Setiap Selasa, Kamis dan Sabtu Nic akan mengantarku ke tempat kursus bahasa korea seperti sekarang ini.
Kami sudah tiba di depan tempat kursus. Aku segera turun dan beranjak masuk.
"Tania." Panggil Nic.
"Apa? Aku sudah telat."
Nic menunjuk kepalaku "kau akan belajar dengan helm itu?"
Aku melihat ke atas dan tertawa, "haha sampai lupa."
Kulepas helmnya dan memberikannya pada Nic.
"Aku akan menjemputmu."
"Ok, bye"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramyeon + Soju (Ramyeon Meogeullae)
RandomSemua berawal dari "do you like ramyeon?" "of course. Ramyeon comes first." "We should eat ramyeon together. With Soju too" "Yeah." "Then you should say 'ramyeon meogeullae?"